MASARIKU Daily Report 25 April 2002
Kelompok Front Kedaulatan Maluku (FKM) menyatakan bertanggung jawab atas
pengibaran bendera Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon. Ini dituturkan oleh
Ketua Yudikatif FKM, Semmy Waeleruny, SH, (25/4) kepada Masariku Network di
Ambon. Hal tersebut menimbulkan rekasi keras dari komunitas muslim yang meminta
pentolan FKM harus diadili. Dia menyebutkan bahwa sesuai data yang diterima dari
lapangan bahwa sampai dengan Pkl 13.30, sudah sekitar 287 bendera berhasil
dikibarkan.
Ditambahkan bahwa, awalnya FKM berencana mengibarkan bendera dengan upacara
resmi, niat tersebut diurungkan lantaran penjagaan aparat keamanan yang
memblokade seluruh lokasi pengibaran bendera sehingga mereka harus
menggunakan balon gas, maupun dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi
dinaikkan di atas pohon yang bisa dilihat umum.
Tambahnya, cara tersebut ternyata menarik perhatian ribuan warga Ambon termasuk
aparat TNI/Polri. TNI/Polri yang melakukan penjagaan di beberapa pos melihat
bendera dinaikkan dengan menggunakan balon gas, terpaksa harus melepaskan
tembakan beruntun untuk memecahkan balon. Dari enam bendera berukuran kecil
yang dinaikkan dengan menggunakan balon gas, satu diantaranya berhasil ditembak
jatuh aparat keamanan. Ke enam balon tersebut, diperkirakan dinaikkan dari sekitar
Kawasan Telaga Raja,(Batu Gajah) dan Kawasan Gunung Nona, Ambon. Selain balon
gas, beberapa pohon diantaranya pohon kelapa dan pohon durian di sekitar
pegunungan juga terlihat bendera RMS berkibar. Ada juga yang menggunakan burung
merpati, dengan kaki terikat bendera berukuran kecil dan diterbangkan.
Lanjut Semmy, seluruh lokasi diblokade aparat keamanan sehingga cara-cara
tersebut dilakukan untuk mengibarkan bendera RMS. Dia juga menambhakan bahwa
lokasi yang dijadikan sebagai tempat pengibaran bendera adalah di Desa Ouw di
Pulau Saparua, Desa Aboru dan Desa Kabau di Pulau Haruku, serta di Kota Masohi,
Maluku Tengah. Sementara di Pulau Ambon tercatat 8 lokasi yang dijadikan sasaran
pengibaran bendera RMS, yang antara lain Talaga Raja, (Batu Gajah), Kuda Mati, dan
di Kawasan pegunungan Gunung Nona serta Kawasan Passo dan kelurahan Lateri.
Juga satu bendera dinaikkan di lokasi SMA Xaverius, kurang lebih 50 meter dari
Markas Polda Maluku.
Dari pantauan Masariku Network di lapangan bahwa, akibat dari aksi pengibaran
bendera RMS di beberapa lokasi dengan bermacam cara ini menimbulkan reaksi
keras dari warga Muslim di Jl. AM Sangadji Kota Ambon Massa yang terdiri dari
ratusan bahkan ribuan orang ini menggelar aksi demo di Jl AM Sangaji yang
menuntut agar oknum yang terlibat dengan FKM diseret dan oknum yang melakukan
pengibaran bendera agar ditangnkap dan dadili.
Saat demo digelar tercatat 6 kali ledakan bom 2 diantaranya saat Pangdam XVI
Pattimura sdang berada di lokasi demo dan membuat warga Kota Ambon menjadi
tegang dan terpaksa melakukan evakuasi, terutama warga yang berdiam di sekitar
lokasi. Selain itu 1 buah bom meledak di Karang Panjang yang mengakibatkan, 2
orang warga menderita luka serius. Kedua warga tersebut adalah : Ny. Aipassa
dirawat di Rumah Sakit GPM dan Nn Rini Molle (18) dirawat di Rumah Sakit Bhakti
Rahayu. Selain itu tercatat pukul 14.25 WIT, gedung Gereja Silo yang baru dibangun
dilahap api, namun tidak bertahan lama dan tidak menimbulkan kerugian yang berarti.
Dari berbagai aksi yang dilakukan oleh masyarakat baik Kristen maupun Islam,
terpaksa beberapa ruas jalan diblokade aparat keamanan untuk tidak dilewati
kenderaan. Beberapa lokasi pasar kaget seperti di batu Meja, batu gantung dan
Gudang Arang, akhirnya harus sepih dari para penjual. Beberapa pedagang yang ada
saat itu mengatakan bahwa para pedagang lain berani berjualan hari ini karena
merasa kuatir dengan issue pengibaran bendera RMS.
Dari Lokasi unjuk rasa massa Muslim, Ustadz, TH Kaplale, menyebutkan bahwa tak
semua umat kristen di Maluku dapat digolongkan sebagai gerombolan separatis
RMS. Bahkan banyak umat kristen sekarang ini yang menolak kehadiran gerakan
separatis RMS di Maluku. Karena hal itu akan mengancam terjadinya disintegrasi
bangsa Indonesia. Dan hal ini dikembalikan kepada Pangdam XVI Pattimura dan
Kapolda Maluku, apakah mereka mampu menangkap dan mengungkapkan pelaku
dibalik peristiwa hari ini. Kalau tidak mampu maka sangat kasihan saudara-saudara
Kristen lain yang tidak tahu menahu soal FKM dan RMS.
MASARIKU NETWORK |