KOMPAS, Minggu, 19 Mei 2002
Masyarakat Adat Muslim Maluku Siapkan Pasukan Pamswakarsa
Ambon, Kompas - Para raja (kepala desa-Red) dari sekitar 30-an desa Muslim
menyatakan siap membentuk pasukan pengamanan swakarsa (Pamswakarsa)
sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah yang berniat meneruskan agenda
rekonsiliasi di Maluku. Pasukan yang terdiri dari sekitar 1.000 orang ini untuk tahap
pertama akan ditempatkan di tiga pos di kawasan Pasar Lama, Batu Merah, dan
Kebun Cengkeh. Sementara itu Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jama'ah di Kota
Ambon bersedia menyerahkan senjatanya secara sukarela.
Raja Desa Seith Mafud Nukuhehe, kepada wartawan di kediaman Gubernur Maluku,
Sabtu (18/5) siang, menjelaskan pembentukan Pamswakarsa itu tidak dimaksudkan
memancing konflik baru. Menurut dia, kehadiran pengamanan ini lebih ditujukan untuk
membantu mengurangi konflik internal komunitas mereka.
Saat menyampaikan lima butir pernyataan sikap di hadapan Gubernur sekaligus
Penguasa Darurat Sipil Daerah (PDSD) Maluku M Saleh Latuconsina di kediaman
gubernur di Manggadua, mereka menyatakan sepakat untuk tidak melakukan jalan
kekerasan. Jalan dialog tetap merupakan pilihan terbaik, termasuk dengan
kelompok-kelompok yang selama ini dicap sebagai penentang perdamaian di Maluku.
Perwakilan Banda Eli Hendra Anwar Suat yang membacakan pernyataan tersebut,
juga menyerukan agar umat Islam bersikap mawas diri dan bersikap arif demi
terpeliharanya persaudaraan menuju penyelesaian konflik Maluku. Oleh karena itu,
mereka juga akan lebih mengedepankan norma-norma adat dalam menyikapi
pelanggaran atas pernyataan sikap mereka itu.
Serahkan senjata
Sementara itu, kesediaan Laskar Jihad menyerahkan senjata selain karena
mempertimbangkan imbauan Wakil Presiden Hamzah Haz, juga karena melihat
adanya kemajuan sikap Pemerintah menanggapi tuntutan mereka dalam
menyelesaikan konflik di Maluku.
Pernyataan kesediaan itu disampaikan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Laskar
Jihad Ahlus Sunnah wal Jama'ah di Kota Ambon, Abdul Hadi, Sabtu (18/5) pagi.
Rencananya, hari Minggu pagi ini Laskar Jihad beserta masyarakat Muslim di
kawasan Kebun Cengkeh akan menyerahkan senjata dan bahan peledak yang
mereka miliki. Meski belum diperoleh data rinci, setidaknya 250 buah bom akan
mereka serahkan kepada aparat keamanan untuk dimusnahkan.
Menurut Hadi, penyerahan senjata secara sukarela tersebut merupakan langkah awal
menyikapi kondisi Kota Ambon akhir-akhir ini. Oleh karena itu, Hadi juga menolak
menyebutkan tentang kemungkinan adanya kompensasi dari kesediaan tersebut.
Saleh Latuconsina menyambut baik kesediaan Laskar Jihad tersebut. Kepada
Kompas, kemarin ia menyebutkan optimismenya bahwa penyerahan senjata secara
sukarela akan menjadi langkah awal dalam membantu mempercepat rekonsiliasi di
Maluku.
Ia menekankan, langkah persuasif akan terus dilakukan untuk mencapai
kesepahaman dalam menyelesaikan konflik di Maluku. Salah satunya, aparat
keamanan menjanjikan dialog intensif dengan kelompok yang selama ini dinilai masih
menentang agenda pemulihan keamanan dan penegakan supremasi hukum dalam
payung Perjanjian Maluku di Malino.
Komandan Satuan Tugas Batalyon Armed-2/KS Mayor Broto Guncahyo menyebutkan
keyakinannya, langkah persuasif dengan dialog intensif merupakan pilihan paling
tepat. Saat tampil dalam dialog bersama tokoh masyarakat kawasan Kebun Cengkeh
di Masjid Amal Shaleh seusai salat Magrib, Sabtu petang, Guncahyo menekankan
bahwa aparat keamanan bukanlah lawan dari masyarakat. "Baru sekarang ada
tentara mau berbicara seperti itu," ujar seorang ibu warga Kebun Cengkeh.
Situasi Kota Ambon dalam pantauan Kompas sampai Sabtu malam relatif tenang.
Sejumlah barikade di jalanan, seperti di pinggiran Pantai Mardika, sudah dipinggirkan.
Tentara hanya berjaga di sekitar pos penjagaan mereka. Aktivitas di pasar-pasar
seperti di kawasan Batumeja dan Batu Merah tetap berjalan normal.
Bahkan sekitar 20 pedagang di pasar zona baku bae di Jalan Pantai Mardika depan
Hotel Ambon Manise (Amans) sudah mulai menjalankan aktivitas sejak Sabtu pagi.
Sebelumnya, zona transaksi yang mempertemukan dua komunitas ini sepi setelah
dipicu insiden pelepasan balon berbendera RMS 25 April silam. Mereka berpindah ke
kawasan Lapangan Merdeka di depan bekas kantor gubernur yang dibakar 3 April
silam.
"Kalau sudah menyangkut urusan hidup, seng ada libur, Pak," kata Mujari, pedagang
bakso di kawasan ini. (dik)
© C o p y r i g h t 1 9 9 8 Harian Kompas
|