KOMPAS, Rabu 10 April, 2002
Aparat Razia Senjata di Ambon
Ambon, Kompas - Sesuai dengan instruksi Gubernur sekaligus Penguasa Darurat
Sipil Daerah (PDSD) Maluku, kegiatan razia (sweeping) mulai tampak dilakukan
tentara di wilayah Kota Ambon. Pemeriksaan adanya senjata api dan senjata tajam
ilegal tersebut dilakukan pada sejumlah pos, dan terutama dilakukan terhadap obyek
yang dianggap rawan.
Pantauan Kompas pada hari Selasa (9/4) siang, kegiatan sweeping itu mulai
dilakukan tentara pada pos perbatasan wilayah Galala. Wilayah yang terletak pada
jalur utama Kota Ambon ke Bandara Pattimura tersebut selama ini merupakan
perbatasan antara wilayah komunitas Muslim dan Nasrani. Wilayah ini juga dikenal
sebagai zona "netral" dengan keberadaan transaksi yang dilakukan sejumlah truk.
Dalam sweeping kemarin, tentara secara simpatik meminta agar seluruh pengendara
dari arah Laha berhenti. Setelah itu, baru para tentara memeriksa barang bawaan para
penumpang di mobil. Namun, tentara tidak melakukan sweeping untuk kendaraan
yang melintas dari arah Kota Ambon.
Kepala Penerangan Kodam XVI/Pattimura Mayor Herry Suhardi dalam kesempatan
terpisah menyebutkan, sebelumnya kegiatan itu sudah dilakukan oleh TNI secara
tertutup pada obyek tertentu yang dianggap rawan. Karena sebelumnya
penggeledahan ini hanya ditujukan pada target-target tertentu, akibatnya pada
masyarakat Ambon terdapat kesan bahwa sweeping baru digiatkan untuk menanggapi
instruksi PDSD, dan terutama karena desakan wakil kedua komunitas dalam
pertemuan dengan rombongan Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan
Susilo Bambang Yudhoyono hari Minggu lalu.
Herry juga menegaskan perintah Panglima Kodam XVI/ Pattimura Brigadir Jenderal
Mustopo bahwa kegiatan sweeping yang dilakukan secara terstruktur akan terus
dilakukan tentara. Secara konseptual, Kodam XVI/Pattimura telah mempunyai garis
kebijakan tertentu yang kemudian dijabarkan oleh masing-masing sektor. Karena itu,
dalam pelaksanaannya, wajar saja jika kemudian penggeledahan dilaksanakan tidak
secara serempak dan tidak terlihat terang-terangan. Herry menegaskan, operasi yang
dilakukan oleh TNI akan sangat ditentukan oleh kebutuhan di lapangan.
Makin sadar
Kesadaran masyarakat Ambon untuk menyerahkan senjata yang dimilikinya demi
menciptakan perdamaian di Ambon kian hari kian meningkat. Setelah dua hari lalu
aparat keamanan memusnahkan 9.257 senjata rakitan yang diserahkan warga secara
sukarela, Warga Desa Hukurila, Naku, dan Kilang, Kecamatan Sirimau, Provinsi
Maluku, hari Selasa kemarin menyerahkan 1.612 senjata tradisional yang dimilikinya
ke aparat keamanan.
Kepala Kepolisian Daerah Maluku Brigadir Jenderal (Pol) Soenarko Danu Ardanto
menandatangani langsung berita acara penyerahan senjata itu. Acara dilaksanakan di
Desa Naku, Kecamatan Sirimau, Provinsi Maluku. Desa Naku adalah salah satu desa
yang terletak di perbukitan. Jaraknya sekitar 20 kilometer dari Kota Ambon. Senjata
rakitan yang diserahkan terdiri dari berbagai jenis seperti basoka, bom, senjata laras
panjang, senjata laras pendek, panah super jet, panah babi, tombak, parang, atau
ketapel.
Dalam sambutannya, Soenarko menyatakan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada masyarakat setempat atas dukungannya dalam menciptakan perdamaian di
Ambon. Soenarko juga memberi apresiasi yang tinggi terhadap spontanitas warga
setempat yang memainkan musik tradisional Totobuang dalam memeriahkan acara.
"Mendengar tabuhan Totobuang tadi rasanya saya lupa dengan berbagai peristiwa
yang terjadi di Ambon," ucapnya disambut tepuk tangan ratusan warga. (dik/sut)
© C o p y r i g h t 1 9 9 8 Harian Kompas
|