The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Kemunafikan Yang Menyengsarakan (2)


Kemunafikan Yang Menyengsarakan (2)
Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya

Salam Sejahtera!

Saudara-saudaraku semuanya,

Salah satu dusta dan kemunafikan, muncul pula dari sebuah badan sampalan yang menamakan dirinya "Komite Penegak Kebenaran, Keadilan dan Penghentian Kekerasan di Maluku"! Anggotanya, Mulyadi Goce (Sinar Indonesia Baru, 30/04/02), menyatakan bahwa "tidak masuk akal jika penyerangan dilakukan oleh kelompok masyarakat Muslim, mengingat lokasi Desa Soya yang tidak mudah dijangkau. Selain itu, penyerangan dilakukan secara profesional dalam waktu singkat dengan menggunakan berbagai senjata berat"! Kalaupun penyerangan dan pembantaian biadab tersebut dilakukan oleh TNI, kita bisa mempertanyakan motivasinya, "Mengapa?" Demi Laskar Jihad? Bisa jadi (membela integrasi dan menghabiskan warga Kristen Maluku)! Demi Pemerintah NKRI? Bisa jadi (mengkristen-separatiskan FKM)! Demi TNI/Polri? Apalagi (perluasan cengkeraman territorial dan mempertahankan korupsi keluarga para jenderal murtad)! Sementara Gubernur Maluku "membungkus TNI", Mulyadi Goce "membungkus Laskar Jihad"! Bukan main munafik!

Jika si munafik ini benar bahwa "kecil kemungkinan, penyerangan dilakukan oleh kelompok Muslim. Sebab penyerang melakukan aksi secara profesional dalam waktu singkat menggunakan senjata berat seperti mortir, bom dan sebagainya," lalu siapa yang melempar bom berkekuatan tinggi di depan Rumah Makan Nelayan dan mengatur titik api di Kantor Gubernur Maluku, sehingga gedung sebesar itu habisa dalam sekejap? Harus anggota TNI/Polri! Padahal, Polda Maluku memberikan kesaksian dari hasil penyeldikan bahwa yang terkait dengan masalah pengeboman adalah "rakyat sipil yang Muslim"!

Pendusta Goce ini kemudian berdalih bahwa "secara geografis letak Desa Soya tidak mungkin dicapai oleh kelompok Muslim karena harus melewati beberapa perkampungan Kristen, seperti Kayu Putih, Berebere, Kopertis, dan Karang Panjang." Di sini, munafiknya semakin kelihatan! Pertama, dia mencoba memanipulasi pikiran orang, bahwa "penyerangan itu mirip dengan parade", sehingga pasti diblok oleh daerah-daerah Kristen yang dilalui. Kedua, dia sengaja menyembunyikan kenyataan bahwa daerah yang diklaim Laskar Jihad sebagai "Daerah Muslim Air Besar" itu, terletak di daerah "Hutan Desa Soya"! Daerah Air Kuning yang diakui Jafar Umar Thalib sebagai "basis laskar Mujahidin" adalah daerah sengketa antara Desa Soya dan Desa Batumerah! Artinya, secara geografis, Laskar Jihad sudah berada di dalam wilayah Desa Soya, dan tinggal bergerak langsung mencapai pusat Desa Soya! Masalah beratnya medan itu soal kedua, sementara penggunaan senjata berat sudah merupakan tontonan harian, walau harus diakui bahwa "dibalik jubah putih tersebut, terlihat seragam loreng hijau dan sepatu buts!" Mortir baru saja meledak di daerah Kristen sehingga memakan 2 nyawa. Siapa yang melakukannya? TNI/Polri atau Laskar Jihad? Yang paling penting dipertanyakan adalah, "Inikah gambaran dari sebuah Komite Penegak Kebenaran, Keadilan?"

Menyongsong maraknya isu-isu pemberlakuan DM di Maluku, MUI tidak ketinggalan untuk memberikan dukungannya! Din Syamsuddin, Sekretaris Umum MUI dan Wakil Ketua PP Muhammadiyah menyatakan bahwa "RMS adalah sumber kerusuhan terakhir di Maluku!" Tidak sampai di situ saja, Penipu beriman ini menambahkan bahwa "RMS adalah sumber ‘semua’ permasalahan di Maluku (Antara, 30/04/02)!" Din Syamsuddin berusaha menyeret FKM/RMS ke awal Kerusuhan Maluku untuk mendukung thesis dungu si Rustam Kastor bahwa "RMS adalah perancang kerusuhan Maluku!" Padahal, MUI tidak mampu memberikan penjelasan, "mengapa satu-satunya ketua MUI Daerah yang Perwira Polri aktif, hanya ada di Maluku (Kol. Pol. Rusdi Hasanussi) bertepatan dengan Kerusuhan Maluku?" "Mengapa Rusdi Hasanussi di dalam kapasitas Ketua MUI-Maluku, membayar dan memasok Laskar Muhammadiyah ke Maluku untuk meramaikan kerusuhan?" Anak laki-laki Rusdi Hasanussi akhirnya tewas di dalam kerusuhan, semsntara ‘mantu perempuannya’ (Polwan) terlibat di dalam Komando Siluman Wijaya II yang digrebeg YonGab! Sementara Pasukan Kostrad dari Jakarta sudah diterbangkan dan disiagakan di Makassar pada tanggal 7 Januari 1999 (dua hari sebelum kerusuhan pecah), MUI-Maluku sudah meresmikan Posko dan Tim Advokasi Lebaran Bedarah, 13 hari sebelum kerusuhan Maluku pecah, yakni pada tanggal 6 Januari 1999! Apakah semua ini bebas dari pengamatan dan dukungan Din Syamsuddin dan MUI?

Untuk membela kebiadaban Laskar Jihad-nya, Din Syamsuddin mengatakan bahwa, "jika mengkaitkan dengan ceramah Jafar pada tablig akbar di Mesjid Al Fatah Ambon beberapa waktu lalu, lebih kepada seruan umat Islam agar mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kehadiran RMS (Republik Maluku Selatan) yang ingin mendirikan negara sendiri di dalam negara kesatuan RI."! Padahal, BUKAN RMS yang menjadi tujuan dakwah iblisnya, tetapi RMS YANG DIKRISTENKAN! Coba baca ini (akan anda tamui lagi di bawah)! Enam hari sebelumnya (peristiwa Soya), si Jafar Umar Thalib (Ambon, LaskarJihad.or.id, 24/04/2002) "mengingatkan kembali kepada umat Islam untuk segera mempersiapkan diri untuk menghadapi makar kelompok Kristen/RMS"! Lalu, pada Tabliq Akbar, 4 hari sebelumnya, si Jafar Umar Thalib kembali mengasut umat untuk "tidak berrekonsiliasi dengan pihak Kristen-RMS"! Mengapa para tokoh pemimpin Ormas "I" dan "M" ini cenderung terlihat seperti penjual obat palsu di pasar ular?

Coba dengarkan si Din Syamsuddin lagi! "Seandainya pemerintah dalam hal ini aparat keamanan bertindak tegas dan cepat terhadap RMS maka tidak akan terjadi peristiwa di Soya. Inilah yang membuat Laskar Jihad berdalih membela negara kesatuan RI" Membela NKRI dengan membantai anak kecil berumur 8 bulan? Membela NKRI dengan membunuh warga yang lagi tidur? Membela NKRI dengan mengetok pintu lalu menembak pemilik rumah yang membukakan pintu? Membela NKRI terhadap RMS dengan menyerang desa yang bukan markas FKM/RMS? Pembela NKRI yang sama biadab dengan negaranya, dan dengan pemimpin agamanya, MUI! Sebelum saya muntah karena jijik, lebih baik saya sudahi saja kometar saya terkadap manusia kotor ini!

Setelah si kotor Din Syamsuddin, tokoh agama yang lain juga tidak mau ketinggalan memamerkan kemunafikan mereka, asalkan Laskar Jihad bisa dinyatakan sebagai pahlawan integrasi, dan FKM/RMS bisa dibantai sebagai kelompok separatis Kristen. Mari kita lihat ulah KH. Hasyim Muzadi, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama! Hasyim Muzadi menyatakan bahwa (Liputan6, 02/05/02), "komunitas Kristen di Ambon tak boleh diidentikan atau dikaitkan dengan Front Kedaulatan Maluku (FKM) maupun Republik Maluku Selatan (RMS) [baca: Hasyim Muzadi: Separatisme Harus Dipisahkan dengan Agama]." Akan tetapi, Hasyim Muzadi sendiri membantah pernyataannya dengan mengatakan bahwa "pengibaran bendera RMS masih berlangsung hingga 27 April silam. Hal inilah yang memancing emosi kaum muslim di Ambon." Jika dia berkata dari hatinya bahwa "separatis harus dipisahkan dari agama", berarti dia harus mencela "pernyataan emosi kaum Muslim di Ambon", sebab penaikan bendera RMS tidak berkaitan dengan agama! Dia tidak bisa melakukan itu, karena yang berdemo dan membakar Gereja Silo adalah Laskar Jihad (Muslim Maluku berwajah Jawa), sementara dia punya "kesepakatan" yang tak boleh diingkari dengan Jafar Umar Tahlib, yang dibuat di dalam silaturahmi si panglima Laskar Jihad ke Kantor PBNU!

Perhatikan kemunafikan kedua! "Hasyim mengharapkan Gubernur Maluku Saleh Latuconsina selaku PDSD dapat bekerja sama dengan aparat keamanan. Sehingga dapat tercapai hasil yang optimal dalam mengupayakan situasi keamanan yang kondusif" Coba sedikit berlogika! Jika PDSD-Maluku buruk dan tidak bekerjasama dengan aparat, tidak akan ada tindakan sewenang-wenang atas rakyat Maluku, kecuali jika aparat keamanan juka ikut memburuk. Jika aparat keamanan buruk dan tidak mau bekerjasama denga PDSD-Maluku, timbullah berbagai tindakan sewenang-wenang terhadap rakyat Maluku, termasuk berpihaknya aparat kepada pihak yang menguntungkan mereka. PDSD-Maluku sudah berulang kali menyunguti pembangkangan Kapolda dan Pangdam, serta pasukan yang hanya mau patuh pada Komandan satuan asalnya! Pemerintah Pusat NKRI bukan saja tidak perduli, tetapi malah menyusupkan pasukan sendiri (KOPASUS) yang tidak di bawah struktur PDSD-Maluku! Jika Hasyim Muzadi adalah pemimpin umat beragama yang jujur, dia seharusnya "menasihati aparat keamanan" untuk bekerjasama dengan PDSD-Maluku, sebagai prajurid Sapta Marga! Dia seharusnya menjadi "corong kebenaran" untuk membuka pikiran umat bahwa "keberhasilan dan kegagalan PDSD-Maluku adalah cerminan dari keberhasilan dan kegagalan PDSD-Pusat di Jakarta, juga! Sayangnya, Hasyim Muzadi sudah melibatkan diri ke dalam ALIANSI Penjahat, Pemerintah NKRI-TNI/Polri-Laskar Jihad, melalui sebuah silaturahmi singkat dengan Jafar Umar Thalib!

Liputan6 (02/05/02) memberitakan pertemuan "paguyuban pelawak beriman" yang dihadiri oleh, antara lain "Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Kiai Haji Sholahuddin Wahid, Sekretaris Jenderal Muhammadiyah Goodwil Zubir, Ketua Majelis Ulama Indonesia Hamidan, dan Menteri Agama Said Agil Al Munawar," yang menemui Menkokesra Yufuf Kalla! Mereka menyesalkan insiden pengibaran bendera Republik Maluku Selatan saat perayaan Hari Ulang Tahun ke-52 kelompok separatis itu, 25 April silam [baca: Puluhan Pengibar Bendera RMS Ditahan] dan penyerangan sekelompok orang bersenjata ke Desa Soya dan Ahoru, Kecamatan Sirimau, Ambon, yang menewaskan 12 warga sipil [baca: Dua Ledakan Mengguncang Ambon, 12 Orang Tewas]." Paguyuban pelawak beriman ini lalu memberikan rekomendasi kepada Pemerintah NKRI bahwa, "kedua kasus tersebut adalah pelanggaran hukum yang harus diusut tuntas. Karena itu, penegakan hukum di Ambon mutlak diperlukan".

Sebenarnya, Hasyim Muzadi sudah menjatuhkan vonisnya, bahwa "pangkal kerusuhan Maluku adalah gerakan separatis RMS yang sudah ‘dibaptisnya’ terlebih dahulu!" Dia tidak menyangka bahwa "kebiadaban di Soya" akan begitu menarik perhatian dunia internasional, yang terlihat dari gencarnya pemberitaan media asing tentang hal itu. Dia juga tidak menyangka bahwa ulah munafiknya itu akan dipertanyakan dan disebra-luaskan media. Untuk memutihkan wajahnya yang seperti pemabuk berat di pasar Ambon itu, dia kembali dengan pernyataan munafik bahwa "RMS dan FKM tidak identik dengan Kristen Maluku!" dan "Separatisme tidak identik dengan agama!" Satu hal yang dia lupakan atau sengaja lupakan adalah pernyataan bahwa, "RMS dan FKM adalah milik Muslim-Kristen (Salam-Sarani) Maluku," (seperti pengakuan Ketua PP Muhammdiyah, Syafii Maarif)! Dengan demikian, "emosi umat Islam Maluku terhadap penaikkan bendera RMS, yang berakhir dengan tindakan anarkis dan pembantaiana biadab, dapat dibenarkan"! Dia tahu persis bahwa jangankan penyerang biadab ke Desa Soya, pelaku pembom (Ongen dan Zasa) saja tidak akan mudah untuk ditangkap, apalagi diadili. Oleh karena itu, dia mengikuti jejak Laksar Jihad, FPIM, FSUIM, TPM, dan lain-lain kelompok sampalan "I" dan "M", untuk menuntut penegakkan hukum di Maluku! Jika "pembom, pembakar dan pembantai" tidak tertangkap dan kasusnya tidak terungkap, siapakah di Maluku yang akhirnya ‘tersedia’ untuk diadili? FKM dan RMS Kristen! Karena melawan PDSD-Maluku? Mungkin saja! Karena tindakan "separatis"? Sabar dulu!!! Apa itu separatis dan apa dasar hukum Pemerintah NKRI untuk memberikan ketetapan politis bahwa RMS adalah gerakan separatis? Jika Pemerintah NKRI berencana untuk luput dari keharusan menyelesaikan kesimpang-siuran masalah saparatisme ini, maka mereka akan membiarkan berbagai tokoh dan Ormas samapalan "I" dan "M" di seluruh "kandang nusantara" untuk mengembikkan kata "separatisme", sehingga umat tengggelam di dalam hingar-bingar sensasi dan luput dari mencermati pagelaran Pengadilan jadi-jadian yang munafiknya tidak kalah dengan Hasyim Muzadi!

Ternyata, NKRI ini bukannya terpuruk di degala bidang, tetapi malah semakin menonjol di dalam hal produksi "paguyuban pelawak munafik beriman!" Media asuhan ICMI, Republika (0/04/020), mencoba menampilkan DPW Forum Komunikasi Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (FKASWJ) Yogyakarta, yang menemui Komisi A DPRD DIY, Selasa (30/4), untuk "secara tegas mengutuk tindakan pengibaran bendera RMS tersebut. Menurut mereka, tindakan tersebut merupakan simbol nyata dari bentuk pembangkangan terhadap negara. endesak aparat TNI/Polri unruk menindak tegas gerakan sparatis RMS di Ambon." Dasar kelompok biadab beriman, penaikkan bendera yang tidak memakan korban jiwa mereka kutuk, sementara pembantaian warga Kristen Soya, sampaipun bayi berumur 8 bulan, mereka halalkan! Dasar kelompok munafik beriman, mereka sendiri yang membangkang terhadap Kepala Negara, menistai negara dengan memasukkan teroris internasuional secara illegal, dan menghianati Pancasila dengan memberlakukan "hukum tak beradab" di Maluku, sekarang memaksakan tindakan hukum atas FKM/RMS hanya melalui tuduhan idiot mereka, yang mengaku sebagai pencinta dan pembela integrasi NKRI! Apa hubungan Komisi A DPRD DIY dengan Maluku?

Para pendusta munafik beriman ini menuntut agar "menindak tegas aksi yang dilakukan pendukung RMS tersebut. Karena tindakan ini bisa menimbulkan disintegasi bangsa,'' padahal tindakan mereka yang "berbau onta" (disuapi dengan dana dan dicocok hidungnya oleh Arab) itulah yang sedang mencerai-beraikan bangsa atas dasar pemahaman sektarian picik dan bar-bar! Coba perhatikan dari tingkat menteri sampai kepada habib dan panglima gerombolan beriman, yang mengacaukan tata kehidupan bermasyarakat di dalam negara ini adalah "turunan Arab!" Turunan Arab inilah yang sedang berusaha mencekeram Indonesia melalui sisi Islam! Mereka inilah "racun di dalam masyarakat" dan "sumber perpecahan bangsa", dan hal ini sudah diakui sendiri oleh bapaknya si "buta dari goa jin" – Husein Alhabsyi, Ali Alhabsyi, di Ambon bertahun-tahun lalu. Mereka merusak tatanan hidup "kemajemukan di dalam kebinekaan", dengan menyuntikkan racun "absolutisme sektarian"! "Semua harus Islam karena hanya Islam yang bisa membawa Indonesia keluar dari kemelut" (mungkin menuju Pemerintahan Taliban Baru). Mereka sudah secara trang-terangan menunjukan usaha untuk "menggeserkan Pancasila", yang berarti "usaha untuk mencerai-beraikan rakyat Indonesia", atau "menyatukan rakyat Indonesia ke dalam bentuk kolonoalisme baru"-kolonialisme sektarian berbasis Arab, SECARA PAKSA! Saudara laki-laki dan perempuan saya di KESUI yang "dikebiri paksa", dan Abdullah yang dirajam sampai mati, adalah contoh dari KEKEJAMAN dan KEBIADABAN KOLONOALISME SEKTARIAN yang sedang diupayakan! Itulah yang mereka namakan NASIONALISME sekarang ini, dan siapa yang menentang "rezim sektarian" tersebut karena kekejaman dan kebiadaban mereka, akan dicap sebagai SEPARATIS! Semoga bangsa ini sadar sebelum terlambat.

Salah satu "Pendusta beriman" terbesar saat ini adalah "Ayip Syafruddin", Ketua Ketua DPP Forum Komunikasi Ahlus Sunnah Waljamaah! Orang ini mencoba "meng-Alifuru-kan warga Kristen Poso", dan menyebar teori idiotiknya tentang "RMS Poso"! Republika, (03/05/02) menayangkan pernyataan si pendusta yang tidak punya malu, bahwa "peristiwa Soya itu telah mendiskreditkan umat Islam." Persoalannya adalah, apakah pelaku pembantaian biadab di Desa Soya itu adalah "wakil umat Islam" atau bukan, dan ini biasanya tergantung dari "klaim Laskar Jihad", dan "sikap umat Islam" sendiri (menolak atau menerima klaim tersebut)! Perhatikan saja ucapan si Safruddin, ketika Panglima Laskar Jihad, Jafar Umar Thalib ditangkap. Tanpa memegang bukti apapun, penipua beriman ini lalu menuduh "Pihak Barat terlibat di dalam penangkapan tersebut!" Artinya, ketika Jafar Umar Thalib mengipas kebencian antar golongan dan menghasut umat untuk saling bunuh, dia dibenarkan karena Islam, sebab hal itu dilakukan di dalam sebuah Tabliq Akbar dan atas nama Allah. Tetapi ketika tindakan itu harus dikenai sangsi hukum Negara, maka yang dijadikan kambing hitam adalah pihak Barat, dan tentunya dengan embel-embel "membenci dan berniat menghancurkan Islam!" Seharusnya, umat Islam sendiri, khususnya yang mengaku sebagai "Islam moderat" seperti Nurcholis Madjid, memberikan pernyataan, apakah memang tindakan si Jafar Umar Thalib itu sesuai dengan "kaidah Islam" atau tidak, dan apakah klaim Laskar Jihad itu dapat diterima dari sisi "kelayakan perilaku" mereka sebagai umat Islam! Mereka-mereka ini (Nurcholis Madjid, cs), bukannya memberikan penilaian, apakah model laskar-laskaran bersenjata, permusuhan dan kebencian sektarian, dan tindakan-tindakan anarkis serta pembantaian masal atas nama iman seperti ini adalah "ujud Islam di dalam perkembangan zaman" atau bukan, tetapi malah mempersalahkan thesis Samuel Hutington!

Jika Laskar Jihad adalah representase Islam (umumnya) dan Islam Indonesia (kususnya), maka thesis Hutington benar! Sebaliknya, jika thesis Hutington salah, maka Laskar Jihad bukanlah representase Islam sedunia, khususnya Islam Indonesia! Sayangnya, para tokoh yang mengaku intelektual Muslim moderat, malahan KH. Abdurahman Wahid, hanya memiliki keberanian dan moral untuk menyalahkan Hutington, tetapi membiarkan Laskar Jihad menyatakan diri mereka sebagai "wakil sah dari Islam"!

Kembali kepada si pendusta murahan, Ayip Syafruddin, kita lihat sebuah argumen yang mirip dengan punya "Komite Penegak Kebenaran, Keadilan dan Penghentian Kekerasan di Maluku", Mulyadi Goce, "secara teritorial, tidak mungkin warga Muslim dapat menembus Soya karena daerah itu dikuasai komunitas Kristen. Inikah produk pikiran seorang sarjana dan pemimpin umat Islam? Desa Poka-Rumahtiga dan Desa Waai, adalah contoh dari "desa yang Kristen yang hancur dan dirampok Laskar Jihad"! Di Maluku TIDAK ada istilah "desa yang dikuasai umat Kristan" karena yang mereka tempati sekarang adalah "desa milik mereka, warisan leluhur mereka, dan bukan desa rampasan pemberina Allah!" Mengapa umat Islam harus mendaulat manusia dungu, pendusta, licik dan tidak punya malu seperti ini?

Dengarkan lagi embikannya si Ayip Syafruddin! "Ia menduga pelakunya adalah RMS atau mereka yang berkepentingan dengan tenggelamnya isu separatis. "Tindakan makar RMS merupakan konflik vertikal dengan negara, untuk itu diciptakanlah isu konflik horizontal dengan meletusnya peristiwa Soya." Oknum ini memang memiliki moral iblis, moral terkutuk! Jika RMS/FKM memiliki kemampuan tempur seperti yang diperlihatkan oleh pembantai biadab di Soya, sudah lama Maluku bersih dari sampah dan kotoran onta seperti Laskar Jihad, termasuk ALIANSI busuk buatan Jakarta! Kedua, RMS/FKM tidak memiliki moral terkutuk seperti yang dikembangkan Laskar Jihad di dalam apa yang mereka sebut sebagai perjuangan di jalan Allah! RMS belum pernah menuju pertempuran (dulu) dengan syarat harus "menetek pada dada seorang muslimah" dan "tidak menambah infak dengan menjarah kuburan orang"!

Mengapa mereka-mereka yang selalu mondar-mandir UGM – Universitas Islam di Jogjakarta, di dalam lagak sebagai cendekiawan NKRI, tidak becus menantang FKM di dalam debat terbuka, tetapi hanya mampu mengembik seperti kambing liar dari padang pasir? Bagaimana seorang "Spi" dan katanya sedang menulis thesis "MSc", tidak saya katakan sebagai seorang idiot, ketika dia mengatakab bahwa "RMS berniat mengubur isu separatis dengan membantai warga Kristen Soya"? Padahal, walaupun sudah ditangkap dan diancam, Pimpinan FKM masih secara terus terang mengaku bahwa "Penaikan Bendera RMS akan tetap dilaksanakan"? Masakan orang "mengubur isu separatis dengan mengibarkan bendera separatis"? Masakan umat Islam mendaulat si idiot munafik ini sebagai pemimpin? Apa yang mereka lihat padanya, jenggotnya atau giginya yang mancung?"

Coba kita soroti lagi "dua idiot" dari Laskar Jihad! Yang pertama adalah SH-idiot Mahendradatta! Koordinator Tim Pengacara Muslim (TPM), ini mengatakan bahwa "RMS berkepentingan terhadap darurat militer. RMS sengaja memancing-mancing pemberlakuan darurat militer untuk menarik simpati dari dunia internasional dan menjerumuskan TNI." Saya mohon maaf tetapi saya harus katakan bahwa, "Salah satu konsep laknat yang dikembangkan oleh berbagai organisasasi sampalan "I" dan "M" seperti ini, adalah mengaitkan kebiadaban mereka dengan kebencian pihak Barat!" Laskar Jihad yang membiadab, RMS yang dituduh memancing DM untuk menarik simpati pihak Barat, yang tentunya akan diklaim sebagai pembenci Islam. Katakanlah bahwa RMS memang melakukanya! Bukankah hal ini bermanfaat untuk "membuktikan kebenaran NKRI dan kesalahan RMS di hadapan pihak Barat (Internasional)? Daripada setiap hari cuma bisa mengembikkan "separatisme", bukankah TPM yang andal ini bisa membuktikan dirinya sebagai "Pengacara NKRI" yang menggugurkan klaim RMS di hadapan dunia Internasional? Mengapa mereka sepeetinya trauma ketika melihat kemungkinan hadirnya pihak Internasional, sementara orang yang memiliki kebenaran tidak perlu takut berhadapan dengan siapapun juga? Karena, "mana ada iblis yang bermain di bawah cahaya lampu", apalagi lampu Osram?

Idiot kedua adalah si Panglima Laskar Jihad sendiri. Melihat sweeping senjata yang dilakukan aparat di Maluku, Jaffar Umar Thalib berkomentar, "sweeping itu hanya untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap gerakan separatis RMS di Ambon. "PDS Maluku ingin menutup-nutupi gerakan separatis itu." Tanpa sadar si Panglima dungu ini memperlihatkan "kepentingannya terhadap kepemilikan senjata ilegal", sekaligus memberi kesan bahwa "FKM/RMS tidak bersenjata", dan karena itu tidak menentang sweeping senjata, dengan menggunakan berbagai alasan idiot! Jika PDSD-Maluku menutup-nutupi gerakan separatis, bukankah si Panglima idiot dan konco-konconya lebih dari mampu untuk mengungkitnya lagi? Mereka kan punya TPM, Rustam Kastor, Hamzah Haz, Amin Rais, Wiranto, Suaidi Marasabessy, Susilo Bambang Yudhoyono, Sudi Silalahi, Firman Gani, Edi Darnadi, Da’i Bachtiar, Din Syamsuddin, Hasyim Muzadi, dll.sb! Masakan kelompok ALIANSI ini harus kalah sama PDSD-Maluku? Jafar Umar Dungu ini tidak sadar bahwa justeru sikap PDSD-Maluku yang dia tuduhkan itu harus "diaminkan", karena itulah juga yang diinginkan si Mahendradatta dengan TPM sampalannya, serta dikehendaki oleh ALIANSI yang tak ingin kejahatan mereka dibuka di depan umum oleh RMS/FKM! Setelah masuk kerangkeng, entah apa lagi komentar idiot dari si ular padang pasir yang berbisa ini!

Setelah mengemukakan para idiot dan munafik yang mereka daulat sebagai ‘tokoh Islam andalan’, media iblis asuhan ICMI juga tidak mau ketinggalan untuk menampilkan inteligensia dan moral mereka ke dapan umum! Bedanya, jika anda cukup jeli, media iblis ini "tidak lagi mengandalkan salah satu konsep laknat mereka, "Separatis Kristen". Dengan semikian, orang akan memandang wajah iblis mereka seperti wajah malaikat keadilan, padahal, dibalik jubah putih itu terdapat sumber segala jenis kenajisan!

Republika, (30/04/02) menulis, "Kesadaran itu datang terlambat. Sayang sekali, tetapi ya apa boleh buat. Bahwa, biang keladi perseteruan di Maluku adalah oknum-oknum yang menamakan diri Republik Maluku Selatan. Dan, bahwa perseteruan yang menumpahkan darah sekian banyak warga Maluku dari pihak Muslim dan Kristen dipicu oleh ulah oknum-oknum separatis itu. Dengan perkataan lain, sekian lama kedua penganut agama ini dikerjain oleh organisasi bentukan penjajah Belanda itu untuk baku bunuh. Dan sampai sekarang mereka masih terus berupaya memecah Indonesia."

Sebuah pernyataan yang menggambarkan intelektual dan moral yang menjijikkan dan memalukan! Saya sudah pernah mengulas panjang-lebar, bahwa jika RMS adalah sumber dari pertikaian Muslim dan Kristen Maluku, maka Pemerintah Belanda tidak akan berhadapan dengan tindakan radikal seperti "pembajakan kereta api oleh Children of War", tetapi sibuk melerai kedua pihak yang saling bunuh di Belanda. Selain itu, Sdr. Umar Santi tidak akan sudi menjadi Ketua FKM Regional Eropah! Di Indonesia sendiri, tidak akan pernah ada Malino II, tidak akan ada pelukan dan air mata antara sesama saudara-bersaudara Hatuhaha (yang seperti pukulan telak di wajah Pemerintah NKRI), dan Gubernur Maluku, Mohammad Saleh Latuconsina tidak akan tinggal di antara warga Kristen, kalau ingin berumur panjang! Satu hal yang cukup penting dijadikan bantahan terhadap "serangan iblis di dalam kalimat yang merayu-rayu" seperti di atas adalah kenyataan bahwa "RMS bukan kelompok rakus dan kelaparan, karena Maluku masih cukup luas dan kaya untuk menghidupi Salam-Sarani turun-temurun!

Saya harus mengingatkan lagi, berhati-hatilah dengan ‘iblis berwajah malaikat’, karena lidahnya menghasilkan racun teramat manis tetapi sangat mematikan. Kita sedang berhadapan dengan sebuah media iblis asuhan ICMI yang sedang mencoba menggunakan topeng malaikat yang cocok untuk mengelabui dan membunuh kita! Simak "racun manis"-nya yang berikut ini!

Republika: "Oknum RMS maupun FKM bukanlah warga Kristen, mereka semata-mata adalah pemecah belah, separatis, sebab kegiatan mereka tidak pernah dan tak mungkin mendapat restu dari pihak gereja atau warga Kristiani yang saleh." Inilah yang saya katakan sebagai "racun manis yang amat mematikan"! Sekali iblis, tetap iblis! Buka arsip tayangan Republika (dan laskarjihad.or.id) dan anda akan sukar menghitung judul yang senapas dengan "Gereja Marantha adalah sarang RMS" atau "Gereja Protestan Maluku identik dengan RMS"! Media iblis ini mencoba memamerkan wajah malaikatnya, padahal baru satu minggu yang lalu, Ketua FSUIM, Husni Putuhina mengatakan (Ambon, LaskarJihad.or.id, 23/04/2002), "ada organisasi atau gerakan selain FKM yang mempunyai andil besar dalam merancang kerusuhan di Maluku dan terkait dengan gerakan separatis RMS. Kedua organisasi itu adalah Gereja Protestan Maluku (GPM) dan Tim Pengacara Gereja (TPG)" Enam hari sebelumnya, si Jafar Umar Thalib (Ambon, LaskarJihad.or.id, 24/04/2002) "mengingatkan kembali kepada umat Islam untuk segera mempersiapkan diri untuk menghadapi makar kelompok Kristen/RMS"! Lalu, pada Tabliq Akbar, 4 hari sebelumnya, si Jafar Umar Thalib kembali mengasut umat untuk "tidak berrekonsiliasi dengan pihak Kristen-RMS"! Atau memang saya yang salah bahwa sekarang Republika sudah berubah? Jika iblis melawan iblis, maka kerajaannya akan runtuh!

Karena di dorong oleh nafsu jahad dari iblis junjungan mereka, inteligensia Republika jadi malas bekerja, sehingga mengeluarkan perkataan dungu seperti, "Dengan demikian, aparat seyogianya tidak gamang menumpas aksi politik mereka. Jangan sampai kesan yang muncul justru sebaliknya: orang-orang yang memrotes aksi pengibaran bendera itu yang malah dihadang dengan senjata." Bisa lihat inteligensia onta yang jungkit-balik? Masakan aparat begitu bergairah untuk menumpas RMS sehingga menodong pencinta NKRI dengan senjata? Apakah ICMI itu ‘ikatan cendekiawan’ ataukah "ikatan cendawan"?

Yang paling hina dan memalukan adalah bahwa, sementara turunan Arab model Al Habsyi dan Jafar Umar Thalib menyebar dakwah yang "mengkafirkan umat Kristen", dan mencap mereka sebagai "Musuh Allah", Republika terpaksa menjilat ludah mereka hanya untuk mendapatkan sepatah dua kata dari Pendeta Jacky Manuputty, untuk mendiskreditkan dr. Alex Manuputty. Hal ini membuktikan bahwa kelompok najis ini tidak akan segan-segan untuk mengunyah kotoran dengan lahap, asalkan niat jahad mereka terlaksana! Hal ini persis sikap Imam Besar Islam, Ayatollah Rohullah Khomeini, yang mengatai Amerika sebagai "negara setan", tetapi diam-diam membeli senjata setan untuk membantai sesama Muslim! Lihat, bagaimana media iblis – Republika memainkan lidah ulranya untuk mempermanis racun mematikan mereka (Republika, 30/04/020)! Di bawah judul manis, "Warga Kristen Tolak FKM/RMS", Republika menurunkan hasil wawancara mereka dengan Jacky Manuputty Sekretaris Crisis Center Gereja Protestan Maluku, "Ia satu marga dengan Pemimpin Eksekutif Front Kedaulatan Maluku (FKM) Alexander Hermanus Manuputty. Namun demikian, pendeta ini menegaskan warga Kristen dan Gereja Protestan Maluku menentang FKM yang membawa semangat usang Republik Maluku Selatan (RMS)."

Rupa-rupanya, media iblis dan pengasunya, ICMI, sudah tidak sanggup lagi untuk mengalahkan FKM (dan RMS) malalui "baptisan dan penyebaran hasutan separatis Kristen", dan sudah melipat ekor mereka di antara kedua paha, lalu mengeluh dengan telinga terkulai bahwa "Sangat sukar atau bahkan Tidak mungkin RMS disalahkan menurut jalur hukum formal"! Jika umat Muslim yang diwakili oleh Laskar Jihad terus berlagak sebagai pencinta NKRI dan pembela integrasi dan membantai umat Kristen, mereka akan terlihat seperti penjagal beriman di mata dunia (walaupun mereka memang begitu). Tetapi jika warga Kristen Maluku bisa dirayu dan diracuni untuk ikut memusuhi FKM/RMS, apalagi sampai ikut membantai mereka, maka persoalan menjadi semakin mudah, bersih dan lancar! Nanti setelah FKM/RMS terlindas, barulah umat Kristen dungu tadi dihabisi oleh para iblis beriman, yang waktu itu sudah menanggalkan topeng malaikat mereka!

Saya tidak adil, jika saya tidak mengomentari pernyataan Pdt. Jacky Manuputty tentang FKM/RMS! Saya tidak akan membantah pernyataan Pdt. Jacky Manuputty, sebab apa yang diutarakannya (terbanyak) adalah "pendapat pribadi!" Saya juga tidak terlalu tertarik dengan apa yang Gereja nyatakan tentang FKM/RMS, atau ungkapan-ungkapan Pdt. Jacky Manuputty seperti, "tidak realistis", "menolak secara pribadi", "mengingkari realitas kemalukuan", "bermimpi merdeka"! Yang saya sesalkan adalah bahwa sebagai Pendeta, yang harus berpihak kepada kebenaran, Jacky Manuputty TIDAK BERANI mengatakan, "Apakah RMS itu kelompok separatis, sesuai dengan hukum dan konvensi Internasional atau tidak!" Setuju atau tidak setuju, menolak atau menerima, realistis atau abstrak, dll. seperti itu hanya "sampah" yang tidak berguna untuk kebenaran, Pdt. Jacky Manuputty! Saya berdosa jika saya menilai kadar kependetaan Jacky Manuputty, dan saya tidak mau terperangkap ke dalam permainan najis sang iblis yang bernama Republika (mengadu domba kita)! Saya hanya ingin mengingatkan, bahwa ketika kita berbicara tentang RMS, kita berbicara tentang darah dan nyawa anak-anak Maluku yang dikorbankan, dan kesengsaraan selama 52 tahun, baik dari mereka yang di dalam pembuangan, maupun bagi kita yang terintimidasi di tanah sendiri dan akhirnya diadu untuk saling bantai, oleh Jakarta! Sampai kapan inti masalahnya harus dibiarkan tak tersentuh dan berapa banyak lagi nyawa yang harus melayang dan sengsara yang harus ditanggung? Jawabannya ada di dalam hati kita, saya dan anda, Jacky Manuputty, dan ini BUKAN masalah setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka, tetapi BENAR atau SALAH, dan untuk itu YESUS KRISTUS perintahkan kita katakan YA atau TIDAK, dan selebihnya jangan!

Kita sekarang diperhadapkan dengan kenyataan yang baru, bahwa Jafar Umar Thalib akhirnya ditangkap oleh jajaran Polri dan disekap di Mabes Polri, Jakarta! Apakah ini suatu pertanda baik, bahwa kebenaran dan keadilan mulai mendapat tempat di dalam negara ini? Mungkin begitu, dan mungkin pula begini, bahwa ini hanya awal dari semacam permainan sandiwara Jakarta yang baru. ita bisa mengingat bahwa Jafar Umar Thalib pernah mendapat perlakuan yang sama, sebagai usaha perwujudan sikap adil yang semu (karena dr. Alex Manuputty juga ditangkap). Si Jafar kemudian dilepaskan dari Mabes Polri dengan catatan bahwa status ‘tahanan rumah’ akan dipertimbangkan dan ditetapkan kemudian! Rupanya, yang dimaksudkan Polri dengan ‘rumah’ bagi seorang seperti Jafar Umar Thalib adalah ‘seluruh Indonesia’, dan mungkin pula Arab! Di dalam status rekayasa yang menggantung seperti itu, Polri lalu berpura-pura buta dan tuli, sehingga si Jafar bisa kemana-mana – Poso, Sulsel, Papua, Maluku, dll. untuk menabur racun sektarian dengan dalih dakwah! ALIANSI masih berjaya, dan seperti kita semua tahu, jika iblis berperang melawan iblis, niscaya kerajaannya akan tumbang! Masih akan ada banyak tabliq akbar dan Jafar Umar Thalib bisa dilepaskan lagi, dengan alasan "menjaga perasaan umat Islam!"

Saya bukan pesimistis, tetapi kebenaran dan keadilan tidak datang dari Jakarta! Kita harus tetap waspada dan menguji segala sesuatu. Kita perlu menguji diri kita sendiri juga, di hadapan Sang Kebenaran! Komentar saya selam ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa Maluku, saya dan saudara semua, tidak bersalah! Kita semua memberikan sumbangan masing-masing untuk menimbun dosa Maluku. Di dalam kemalangan dan sengsara orang lain, masih ada yang tidak perduli dan terus mengail keuntungan sebesar-besarnya. Maksiat dan judi dijadikan hiburan dengan alasan menghilangkan ketegangan karena kerusuhan dan lalu dijadikan mata pencaharian yang halal, sementara Yudas Iskariot baru semakin banyak yang dilahirkan!

Gereja dan Mesjid enggan bertindak untuk mengangkat Maluku dari kejatuhan, karena sibuk memikirkan efek politis yang harus dihadapi. Kedua belah pihak membiarkan diri untuk dihasut dan dijerumuskan ke dalam sikap saling mencurigai. Muslim berpikir bahwa Kristen adalah penghianat yang beruntung bisa dekat dengan Barat, sementara Kristen berpikir bahwa Muslim adalah penghianat yang beruntung karena seiman dengan Laskar Jihad dan antek-anteknya. Padahal, Barat menentang semua jenis pelanggaran HAM dan membantu kedua pihak, sementara Laskar Jihad merendahkan dan menindas Muslim Maluku! Banyak Muslimin Maluku yang terpaksa harus bermanis muka kepada Laskar Jihad, walaupun diperas dan dirampok secara diam-diam. Banyak ratapan Muslimah Maluku yang tidak bisa bersuara, karena dijadikan sajian bebas dan gratis bagi pemuasan nafsu binatang Laskar Jihad, atau karena harus merelakan anak gadisnya menjadi tumbal bagi keselamatan keluarga. Kristen Maluku dibantai, tetapi Muslim Maluku dibiarkan ‘hidup di dalam kematian’ (rasa dan harga diri)! Karena itu Salam-Sarani Maluku harus saling menangisi dan mendoakan. Salam-Sarani Maluku harus bersatu dan memihak kepada kebenaran, untuk melawan kemunafikan dan kejahatan dari luar, serta dan membunuh kemunafikan kejahatan dari dalam! Setelah itu, barulah kita boleh berharap bahwa ‘usaha kita ke arah kebenaran’, akan menggugah Tuhan untuk melawat dan tinggal bersama Maluku!

(habis)

Salam Sejahtera!

JL.
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/kariu67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044