JAKARTA DITUDING TERAPKAN STANDAR GANDA DI MALUKU
Hilversum, Senin 29 April 2002 14:20 UTC
Menurut sekretaris FRONT KEDAULATAN MALUKU (FKM) Eropa, Theo Tuankota
serangan Soya ini suatu pelanggaran HAM. Ia menduga serangan adalah ulah Laskar
Jihad yang dilindungi TNI-Polri. Selanjutnya pemerintah Indonesia dinilainya tidak adil
dengan menahan pemimpin FKM, Alex Mannuputy sementara pemimpin Laskar Jihad
Jafar Umar Thalib dibiarkan berkeliarkan.
Theo Tuankota (TN): Suatu peristiwa yang tidak baik sama sekali sebab itu adalah
suatu pelanggaran HAM di Maluku. Yang saya sangat heran..koq bisa dilakukan
begitu saja sedangkan di Maluku itu banyak disebar petugas, tetapi tokh orang orang
yang dinamakan Laskar Jihad itu boleh masuk di Negeri Soya untuk melakukan
penyerangan. Saya sangat sangat heran bagaimana itu bisa terjadi.
Radio Nederland (RN): Menurut perjanjian Malino tercantum bahwa semua orang
berhak untuk berada di manapun termasuk juga di Maluku.
TN: Pertama saya setuju bahwa setiap orang berhak berada di mana saja sebagai
Warga Negara Indonesia. Tapi maksudnya apa. Kita musti bicara dulu maksudnya
apa. Kalau mau berbuat baik di tempat itu tidak apa apa. Tapi yang masuk ini mereka
itu untuk menyerang saja masyarakat sipil di Maluku. Kami bisa lihat juga bahwa
kepala dari Laskar Jihad waktu ia tiba di Maluku, dia boleh bicara dengan bebas. Ia
berseru, marilah kita semua berkumpul untuk berperang melawan masyarakat sipil
Kristen di Maluku. Mana bisa orang bisa menyerukan untuk berperang melawan
sesamanya. Yang beta maksud itu Jaffar Umar Thalib ya..dinamakan panglima itu,
hanya di Indonesia boleh begitu.
RN: Anda menyimpan rasa curiga terhadap adanya hubungan antara miilter dan
Laskar Jihad?
TN: Menurut paham saya mereka itu sama saja kerjanya. Itu kalau di negara lain
Jaffar Umar Thalib sudah ditangkap untuk diinterogasi. Tapi di Indonesia itu tidak
terjadi. Jadi saya menyimpulkan ada kerjasama antara aparat dan Laskar Jihad.
RN: Anda dari Front Kedaulatan Maluku di Eropa berada jauh dari bara
kerusuhan..apa yang dapat Bapak lakukan di sini?
TN: Kita sudah melaporkan kepada berbagai instansi. Yang pertama menyangkut
HAM dan juga membuat aksi aksi diplomatik untuk membicarakan persoalan ini dari
sudut HAM.
RN: Berapa besar sebenarnya Organisasi FKM di luar negeri?
TN: Di luar negeri dukungannya paling besar. Di Belanda sini mungkin tidak terlalu
mencolok. Dalam soal memperjuangkan kemerdekaan RMS, seluruh masyarakat
Maluku di Belanda mendukungnya, saya kira 99%, cukup besar ya..
RN: Apakah Anda mengetahui nasib ketua FKM di Maluku Alex Manuputty?
TN: Menurut informasi yang beta terima kemarin, beliau masih berada di tahanan
Polda di Ambon. Beliau ditahan karena katanya melanggar perintah gubernur Maluku.
Beliau dilarang untuk mengadakan kegiatan kegiatan menyangkut peringatan ke 52
proklamasi RMS.
RN: Apa komentar Anda mengenai penahanan Alex Manuputty ini?
TN: Ya tidak pada tempatnya. Sebab beliau tidak membuat suatu kesalahan. Apa
yang beliau tuntut bukan sesuatu yang salah tetapi sudah ada. Pengakuan dari
kedaulatan bangsa dan negara RMS yang pada 25 April 1950 sudah diproklamasikan.
Tuntutan itu menurut FKM dan bangsa Maluku adalah tuntutan yang sah dan benar.
Kenapa beliau ditangkap.
Yang kedua kalau beta bandingkan, beta kembali kepada Jaffar Umar Thalib, kenapa
dia boleh bebas melancong kiri kanan ke seluruh Indonesia, kalau melihat pada
tindakannya di Maluku, maka beliau nampaknya mendapat perlindungan dari Republik
Indonesia. Di sisi lain, bapak Alex Manuputty, yang sebenarnya tidak menghasut
rakyat untuk berperang malahan ditahan. Bagaimana dengan hukum di negara
Indonesia?.
Demikian Theo Tuankota sekretaris FRONT KEDAULATAN MALUKU (FKM) di Eropa.
Setidaknya 12 orang tewas dalam serangan terbaru di desa Soya, Kecamatan
Sirimau, Kotamadya Ambon, hari Minggu kemarin. Selain itu beberapa rumah dan
sebuah gedung gereja dibakar. Sebelumnya serangkaian ledakan bom juga terjadi di
Ambon dan di Afuru, dekat kawasan Karang Panjang. Insiden kekerasan terbaru ini
mempersulit pelaksanaan perjanjian damai Malino yang tercapai dua bulan lalu.
Menurut saksi mata serangan tersebut dilakukan oleh orang-orang berpakaian ninja
yang rata-rata mempunyai tubuh yang besar dan tegap.
Saksi Mata[SM]: Pada saat serangan itu ya tidak tahu, pas tembakan, itu tidak ada
yang menyelamatkan, jadi semuanya lari, ya larinya pas dari karang panjang-kan,
menuju ke daerah udah jauh dari karang panjang kita diselamatkan oleh aparat.
Radio Nederland[RN]: Tapi ibu Ice lihat yang serang itu seperti apa orangnya mungkin
?
SM: Duh, saya juga lihat kan itu pakai ninja semua, ya otomatis bawa senjata berat.
RN: Tapi yang serang itu pakai baju ninja ya.
SM: Iya yang serang itu!
RN: Ibu Ice tahu kira-kira berapa jumlah korban yang Ibu Ice ketahui?
SM: Yang saya ketahui itu cuman ada 12 orang yang meninggal, salah satunya
keluarga saya.
RN: Meninggal karena apa ibu?
SM: Meninggalnya karena penembakan itu. Saya juga disandera sama salah satu itu
penyerangnya. Iya otomatis orangnya besar-besar, tinggi, berpakaian ninja, cuman
saya disandera terus, katanya mau nembak saya. Sandera aja, itu pistolnya itu
ditaruh di belakang saya.
RN: Bisa sempat lihat pistolnya ya?
SM: Iya!
RN: Itu pistol rakitan menurut Ibu atau pistol yang memang biasa dimiliki oleh polisi?
SM: Saya rasa bukan pistol rakitan.
RN: Saksi mata lainnya menyatakan senjata yang dipakai bukanlah senjata rakitan
namun senjata yang biasa digunakan tentara. Selain itu ia juga menyatakan serangan
tersebut bersifat terlatih dan taktis.
SM: Saya sempat lari ke belahan gunung pak. Tapi yang jelas saya lihat banyak
sekali yang pakai apa ini, tutup kepala itu pak, ninja-kah? Dorang katakan bahwa
benderamu mana, benderamu mana?
RN: Bendera apa maksudnya?
SM: Bendera ini Pak, bendera RMS yang naik itu pak. Rata-rata pakai ninja semua
pak. Tapi logatnya memang logat Ambon, pak.
RN: Logat Ambon. Tapi mereka tanya mana benderamu ya?
SM: Iya Pak.
RN: Itu tubuhnya?
SM: Memang badannya kan tegar-tegar semua, pak.
RN: O begitu ya.
SM: Tapi badannya bagus-bagus pak, kita lihat pak. Saya katakan demikian kan ada
yang kejar saya sampai di belahan gunung itu pak. Cuma sedikit saja pak
orang-orang yang pergi menyerang. Cuma mereka sudah sangat taktis sekali
mengepung daerah kami, kampung kami Soya.
RN: Itu senjatanya anda lihat?
SM: Kalau senjatanya, senjata kecil pak. Kecil kayak dua jari saja dia punya besar.
Kalau dulu beta punya om yang di wirabuana itu pak, persis senjatanya macam
begitu.
RN: O jadi mirip dengan senjata militer ya?
SM: Sama Pak! sama saja dengan beta lihat yang beta lihat pada saat itu dia punya
senjata itu
RN: Jadi senjata itu mirip dengan punya tentara ya?
SM: Iya pak, seperti beta punya om pak.
RN: Perjanjian Malino sudah ditandatangani. Perjanjian damai malino itu bagaimana.
Apa nggak bisa damai jadinya Maluku ya?
SM: Saya tidak tahu juga pak. Beta ini kan cuma kebun terus pak. Tidak terlalu
banyak tahu. Barang yang itu kan urusan-urusan orang atas pak.
Demikian keterangan dua saksi mata dari desa Soya, Ambon kepada Radio
Nederland.
© Hak cipta 2001 Radio Nederland Wereldomroep
|