REPORT PAPUA 2 APRIL 2002
Keresahan warga kristen di Papua – Papua Ambon ke III ?
Laskar Jihad masuk Papua warga kristen resah, situasi memanas. Sebenarnya
kehadiran jihad di Papua bukan barang baru sebab sejak beberapa tahun lalu
sebelum muncul istilah laskar jihad mereka sudah hadir di Papua dengan dalih
dakwah ! mereka membangun Masjid-Masjid dan Pondok Pesantren walaupun tidak
ada orangnya, upaya-upaya mendatangkan transmigrans yang harus beragama islam
di paksakan untuk mengisi kekosongan tersebut namun upaya-upaya itu kurang
berhasil sampai di intensifkan lagi sejak kasus kerusuhan Maluku meledak. Yang di
datangkan bukan hanya para "Transmigran" tetapi juga warga lainnya dengan alasan
untuk berdakwa, bekerja dan berusaha di Papua disamping usaha-usaha merekrut
para warga setempat yang rata-rata sudah beragama kristen. Pihak gereja sendiri
tidak dapat berbuat apa-apa dan memang tidak mau ambil pusing dengan situasi ini
sampai PDT. MARTHEN WANMA Ketua Badan Kerjasama Gereja-gereja Kristen
(BKSGK) Sorong bereaksi dan me! mprotes kehadiran pasukan jihad di Papua yang
provokatif sehingga meresahkan warga kristen. Namun upaya PDT. MARTHEN
WANMA bukannya mendapat dukungan penuh pihak gereja melainkan ia hampir di
pecat sebagai Ketua BKSGK karena reaksinya tersebut.
Pdt. Marthen Wanma mempertanyakan keadilan Pemerintah terhadap aktifitas
penduduk setempat yang merasa di persulit karena harus selalu melaporkan ke
aparat keamanan di Jaya Pura jika akan melakukan kegiatan tetapi mengapa laskar
jihad yang bukan penduduk asli setempat datang begitu mudahnya melakukan
kegiatan dakwa dan lain sebagainya di Papua ? FKASJ (Forum Komunikasi Ahlus
Sunnah Wal Jamaah) begitu gesit, hanya dalam hitungan bulan, kata Ja’far, sudah
tujuh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) organisasinya yang terbentuk. Antara lain di
Jayapura, Sorong, Fakfak, Timika, Nabire, Manokwari, dan Biak.
Salah satu kamp latihan militer jihad di Sorong adalah di Tanjung Kasuari daerah
pantai di luar kota, ada sekitar 200 orang jihad mengadakan latihan di tempat ini
sehingga hal ini sangat meresahkan umat kristen setempat namun pihak kepolisian
menghimbau kepada masyarakat melalui siaran radio setempat agar masyarakat
tetap tenang dan tidak termakan isu sebab isu-isu itu tidak benar. Pada waktu
rame-ramenya Ambon, masyarakat Tanjung Kasuari pernah mengusir orang-orang
luar yang berkumpul-kumpul dan sesuai isu yang beredar mereka mengadakan
latihan di daerah tersebut. Orang-orang yang di curigai sebagai pasukan jihad lebih
banyak terkonsentrasi di daerah-daerah transmigrasi dan selalu mengadakan latihan
"silat". Daerah-daerah tersebut antara lain di Ai Mas sekitar 20 Km. Dari Sorong, SP
2, dan SP 3 (satuan pemukiman transmigrasi). namun pihak kepolisian selalu
membantah bahwa tidak a! da pasukan jihad di Papua.
INIKAH DAKWA YANG DI MAKSUD ???
Pada akhir tahun 2001 yang lalu berhasil di tangkap satu orang Pemuda yang berasal
dari Cilacap – Jawa Barat yang berlayar dengan KM Rinjani dari Ambon dan turun di
Sorong dengan membawa 10 bom rakitan yang berdaya ledak tinggi karena
mempunyai daya rusak sampai radius 100 Mt. Namun peristiwa tersebut berusaha-
ditutup-tutupi oleh aparat keamanan setempat.
Sebuah buletin jihad terbitan tanggal 26 Januari 2002 yang berhasil di temukan di
Sorong memuat laporan tentang Jafar Umar yang mengatakan bahwa ada gerakan
separatis kristen di Indonesia yang akan menghancurkan NKRI; bahwa di Indonesia
juga sudah terjadi perang Salib terhadap umat islam yang sudah mencapai titik
kulminasi, untuk itu kami (Laskar Jihad) terpanggil untuk menghadapinya dan
membela menjaga keutuhan NKRI.
Ini stigma yang membingungkan dan nampaknya memang tujuannya untuk
mebingungkan karena lempar batu sembunyi tangan, sudah sejak 9 Juni 1996,
ratusan gereja, sekolah dan lain-lain aset warga kristen yang di bumi hanguskan dan
di jarah di pulau Jawa sana tanpa pernah ada perlawanan dari warga kristen tetapi
pihak jihad masih mengatakan perang Salib ? dan orang kristen bersalah !
Konspirasi Jihad dengan aparat keamanan ? Pada tanggal 15 Desember 2001 dalam
Apel Pagi untuk persiapan pengamanan malam Takbiran, Kapolres Sorong AKBP
Faisal AN mengeluarkan ancaman "Siapa yang coba-coba mengganggu malam
Takbiran akan berhadapan dengan kami, Siapa jual kami beli ! "
Menanggapi reaksi dan protes dari para tokoh gereja, tokoh masyarakat dan tokoh
pemuda yang di motori oleh ketua BKSGK, Pdt Marthen Wanma pada Rabu 27 Maret
2002 lalu Kapolres Sorong AKBP Faisal AN dan DANDIM Sorong Letkol. Bachtiar
membantah habis-habisan protes tersebut dan menyangkal keberadaan pasukan
jihad di Papua, " Tidak ada Pasukan Jihad di Papua sebab yang datang adalah para
Alim Ulama untuk Syiar Agama !"
Patut di curigai dan di selidiki pembunuhan terhadap tokoh kharismatis Papua, Theys
Eluay adalah sebuah konspirasi untuk menghilangkan tokoh-tokoh yang dapat
memimpin dan menyatukan rakyat Papua dalam sebuah perjuangan yang hakiki.
Pada tannggal 6 Januari 2002, 6 orang Afghanistan yang di duga jaringan Al Qaedah
yang Paspornya di cap di Karachi oleh KBRI mendapatkan Visa kunjungan budaya
dan syiar agama yang berlaku selama 6 bulan masuk Papua.
Mereka adalah:
* Abdul Aziz. Dari Rawalpindi lahir 15 Pebruari 1948
* Mohammad Jusuf Khalid. Dari Pakistan lahir 1 Januari 1948
* Mohammad Khan Dari Pakistan lahir 1 Januari 1948
* Mohammad Rhamzan Dari Pakistan lahir 11 April 1948
* Haqen Khan Dari Pakistan
* Hafis Mohammad yunus. Dari Bawalnagar lahir 20 Maret 1956
* Mohammad Anwar Dari Guiranwala – Pakistan lahir 1 Januari 1972
Ke enam orang ini dengan leluasa bergerak di Papua. Pada waktu masuk Sorong
mereka pergi ke Kecamatan Mega Kabupaten Sorong, Kecamatan Mega adalah
gugusan kepulauan di sekitar Sorong dan perjalanan ke sana membutuhkan waktu
tempuh dengan Seram, AmSpeedboat Tidosekitar 4 – 6 jam. Ke enam orang
Afganistan tersebut diduga menuju kepulauaan Raja Empat dan kepulauan Misol
yang penduduknya mayoritas muslim karena masih di bawah pengaruh Raja re,
dibutuhkan waktu 4-5 jam dengan Longboat menuju bon.
TANGGAPAN ATAS PROTES PIHAK BKSGK SORONG Tanggapan atas protes
pihak BKSGK Sorong datang dari Panglima Laskar Jihad, USTADZ JA’FAR UMAR
THALIB dan YORIS RAWEYAI (Ketua Pemuda Pancasila). Yang di muat oleh Tabloid
Bangkit, 26/Th IV/ 1 – 7 April 2002 .
Ja’far Umar Thalib : Itu Obsesi kita
Sesungguhnya aktivitas kita di Papua itu sama saja dengan aktivitas di
wilayah-wilayah lain di seluruh Indonesia. Jadi Obsesi kita, karena ini sebagai wadah
organisasi dakwah – Forum Komunikasi Ahlus Sunnah Wal Jamaah – kita
mengupayakan untuk aktivitas dakwah di Papua. Maka, kita bentuk Dewan Pimpinan
Wilayah Forum Komunikasi Ahlus Sunnah Wal Jamaah di Papua, dan dibentuklah
DPD-DPD di tingkat kabupaten. Sekarang sudah ada tujuh DPD, antara lain di
Jayapura, Sorong, Fakfak, Timika, Nabire, Manokwari. Tentang upaya menangkal
Organisasi papua merdeka (OPM), kami tidak ada kaitannya. Karena memang isu
adanya OPM itu masih relatif di bawah permukaan sehingga tidak membutuhkan
keberadaan Laskar jihad sebagaimana di daerah-daerah yang telah meletus adanya
konflik. Jadi, sebatas kita mengupayakan pengembangan dakwah dan pendidikan
disana.
Sampai sekarang gejala benturan (dengan masyarakat setempat) itu tidak ada. Dan
sampai sekarang – berdasarkan investigasi kami disana – kenyataan dilapangan,
tidak benar kalau dikatakan di Papua itu mayoritasnya ialah non muslim. Cuma
memang disitu ada manipulasi data sensus. Di masyarakat Papua itu ada
masyarakat muslim, kemudian masyarakat atau komunitas kristen, dan komunitas
animis atau non agama.
Dimana letak manipulasinya ? berdasarkan Undang-undang Otonomi Khusus maka
mulai dipisahkan yang asli dan yang non asli, dipisahkan dari segi etnis. Walaupun
sudah tiga turunan disana tapi (kalau bukan etnis asli) dianggap non asli. Kemudian
setelah pemisahan itu yang asli hanya diklasifikasikan menjadi dua saja, yaitu
Kristen dan Islam-
Tidak ada klasifikasi animis. Jadi, kelompok animis dimasukkan dalam jemaat gereja.
Sehingga dengan demikian jumlah angkanya tinggi, berlipat.
Yoris Raweyai : Zona Damai
Sepanjang tujuan mereka dalam rangka memberikan pembekalan atau pendidikan
agama kepada saudara-saudara kita umat Islam, di mana-mana kan nggak ada
larangan.
Kalau memang mereka (Laskar Jihad) – 200 anggotanya pergi ke Papua dengan misi
mulia, misi keagamaan, nggak mungkin, kan (terjadi ketegangan dengan masyarakat
setempat) itu tergantung niatnya saja, kan ? Nggak tahu di balik itu, kan ? tapi
sepanjang itu murni, saya kira nggak masalah.
Lebih baik bersikap obyektif. Artinya, dari semua umat, semua agama di sana kan
punya kebebasan. Kristen, Katolik, Budha, Islam, semua kan punya kebebasan di
mana-mana kecuali ajaran-ajaran yang dilarang oleh Pemerintah. Kalau menurut
hukum itu di akui, mengapa tidak ?
Saya kira mungkin sejak reformasi sampai sekarang daerah yang kondusif adalah
Papua. Karena, sejak awal memang sudah di canangkan Papua sebagai Zona Damai,
kan ? ada kerjasama kemitraan antara unsur pemerintah, birokrasi, maupun aparat
keamanan dan tokoh-tokoh agama. Dan itu saya pikir berjalan cukup intens, agar
setiap ada gejolak yang berbau SARA itu segera bisa di padamkan.
Kita mempertahankan itu, dengan komitmen Papua sebagai zona damai sampai
sekarang ini. Kasus yang menonjol disana hanya November kemarin, kematian Pak
Theys saja. Saya pikir tidak perlu kita besar-besarkan itu. Yang penting bagaimana
kita bisa menyelesaikan berdasar hukum dan prosedur yang berlaku di sana.
Ketua Komite Solidaritas Rakyat Irian, Hengky John, menanggapi hati-hati. Tokoh
Pemuda yang berbasis di jakarta itu mengatakan, sah-sah saja Laskar Jihad
bermukim di Papua, asal, "Tidak menyulut onar"
Pada tataran praktis memang nggak. Tapi pada tataran isu, itu sudah meresahkan.
Potensi gawat sebenarnya bukan pada interpretasi yang aneh-aneh ihwal sepak
terjang Laskar jihad. Namun lebih pada kemungkinan pihak ketiga memanfaatkan
letupan-letupan keresahan non muslim.
Taruhlah misalnya keinginan pihak ke tiga meng-Ambon- kan atau mem Poso- kan
Papua! Seperti Ambon dan Poso, tutur Hengky, militer mungkin saja akan main-main
di papua dengan modus yang sama.
Apalagi dalam hal ini, TNI pada posisi terpojok, dituduh sebagai pelanggar HAM, ujar
Hengky. Nah di curigai, ada skenario menyulut pelanggaran HAM baru, yang
seolah-olah sipil antar sipil, bukan sipil lawan tentara.
|