Penyerang Desa Soya Bercorak Tentara
Hilversum, Senin 29 April 2002 14:20 UTC
Setidaknya 12 orang tewas dalam serangan terbaru di desa Soya, Kecamatan
Sirimau, Kotamadya Ambon, hari Minggu kemarin. Selain itu beberapa rumah dan
sebuah gedung gereja dibakar. Sebelumnya serangkaian ledakan bom juga terjadi di
Ambon dan di Afuru, dekat kawasan Karang Panjang. Insiden kekerasan terbaru ini
mempersulit pelaksanaan perjanjian damai Malino yang tercapai dua bulan lalu.
Menurut saksi mata serangan tersebut dilakukan oleh orang-orang berpakaian ninja
yang rata-rata mempunyai tubuh yang besar dan tegap.
Saksi Mata[SM]: Pada saat serangan itu ya tidak tahu, pas tembakan, itu tidak ada
yang menyelamatkan, jadi semuanya lari, ya larinya pas dari karang panjang-kan,
menuju ke daerah udah jauh dari karang panjang kita diselamatkan oleh aparat.
Radio Nederland[RN]: Tapi ibu Ice lihat yang serang itu seperti apa orangnya mungkin
?
SM: Duh, saya juga lihat kan itu pakai ninja semua, ya otomatis bawa senjata berat.
RN: Tapi yang serang itu pakai baju ninja ya.
SM: Iya yang serang itu!
RN: Ibu Ice tahu kira-kira berapa jumlah korban yang Ibu Ice ketahui?
SM: Yang saya ketahui itu cuman ada 12 orang yang meninggal, salah satunya
keluarga saya.
RN: Meninggal karena apa ibu?
SM: Meninggalnya karena penembakan itu. Saya juga disandera sama salah satu itu
penyerangnya. Iya otomatis orangnya besar-besar, tinggi, berpakaian ninja, cuman
saya disandera terus, katanya mau nembak saya. Sandera aja, itu pistolnya itu
ditaruh di belakang saya.
RN: Bisa sempat lihat pistolnya ya?
SM: Iya!
RN: Itu pistol rakitan menurut Ibu atau pistol yang memang biasa dimiliki oleh polisi?
SM: Saya rasa bukan pistol rakitan.
RN: Saksi mata lainnya menyatakan senjata yang dipakai bukanlah senjata rakitan
namun senjata yang biasa digunakan tentara. Selain itu ia juga menyatakan serangan
tersebut bersifat terlatih dan taktis.
SM: Saya sempat lari ke belahan gunung pak. Tapi yang jelas saya lihat banyak
sekali yang pakai apa ini, tutup kepala itu pak, ninja-kah? Dorang katakan bahwa
benderamu mana, benderamu mana?
RN: Bendera apa maksudnya?
SM: Bendera ini Pak, bendera RMS yang naik itu pak. Rata-rata pakai ninja semua
pak. Tapi logatnya memang logat Ambon, pak.
RN: Logat Ambon. Tapi mereka tanya mana benderamu ya?
SM: Iya Pak.
RN: Itu tubuhnya?
SM: Memang badannya kan tegar-tegar semua, pak.
RN: O begitu ya.
SM: Tapi badannya bagus-bagus pak, kita lihat pak. Saya katakan demikian kan ada
yang kejar saya sampai di belahan gunung itu pak. Cuma sedikit saja pak
orang-orang yang pergi menyerang. Cuma mereka sudah sangat taktis sekali
mengepung daerah kami, kampung kami Soya.
RN: Itu senjatanya anda lihat?
SM: Kalau senjatanya, senjata kecil pak. Kecil kayak dua jari saja dia punya besar.
Kalau dulu beta punya om yang di wirabuana itu pak, persis senjatanya macam
begitu.
RN: O jadi mirip dengan senjata militer ya?
SM: Sama Pak! sama saja dengan beta lihat yang beta lihat pada saat itu dia punya
senjata itu
RN: Jadi senjata itu mirip dengan punya tentara ya?
SM: Iya pak, seperti beta punya om pak.
RN: Perjanjian Malino sudah ditandatangani. Perjanjian damai malino itu bagaimana.
Apa nggak bisa damai jadinya Maluku ya?
SM: Saya tidak tahu juga pak. Beta ini kan cuma kebun terus pak. Tidak terlalu
banyak tahu. Barang yang itu kan urusan-urusan orang atas pak.
Demikian keterangan dua saksi mata dari desa Soya, Ambon kepada Radio
Nederland.
© Hak cipta 2001 Radio Nederland Wereldomroep
|