KOMPAS, Kamis, 18 April 2002, 21:21 WIB
Hasyim Muzadi: Separatisme Sumber Kekacauan Maluku
Jakarta, Kamis
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menyatakan, sumber kekacauan yang terjadi
di Maluku adalah akibat gerakan separatisme.
"Sesungguhnya, sumber dari sumber kekacauan adalah gerakan separatis. Gerakan
separatisme inilah yang mengaduk-aduk Maluku," kata Hasyim Muzadi kepada
wartawan di kantor PBNU, Jakarta, Kamis.
Dikatakannya, baik kelompok Islam maupun Kristen menggunakan tema agama dan
mengadu domba umat beragama, karena tema agama paling sensitif untuk
meledakkan Maluku.
Menurut Hasyim, apa yang dikemukakannya itu merupakan kesimpulan sementara
dari hasil kunjungannya bersama para tokoh agama yang tergabung dalam Forum
Lintas Agama, yakni Ketua PBNU Salahudin Wahid, Sekretaris PP Muhammadiyah
Goodwill Zubir, Ketua PGI Andreas Yewangoe dan Wakil Kardinal Romo Ismartono
SJ, ke Ambon pada 15-17 April untuk mendorong perdamaian pasca pertemuan
Malino II.
Selama di Ambon, Forum Lintas Agama bertemu dengan Muspida Maluku, kelompok
Muslimin di Mesjid Al Fatah, kelompok Katolik dan Kristen di Gereja Maranatha dan
bertemu juga dengan kelompok garis keras yang dianggap menolak hasil pertemuan
Malino II seperti Komando Laskar Jihad, Laskar Ahlus Sunnah Wal Jamaah, LBH
Muslim dan kelompok Amar Maruf Nahi Munkar.
Menurut Hasyim, masing-masing kelompok itu ditemui secara terpisah, namun pada
16 April dilakukan pertemuan dengan semua kelompok dan Muspida di Hotel Aman
Inn.
Kesimpulan lainnya adalah, masing-masing kelompok mengaku tidak diuntungkan
dengan adanya pertikaian tersebut, merasa sudah lelah perang dan ingin damai,
tetapi selalu saja ada provokasi-provokasi yang mengganggu perdamaian itu.
Selain itu, kalangan Kristen dan Katolik di Maluku menyatakan keberatan dengan
adanya kelompok-kelompok Islam yang mereka nilai garis keras dan menolak
diidentikkan dengan Republik Maluku Selatan (RMS).
PGI dan KWI, kata Hasyim, juga menegaskan bahwa umat Kristen dan Katolik tidak
boleh diidentikkan dengan kelompok separatis RMS yang belakangan berwujud Front
Kedaulatan Maluku (FKM) karena umat Kristen dan Katolik tetap setia dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Pernyataan ini sungguh melegakan, saya berharap teman-teman muslim yang
selama ini menyamaratakan Kristen dan Katolik dengan gerakan separatis mulai
mencabut isu-isu itu," katanya.
"Setelah ada pernyataan PGI dan KWI, saya harap isu itu tidak lagi dilanjutkan dan
kelompok muslim harus meredakan serangan-serangan karena temanya sudah tidak
ada," tambah Hasyim.
Penegasan PGI dan KWI, kata Hasyim, merupakan peluang bagi pemerintah,
terutama aparat keamanan, untuk menindak tegas gerakan separatisme itu tanpa
harus takut terhadap HAM dan sanksi internasional.
Sementara itu menyangkut kelompok yang menolak Malino II, kata Hasyim, ada
beberapa visi, yakni mereka yang memang tidak mau damai namun jumlahnya sangat
sedikit, kemudian mereka yang merasa tidak diorangkan yakni mereka yang terlibat
perang namun tidak diikutkan dalam perundingan.
Selain itu ada juga yang sekedar salah paham, yakni kelompok yang sebenarnya
hanya ingin mempertajam beberapa poin yang ada di perundingan Malino namun
karena salah paham dalam ungkapan-ungkapan sehingga dikabarkan menolak hasil
perundingan itu.
"Saya yakin, apabila pemerintah mendekati mereka dengan baik-baik, masalahnya
akan bisa selesai," demikian Hasyim Muzadi.(Ant/jy)
© C o p y r i g h t 1 9 9 8 Harian Kompas
|