KOMPAS, Jumat, 26 April 2002
Bendera RMS Berkibar, Ribuan Warga Unjuk Rasa
* Ledakan Mortir Lukai Dua Warga
Ambon, Kompas - Penjagaan ketat aparat keamanan menjelang perayaan Hari Ulang
Tahun Republik Maluku Selatan (RMS), Kamis (25/4), tidak menyurutkan niat warga
Maluku yang tergabung dalam Fron Kedaulatan Maluku (FKM) untuk mengibarkan
bendera RMS. Berkibarnya sejumlah bendera memaksa aparat keamanan melakukan
penurunan bendera secara paksa, di antaranya dengan tembakan. Sementara itu,
ribuan orang melakukan aksi unjuk rasa menentang pengibaran bendera "Benang
Raja" (bendera RMS) di Tugu Trikora, Jalan Diponegoro, Kota Ambon. Mereka
mendesak pihak aparat keamanan untuk segera menindak tegas para pelaku
pengibaran bendera RMS.
Selama aksi massa itu berlangsung di Tugu Trikora, sedikitnya terdengar lima kali
suara dentuman ledakan bom. Belum dapat dipastikan siapa pelaku peledakan bom
tersebut. Selain ledakan bom, juga terdengar ledakan mortir.
Pada pukul 13.15, Gereja Silo yang terletak tidak jauh dari Tugu Trikora terbakar.
Meskipun massa akhirnya bubar pada pukul 17.00 bersamaan dengan turunnya
hujan, bunyi ledakan masih terdengar hingga pukul 22.00.
Berdasarkan data yang dapat dihimpun, tercatat ada dua korban luka akibat terkena
pecahan mortir. Mereka adalah Rini Mole (18) dan Ny Napi Aipassa (35). Keduanya
merupakan warga Karang Panjang, Kota Ambon.
Rini mengalami luka di kaki kiri dan kanan, perut bagian tengah, tangan kiri, dan
bagian dada. Sementara itu, Ny Napi terluka di bagian belakang kepala dan leher
sebelah kiri. Rini langsung menjalani pengobatan intensif di RS Bakti Rahayu,
sedangkan Ny Napi dirawat di RS Gereja Protestan Maluku.
Tindak tegas
Gubernur selaku Penguasa Darurat Sipil Daerah (PDSD) Maluku Muhammad Saleh
Latuconsina kepada pers, kemarin, mengakui, pengibaran bendera RMS terjadi di
Pulau Ambon, Pulau Seram, Pulau Saparua, dan Pulau Haruku. Pihaknya kemudian
telah menangkap 27 orang yang didapati mengibarkan bendera itu. Mereka kini
ditahan di Kepolisian Daerah (Polda) Maluku dan Kepolisian Resor (Polres) Seram.
PDSD Maluku juga telah resmi menetapkan Ketua FKM Alexander H Manuputty
sebagai tersangka. Selain melanggar ketentuan PDSD Maluku, Manuputty diduga
telah melakukan tindakan makar. Latuconsina lantas memerintahkan Tim Penyidik
Gabungan (TPG) untuk melimpahkan kasus Manuputty ke pengadilan.
Adapun menyangkut aksi kekerasan, pembakaran, dan perusakan, Latuconsina
memerintahkan Kepala Polda Maluku Brigjen (Pol) Soenarko dan Panglima Kodam
XVI Pattimura Brigjen Moestopo untuk mengambil langkah tegas, termasuk mencari
pelaku pembakaran rumah ibadah.
Menanggapi peristiwa itu, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono di Istana
Merdeka, Jakarta, menyatakan kekecewaan dan keprihatinannya. "Saya kecewa dan
sangat prihatin. Kecewanya itu sebenarnya langkah-langkah antisipasi dan persiapan
daerah dalam pengamanan situasi seharusnya bisa dilakukan lebih baik lagi. Maka
sebenarnya perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi dan langkah-langkah
pencegahan lebih tegas lagi," kata Yudhoyono, seraya menarik napas panjang.
Oleh karena itu, atas nama Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai penguasa
darurat sipil pusat, Yudhoyono memberi instruksi kepada Gubernur selaku PDSD
Maluku, Muhammad Saleh Latuconsina, untuk mengambil tindakan hukum yang
tegas terhadap orang-orang yang menyulut kembali kerusuhan di Ambon kemarin.
"Saya ingin betul kali ini penguasa darurat sipil serta pimpinan daerah betul-betul
tegas. Jangan mau Provinsi Maluku, rakyat Maluku, Republik Indonesia, dibakar
terus-menerus hanya oleh sekelompok kecil dari orang-orang yang ada di sana. Saya
sudah memberi instruksi dan kita tunggu. Ini ujian bagi ketegasan, bagi keberanian,
dan langkah-langkah yang tepat untuk penguasa darurat sipil dan semua unsur
pimpinan yang ada di Ambon," kata Yudhoyono.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar juga menyesalkan peristiwa yang terjadi di
Ambon. "Saya mengikuti terus perkembangan di Ambon. Peristiwa itu sangat kami
sesalkan karena upaya kita untuk mencegah pengibaran bendera RMS sudah kita
lakukan. Namun, ada kelompok masyarakat yang juga ingin melakukan tindakan
mencegah itu dalam jumlah besar," katanya di Istana Merdeka Jakarta.
Sementara itu, Ketua Delegasi Muslim di Malino Thamry Ely mengharapkan agar
pemerintah pusat dalam waktu dekat segera membentuk tim investigasi independen
nasional.
Dengan terbentuknya tim itu-yang melakukan penyelidikan obyektif tanpa melibatkan
warga Ambon-Thamrin yakin, berbagai persoalan di Maluku tidak meluas menjadi
persoalan kelompok.
Diterbangkan balon
Bendera RMS, kemarin, dikibarkan di sejumlah pohon dan tiang bendera, ada juga
yang diterbangkan dengan balon gas. Melihat bendera RMS berkibar di sejumlah
tempat, aparat keamanan langsung menurunkan bendera itu dari tiangnya. Sementara
untuk menurunkan bendera RMS yang diterbangkan dengan balon, sejumlah aparat
melepaskan tembakan ke udara.
Begitu melihat bendera RMS dapat diterbangkan ke udara, pendukung FKM
serempak meneriakkan yel-yel kebesaran mereka. "Mena moria," pekik mereka
sambil mengepalkan tangan. Sebagian besar warga pun tumpah ruah di jalan-jalan,
turut menyaksikan sejumlah bendera RMS yang diterbangkan dengan balon gas itu.
Sebaliknya, ribuan warga yang menolak pengibaran bendera RMS sekitar pukul
09.30 turun ke jalan berunjuk rasa di Tugu Trikora, Jalan Diponegoro, Kota Ambon.
Aksi massa itu sesungguhnya hanya mengecam gerakan separatis. Namun, tak
urung, aksi itu sempat kembali menyulut bentrokan antarkomunitas. Hal itu dapat
dicegah aparat keamanan dengan segera membarikade agar dua komunitas yang tiga
tahun belakangan terus dirundung konflik itu tidak saling berhadapan.
(sut/mba/gun/osd)
© C o p y r i g h t 1 9 9 8 Harian Kompas
|