1.
Letak Geografis
KAPET
Mbay yang meliputi seluruh wilayah Kabupaten Ngada di bagian tengah pulau
Flores, NTT terletak pada koordinat 80 – 90 Lintang
Selatan dan 120045’-121050’ Bujur Timur. Adapun
batas-batas KAPET Mbay adalah sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Laut
Flores, Sebelah Selatan dengan Laut
Sawu, Sebelah Barat
dengan Kabupaten Manggarai, Sebelah
Timur dengan Kabupaten Ende.
Luas
wilayah daratan 303.788 ha sedangkan perairan adalah 689.988 ha.
2.
Fisik
Dasar
a.
Iklim
Menurut
klasifikasi Shcmidt dan Ferguson (1951) KAPET Mbay dikategorikan sebagai iklim E
dengan 5 bulan basah dan 7 bulan kering. Musim hujan antara bulan Desember
sampai bulan April, sedangkan musim kemarau antara bulan Mei sampai bulan
November.
b.
Topografi
Sebagian
besar (77,60%) wilayah KAPET Mbay
mempunyai kemiringan lahan terjal (15-25%) seluas 26,98% total wilayah
dan sangat terjal (> 25%) seluas 50,62% total wilayah. Sedangkan lahan yang
datar (0-8%) dan bergelombang (8-15%) masing-masing hanya seluas 10,91% dan
11,49% dari total wilayah.
c.
Jenis Tanah
Jenis
tanah yang terdapat di wilayah KAPET Mbay,
yaitu : tanah litosol 19,91%, mediteran 51,44%,
latosol 22,97%, dan alluvial 5,68%.
d.
Air
Potensi air tanah di KAPET Mbay termasuk cukup tinggi, dengan peluang ada air sumur bor sebesar 86%. Hasil uji kualitas air baik fisik maupun kimia, menunjukkan bahwa kualitas air tanah dapat Dipergunakan untuk minum dan pertanian.
Sungai
Sebagian besar sungai di KAPET Mbay mengalir sepanjang tahun. Sungai terbesar adalah Sungai Aesesa dengan debit 7 m3/detik.
Mata Air
Mata
air tersebar pada semua kecamatan di KAPET Mbay dengan debit air bervariasi
antara 3,5 liter/detik sampai 20 liter/detik.
3.
Penggunaan
Lahan
Penggunaan
lahan di KAPET Mbay sebagian besar adalah semak belukar dan padang rumput
(55,61%), lahan pertanian (sawah, tegalan dan kebun/ perkebunan) sebesar 15,77%,
kehutanan 27,76%, permukiman 0,64% dan garam industri 0,23%.
Sebagian
besar status tanah adalah tanah adat (ulayat). Sedangkan tanah milik yang telah
bersertifikat, luasnya relatif kecil.
4.
Kelautan
KAPET
Mbay memiliki potensi kelautan, meliputi wilayah Kecamatan Riung, Aesesa,
Aimere, Mauponggo, Nangaroro dan Golewa. Keberadaan perairan teritorial laut
daerah tersebut sangat potensial bagi pengembangan perikanan tangkap dan
budidaya laut serta kepariwisataan.
5.
Kependudukan
a.
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Jumlah
penduduk KAPET Mbay pada tahun 2000 adalah 224.591 jiwa. Laju pertumbuhan
penduduk tahun 1994-2000 rata-rata 1,33% per tahun. Keadaan ini meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk selama tahun 1990-2000 yang rata-rata
hanya 0,84% per tahun.
b.
Persebaran Penduduk
Kepadatan
penduduk KAPET Mbay tahun 2000 rata-rata 74 jiwa/km2. Kepadatan
penduduk tertinggi di Kecamatan Ngada Bawa sebesar 435 jiwa/ km2, dan
terendah di Kecamatan Wolowae sebesar 22 jiwa/ km2.
c.
Mata Pencaharian
Mata
pencaharian utama penduduk KAPET Mbay adalah di sektor pertanian (83,11%).
Urutan kedua dan ketiga adalah sektor jasa kemasyarakatan (7,68%) dan sektor
industri (2,44%).
6.
Sosial Budaya
a.
Etnis
Secara
etnis penduduk yang mendiami KAPET Mbay termasuk dalam lingkungan Puak Naga Keo
di Kecamatan Aesesa dan Boawae, Puak Ngada di Kecamatan Bajawa dan Ngada Bawa,
serta Puak Riung di Kecamatan Riung.
b.
Budaya Bercocok Tanam
Masyarakat
KAPET Mbay pada umumnya adalah merupakan masyarakat lahan kering.
c.
Kegiatan Upacara
Secara
tradisional kehidupan sosial budaya masyarakat sangat intensif melakukan
serangkaian upacara. Upacaya tersebut berkaitan dengan siklus hidup warga suku
antara lain dalam kegiatan perkawinan, potong gigi, dan kematian. Kegiatan
upacara adat lainnya adalah upacara mengambil garam, berbagai kegiatan
pertanian, mengambil kayu, serta olah raga tinju tradisional.
d.
Agama
Sebagian
besar penduduk KAPET Mbay menganut agama Kristen Katolik sebanyak 206.388 orang
(91,89%), penduduk lainnya menganut agama Islam sebanyak 16.161 orang (7,19%),
Kristen Protestan sebanyak 1.896 orang (0,84%), serta Hindu 0,06% atau sebanyak
143 orang.
e.
Tingkat Pendidikan
Sebagian
besar penduduk yang berumur 10 tahun keatas mempunyai tingkat pendidikan SD ke
bawah 79,49%. Sedangkan penduduk yang tamat Perguruan Tinggi relatif kecil
1,61%.
7.
Ekonomi
a.
Struktur
Ekonomi
Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) KAPET Mbay tahun 2000 berdasarkan harga berlaku
adalah Rp.353.481.409.000,-. PDRB terbesar berasal dari sektor pertanian
(52,04%), sedangkan terkecil adalah sektor listrik dan air bersih 0,77%.
b.
Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan
PDRB KAPET Mbay dalam tahun 1996-2000 (berdasarkan harga berlaku) adalah
rata-rata 17,73% per tahun, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
PDRB Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Indonesia, masing-masing
12,8%, 12,67% dan 16,28% per tahun.
c.
Pendapatan Per kapita
Pendapatan
per kapita KAPET Mbay tahun 2000 sebesar Rp. 1.582.723, lebih tinggi
dibandingkan dengan pendapatan per kapita Propinsi Nusa Tenggara Timur sebesar
Rp. 1.552.106 dalam tahun yang sama. Namun jika dibandingkan dengan pendapatan
per kapita secara nasional Rp. 5.773.798, maka pendapatan perkapita KAPET Mbay
masih tergolong rendah.
d.
Sektor Ekonomi Potensial
Ada
4 sektor ekonomi yang potensial dikembangkan di KAPET Mbay, yaitu : sektor
pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dan sektor pariwisata.
1.
Sektor
Pertanian
a)
Pertanian Tanaman Pangan
Potensi
sub sektor pertanian tanaman pangan di KAPET Mbay termasuk tinggi. Potensi lahan
basah 30.802,66 ha. Dari luas tersebut yang sudah dikembangkan 10.875 ha
(30,30%). Potensi lahan kering 98.100 ha, sedangkan yang sudah dikembangkan
47.943 ha (48,87%).
b)
Perkebunan
Potensi
lahan perkebunan di KAPET Mbay adalah seluas 60.797 ha, dan telah dimanfaatkan
seluas 30.847 ha (50,73%).
c)
Peternakan
Lahan
yang potensial
untuk pengembangan peternakan seluas
4.530 ha, dengan perincian: kawasan Maronggela 2.940 ha, dan kawasan Lambo 1.590
ha.
d)
Perikanan
Potensi
perikanan dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
Perikanan
darat (tambak udang dan ikan bandeng) seluas 1.920 ha
Perikanan
laut :
Perikanan
tangkap di perairan laut Flores dan Laut Sawu dengan potensi lestari sebesar
10.334,82 ton/tahun.
Budidaya
rumput laut di perairan laut Flores seluas 344.343 ha.
Budidaya
mutiara di perairan Kaburea dan perairan Riung.
e)
Kehutanan
Lahan
bambu eksisting di KAPET Mbay seluas 9.727 ha. Sedangkan lahan potensial
pengembangan bambu seluas 5.500 ha.
2.
Pertambangan
Potensi
pertambangan yang menonjol adalah marmer. Lokasi marmer terletak di Desa Wangka
Kecamatan Riung seluas 350 ha. Besar cadangan marmer di daerah ini diperkirakan
sebesar 14.000.000 meter kubik.
3.
Industri
Melimpahnya
produk pertanian KAPET Mbay merupakan bahan baku bagi agroindustri. Jenis
industri yang potensial dikembangkan adalah kelompok industri makanan dan
minuman, industri hasil-hasil pertanian termasuk industri garam, industri
pengolahan marmer, industri pengolahan bambu dan rotan, serta industri
pertenunan.
4.
Pariwisata
Salah
satu kawasan wisata yang paling potensial dikembangkan adalah kawasan Wisata
Riung. Pada kawasan ini terdapat perairan laut 17 pulau dengan panorama alam dan
keindahan bawah laut, pantai berpasir putih, wisata alam darat dengan binatang
langka Varanus Riungensis (Mbou).
Selain itu terdapat objek wisata kampung tradisional dari Zaman Megalitik di
Bena, serta olah raga tinju tradisional yang tersebar di berbagai pelosok dalam
wilayah KAPET Mbay.
Hak Cipta © 2002-2003 Badan Pengelola Kapet Mbay - NTT