The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Pemerintah Pusat: Pulihkan Keadaan Ambon Secepatnya


KOMPAS, Rabu, 1 Mei 2002

Pemerintah Pusat: Pulihkan Keadaan Ambon Secepatnya

Photo: Hentikan Kekerasan - Konflik berkepanjangan yang terjadi di Maluku telah menyebabkan perempuan dan anak-anak yang tak berdosa mati sia-sia. Karena itu, Koalisi Perempuan Maluku yang merupakan gabungan perempuan dari dua komunitas, Selasa (30/4), mendesak penguasa agar segera menghentikan kekerasan dan pembantaian yang terjadi. KOMPAS/SUTTA DHARMASAPUTRA

Jakarta, Kompas - Pemerintah belum akan memberlakukan status darurat militer di Kota Ambon karena saat ini masih ada peluang untuk membuat Penguasa Darurat Sipil Daerah (PDSD) Maluku menjalankan tugasnya secara lebih efektif. Di sisi lain, pemerintah pun mengingatkan bahwa dengan diberlakukannya keadaan darurat militer, maka kebebasan dan hak asasi manusia (HAM) akan sangat dibatasi.

Penegasan itu diberikan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Susilo Bambang Yudhoyono kepada pers di Jakarta, Selasa (30/4), usai pertemuan terbatas antara Presiden Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden Hamzah Haz, Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Menko Kesra Jusuf Kalla, dan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono.

Melalui pertemuan itu, pemerintah menginstruksikan kepada PDSD dan jajarannya untuk memulihkan keadaan Ambon secepatnya dan menegakkan hukum secara tegas tanpa pandang bulu.

Sementara itu, Ketua Fraksi PDI Perjuangan Roy BB Janis mengatakan, Presiden meminta agar orang-orang yang menyulut kembali kerusuhan di Ambon, termasuk yang membangkitkan gerakan separatisme, agar ditindak tegas lewat jalur hukum.

Usai menghadiri upacara serah terima Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) di Surabaya, Panglima TNI Laksamana Widodo AS mengatakan bahwa pihaknya mendukung penuh semua tindakan tegas yang dilakukan pemerintah darurat sipil di Ambon dalam menangani persoalan stabilitas keamanan.

Di Ambon, Koalisi Perempuan Maluku (KPM) menuntut Gubernur selaku Penguasa Darurat Sipil Daerah (PDSD) Maluku M Saleh Latuconsina untuk mengusut tuntas semua anggota Fron Kedaulatan Maluku-Republik Maluku Selatan (FKM-RMS), Tim 11, dan Laskar Jihad. Kelompok tersebut dianggap jelas-jelas telah menodai perjuangan masyarakat Maluku yang sedang memperbaiki hidup setelah tiga tahun terpuruk akibat konflik berkepanjangan.

Minta dukungan

Yudhoyono mengatakan, "Saya berharap, berikanlah dukungan kepada semua pihak yang ingin menyelesaikan permasalahan di Ambon. Jangan ditambahi dengan isu-isu lain, seperti agama, politik, dan isu sosial yang sebenarnya makin memperumit permasalahan yang ada. Jangan dikembangkan sikap saling menyalahkan, tidak perlu lagi harus dibebani dengan kontroversi darurat militer."

Yudhoyono kembali mengingatkan tentang konsekuensi diberlakukannya darurat militer. "Hal ini perlu diketahui karena jangan sampai di satu sisi pemerintah didorong terus untuk menangani kerusuhan Ambon dengan status darurat militer, tetapi publik dan rakyat Indonesia tidak paham adanya risiko tertentu yang pada akhirnya akan menyalahkan bahwa TNI/Polri telah melanggar HAM atau mengekang kebebasan."

Dan, untuk menambah kapasitas daerah, pemerintah pusat telah menambah kekuatan satuan Brigade Mobil (Brimob) dua satuan setingkat kompi (SSK) yang diterbangkan pada 27 April 2002 dini hari dan 29 April 2002. Selain itu, juga diberangkatkan tim asistensi PDS Pusat yang terdiri dari pejabat senior dari Depdagri, Kejaksaan Agung, dan TNI/Polri untuk memberikan asistensi dan bantuan untuk memulihkan keamanan dan penegakan hukum oleh PDS di daerah supaya dapat berjalan lebih efektif.

Usut tuntas

KPM juga mendesak kepada PDSD Maluku agar sesegera mungkin mengklarifikasi rumor yang cenderung telah menjadi stigma, seolah-olah FKM-RMS dan Laskar Jihad merupakan representasi masyarakat Kristen dan Muslim di Maluku.

Berkaitan dengan penyerangan di Soya, KPM meminta pertanggungjawaban Panglima Kodam XVI Pattimura Brigjen Moestopo atas terjadinya penyerangan, pembakaran, dan pembantaian masyarakat Soya yang tidak berdosa.

Demikian pernyataan sikap dari Koalisi Perempuan Maluku yang disampaikan Koordinator Lapangan KPM Yamike Amahoru kepada PDSD Maluku dalam aksi damai di rumah kediaman gubernur, Selasa, di Manggadua, Ambon.

Dalam aksi damai itu juga diadakan pembacaan puisi yang pada intinya menggugah hati para penguasa agar sesegera mungkin menghentikan kekerasan di Ambon. Pembacaan puisi yang dilakukan dengan penuh penjiwaan itu membuat suasana menjadi haru.

Pernyataan sikap itu diterima langsung Gubernur Saleh Latuconsina. Dalam salah satu posternya, Koalisi Perempuan Maluku juga menolak dengan tegas rencana penerapan darurat militer. "Kami kaum perempuan menolak darurat militer," demikian tertulis dalam salah satu poster.

Tak perlu ragu

Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sutradara Gintings berpendapat apabila ternyata PDSD Maluku tidak dapat efektif menyelesaikan konflik di Ambon dan tidak efektif mengimplementasikan Kesepakatan Malino II, demi kepentingan penyelesaian masalah di Ambon, mestinya pemerintah tidak perlu ragu-ragu untuk melaksanakan keadaan darurat militer.

"Persoalannya bukan darurat sipil atau darurat militer, tetapi mana yang paling efektif menyelesaikan masalah di sana," tandas Gintings.

Ketua Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia (F-KKI) DPR itu menilai PDSD Maluku tidak efektif melaksanakan tugas. "Sudah ada Kesepakatan Malino II, terjadi lagi seperti sekarang ini. Apakah demi kepentingan bangsa, negara, dan keselamatan masyarakat sipil di sana rakyat yang tidak berdosa, kita ragu-ragu lagi melaksanakan darurat militer?" tandasnya.

Gintings meminta pemerintah tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. "Pemerintah sekarang jangan or-lah (ragu-ragu). Yes atau no! Kalau terlalu banyak or dalam menghadapi situasi krisis, krisisnya akan meningkat terus dan tidak akan pernah bisa selesai. Yang perlu, kepada militer diberikan payung politik dan hukum sehingga tidak terulang kasus di mana mereka pada suatu waktu dituduh lagi melanggar hak asasi manusia. Mana yang lebih melanggar HAM, militer dan polisi yang bertindak tegas atau sipil yang dibunuhi kayak kemarin?" ujarnya.

Namun, berbeda dengan Gintings, Wakil Sekretaris Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Firman Jaya Daeli meminta semua pihak tidak terjebak pada skenario bahwa darurat militer harus diberlakukan di Kota Ambon, karena darurat sipil dianggap tidak efektif. "Yang harus dilakukan sekarang adalah mengkritisi kondisi darurat sipil itu," ujarnya di DPR.

Alasannya, pertama, tidak ada kondisi obyektif yang valid untuk diberlakukannya darurat militer. Kedua, tidak ada argumen yang kuat dan mendasar darurat sipil ditingkatkan menjadi darurat militer. "Yang perlu diefektifkan adalah keadaan darurat sipil itu sendiri, sebab dengan darurat sipil, maka semua instrumen yang ada dalam darurat sipil mestinya dan seharusnya patuh dan tunduk kepada PDSD. Saya kira mekanismenya tidak jalan dan ada unsur ketidakpatuhan dan ketidaktaatan instrumen darurat sipil, terutama aparat keamanan dan aparat hukumnya," kata Firman.

Tim Asistensi Pusat

Juru bicara dari Tim Asistensi Gabungan PDSD Maluku dari pusat, Brigjen TNI (Purn) Syamsiar Wangsamiharja, yang juga merupakan staf ahli Departemen Dalam Negeri mengatakan pada pers bahwa pihaknya telah merekomendasikan PDSD Maluku agar tidak ragu-ragu mengambil tindakan hukum yang diperlukan. Ia juga mengharapkan kepada segenap jajaran PDSD Maluku untuk memberikan dukungan penuh.

Tim Asistensi Gabungan dari pusat beranggotakan lima orang yaitu Asisten Operasi KSAD Mayjen TNI Harry Kosasih, Staf Ahli Mabes Polri Brigjen Edi Darnadi, Jaksa Agung Muda Intelijen Kejagung Basrief Arief. Selaku Ketua Tim adalah Staf Ahli dari Depdagri Arbin.

Dijelaskan pula bahwa kehadiran Tim Asistensi Gabungan ke Maluku justru untuk membantu pelaksanaan tugas Gubernur selaku PDSD Maluku agar bisa melakukan pengambilan keputusan yang tepat, efektif, dan cepat.

Mengenai darurat militer, Syamsiar juga menjelaskan bahwa persoalan itu belum dibahas. Pihaknya juga telah menerima laporan bahwa penahanan sementara Ketua Fron Kedaulatan Maluku (FKM) telah dilakukan. Sementara itu mengenai tindakan hukum terhadap kelompok lainnya masih menunggu waktu yang tepat.

Kondisi Kota Ambon sendiri pada hari Selasa kemarin bisa dikatakan kondusif. Aktivitas perdagangan maupun sekolah di masing-masing komunitas berjalan normal. Namun demikian, pasar zona baku bae masih terhenti total.

Insiden kecil juga masih terjadi, yaitu terjadi penembakan pada speeboat tujuan Galala dan Gedungarang. Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam insiden itu namun sempat membuat transportasi laut terhenti. Aksi pelemparan batu juga menimpa SMP Negeri II. Akibatnya, 10 kaca di lantai II pecah dan aktivitas sekolah dihentikan. Kepala Kepolisian Resor Pulau Ambon Ajun Komisaris Besar Noviantoro belum bisa memastikan siapa pelakunya. (osd/bur/gsa/lok/sut)

© C o p y r i g h t   1 9 9 8   Harian Kompas
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/kariu67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044