The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Perlu Perkuat Struktur Penguasa Darurat Sipil


KOMPAS, Jumat, 5 April 2002

Insiden Ledakan di Ambon
Perlu Perkuat Struktur Penguasa Darurat Sipil

Jakarta, Kompas - Untuk menyelamatkan Kesepakatan Malino II, pemerintah perlu segera memperkuat struktur penguasa darurat sipil dan menyatukan aparat kepolisian maupun militer di Maluku dalam satu komando bersama. Hal itu penting dilakukan karena jelas terlihat adanya ketidakkompakan di antara Gubernur, Panglima Komando Daerah Militer (Kodam), dan Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Maluku dalam menangani konflik di Maluku.Demikian dikemukakan oleh sosiolog Universitas Indonesia Dr Imam Prasodjo di Jakarta, Kamis (4/4). Ia mengusulkan agar dibentuk sebuah kepemimpinan kolektif, semacam dewan eksekutif, yang diketuai oleh gubernur guna menjalankan tugas-tugas pemerintahan darurat sipil.

 Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Jusuf Kalla, sekaligus mediator utama Perdamaian untuk Maluku, mengatakan, ledakan bom dan pembakaran Kantor Gubernur Maluku di Ambon hendaknya dijadikan momentum menentukan bagi para tokoh kunci di Maluku, seperti Gubernur, Panglima Kodam, dan Kepala Polda Maluku, untuk bertindak sangat tegas. Kunci perdamaian di Ambon ialah ketegasan sikap seluruh aparat di kota kecil itu.

"Ketegasan sikap itu harus tercermin dari segenap pimpinan dan tokoh masyarakat di sana. Pimpinan di daerah itu harus firm, percaya diri, dan berwibawa bertindak. Jangan ragu, siapa pun yang bersalah tindak dan proses sesuai hukum," ujar Jusuf Kalla ketika ditemui di ruang kerjanya, Kamis.

 Kalla menyatakan, masalah di Ambon kini banyak terpulang kepada aparat setempat, sebab hampir seluruh warga Ambon menolak keras kerusuhan. Mereka rindu perdamaian dan letih bermusuhan. Dendam sesama warga di Ambon mulai padam. Yang ada hanyalah keinginan damai untuk membangun kembali kotanya yang porak poranda.

Jusuf Kalla memuji sikap menahan diri masyarakat Ambon itu. "Di tengah perdamaian yang mulai bersemi, ada saja kelompok yang ingin melihat Ambon rusuh lagi. Inilah sebabnya saya mendesak aparat keamanan dan juga hukum untuk bersikap tegas di sana," kata Kalla.

Bangun kepercayaan

Mengenai usulan semacam dewan eksekutif yang diajukannya, Imam Prasodjo mengemukakan, dewan itu harus melibatkan aparat TNI dan Polri dengan pangkat yang lebih tinggi dari Panglima Kodam dan Kepala Polda serta melibatkan staf ahli dalam resolusi konflik.

 "Wibawa mereka bisa dipakai oleh gubernur untuk mengatasi fragmentasi, baik di kalangan sipil, militer, maupun kepolisian. Dari dulu salah satu soal dalam konflik di Maluku adalah adanya persaingan antara aparat kepolisian dan militer," kata Imam, yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat Riset Hubungan Antarkelompok dan Resolusi Konflik (Ceric) FISIP UI.

 Imam Prasodjo juga mengemukakan, pada saat yang bersamaan, Kesepakatan Malino II yang dilakukan dengan pendekatan top-down perlu segera dilengkapi dengan upaya-upaya dialog dan interaksi damai di tingkat massa akar rumput dari blok ke blok.

 Kepercayaan di tingkat bawah harus dibangun karena merekalah yang merasakan dampak paling luas dan yang paling merasa tidak puas dengan keadaan. Dialog dan interaksi damai dengan menjalankan proyek-proyek rehabilitasi bersama blok per blok, dari desa satu dengan desa lainnya. Sistem informasi dan koordinasi dibentuk sehingga bila terjadi insiden tidak merembet menimbulkan gejolak dan reaksi-reaksi yang emosional.

 Senada dengan Imam, fasilitator Gerakan Baku Bae Maluku Ichsan Malik yang dihubungi terpisah, Kamis, mengatakan, Kesepakatan Malino II sebagai keputusan politik perlu ditopang pendekatan rekonsiliasi dari bawah. Kesepakatan Malino, menurut dia, bukanlah sebuah keputusan hukum ataupun keputusan sosial antarmasyarakat Maluku sehingga pelaksanaannya tidak boleh dipaksakan dengan ancaman kekerasan.

 Sr Brigitta Renyaan, aktivis perempuan di Ambon yang menjadi salah satu penanda tangan Kesepakatan Malino II, juga menyatakan keprihatinannya terhadap kekurangtegasan aparat dalam melaksanakan tugas pengamanan sesuai Kesepakatan Malino II.

Tentara dan polisi di Ambon, kata Brigitta, begitu banyak, tetapi mereka tidak pernah bisa mengungkap pelaku berbagai kerusuhan pasca-Malino II. Masyarakat, kata Brigitta, kini balik menagih para penanda tangan Kesepakatan Malino II karena ada bom berkekuatan besar meledak justru setelah banyak senjata dari masyarakat diserahkan kepada aparat.

Imam mengusulkan, untuk menghindari persaingan antaraparat keamanan yang diterjunkan di Maluku, selain perlu ada satu komando, pasukan yang ada juga perlu dilebur dalam semacam pasukan penjaga perdamaian dengan pendekatan, mental, sistem organisasi, sampai seragam yang berbeda dengan pasukan reguler. Mereka dibagi dan diberi tanggung jawab berdasarkan blok per blok dan bekerja sama dengan penjaga perdamaian yang dibentuk oleh masyarakat.

Tidak terprovokasi

Sikap menahan diri masyarakat Ambon juga mendapatkan pujian dari Kepala Kepolisian RI (Polri) Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar. Usai bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan di Jakarta, Kamis, Kepala Polri menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat di Ambon yang tidak terprovokasi peristiwa pengeboman dan pembakaran di sana.

Ia berharap agar jangan sampai timbul konflik-konflik baru. Ia meminta agar masyarakat memberikan kesempatan kepada aparat keamanan dan hukum untuk bekerja dengan baik, dikoordinasi oleh penguasa darurat sipil, serta meminta agar masyarakat tidak terpancing kerusuhan yang ada.

 Lebih lanjut, Da'i mengemukakan bahwa pihak kepolisian telah bekerja di tempat kejadian perkara (TKP). Dari TKP tersebut terlihat ada indikasi kendaraan yang digunakan (Toyota Kijang merah) dan pemilik kendaraan.

 "Kijang merah sudah ditemukan, sudah diketahui pemiliknya. Ternyata kendaraan itu disewa oleh beberapa orang. Identitas mereka sudah disebutkan. Oleh karena itu, sekarang kami sedang mengejar penyewa kendaraan itu. Si pemilik kendaraan dan sopir sedang kami periksa. Di dalam kendaraan itu juga ada barang-barang yang ada kaitannya dengan bom itu. Jadi sudah sangat kuat dugaan bahwa kendaraan yang digunakan oleh orang itu terkait dengan peristiwa bom itu," kata Da'i.

 Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Endriartono Sutarto sangat mengharapkan aparat keamanan dapat segera menangkap pelaku pembakaran Kantor Gubernur Maluku dan pelaku pengeboman di Kota Ambon dan kemudian mengadili dan menghukum seberat-beratnya. "Saya belum tahu secara pasti apakah aparat sudah mampu membekuk pelakunya. Tetapi yang jelas, saya sangat menyesalkan tindakan itu dan saya sudah dipanggil dan diajak berembuk dengan Menteri Pertahanan. Lagi-lagi rakyat kecil menjadi korban," tuturnya dalam jumpa pers di pelataran Balai Desa Tedunan, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Kamis.

 Wali Kota Ambon MJ Papilaja usai menemui Menko Kesra Jusuf Kalla mengemukakan, rakyat Ambon sudah menerima Kesepakatan Malino II. Ketika insiden terjadi, kedua belah pihak-yang notabene pernah bermusuhan-tidak saling melempar molotov. Anehnya, tiba-tiba terjadi kebakaran hebat di lantai II Kantor Gubernur Maluku. Ada dugaan kebakaran itu memang didesain agar terjadi setelah terjadi ledakan sebelumnya di Ambon.

Harus berhenti

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengatakan, para tokoh agama di Indonesia akan melakukan kunjungan ke Ambon pada pertengahan April. Para tokoh agama akan hadir untuk memperkuat upaya perdamaian yang telah dirintis pemerintah lewat pertemuan Malino II.

"Konflik umat beragama di Ambon, bagaimanapun harus berhenti. Tidak ada masa depan, tanpa pengampunan bersama, dan saya sangat kecewa dengan adanya kelompok yang langsung atau tidak menghambat rekonsiliasi di Ambon," ujar KH Hasyim usai menghadap Menteri Agama Said Aqil Munawar, bersama Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Dr AA Yewangoe dan Julius Kardinal Darmaatmadja, di Jakarta, Kamis.

Aqil Munawar menambahkan, pemerintah sangat menyesalkan pembakaran Kantor Gubernur Maluku di tengah proses rekonsiliasi. "Kejadian itu sangat mengganggu upaya rekonsiliasi setelah mereka merasakan nikmatnya perdamaian," katanya.

 Aqil sangat mendukung keinginan para tokoh agama berkunjung ke Maluku. (wis/as/lok/sah/mba/sup)

© C o p y r i g h t   1 9 9 8   Harian Kompas
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044