The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Bendera RMS Sempat Berkibar, Ambon Memanas


Sinar Harapan, Kamis 25 April 2002

Bendera RMS Sempat Berkibar, Ambon Memanas

Ambon, Sinar Harapan, Kamis 25 April 2002.

Situasi dan kondisi keamanan Kota Ambon pada Kamis (25/4) tampak memanas, setelah bendera Republik Maluku Selatan (RMS) berkibar, menyusul upaya aparat keamanan setempat menenangkan massa. Massa yang bergerak dari kawasan Jl. AM Sangadji, saat ini masih berhadapan dengan aparat keamanan di perempatan Tugu Trikora, berakibat kawasan tersebut ditutup untuk umum, demikian wartawan Antara di Ambon melaporkan.

Massa tampak berteriak menuntut kepada aparat keamanan agar menindak tegas oknum-oknum yang kedapatan mengibarkan bendera organisasi sempalan itu. Mereka menilai RMS telah melakukan tindakan melawan hukum. Pangdam Pattimura, Brigadir Jenderal TNI Mustopo dengan didampingi stafnya antara lain Asisten Operasi Kasdam Pattimura, Kol (Inf) Tonny terus melakukan upaya persuasif untuk menenangkan massa. Pangdam meminta massa agar menyerahkan penanganan masalah tersebut sepenuhnya kepada aparat keamanan. Situasi di sekitar Kota Ambon tampak lengang. Aparat keamanan dari berbagai satuan baik TNI maupun Polri berjaga-jaga di setiap sudut kota. Warga masyarakat mendirikan barikade di sudut jalan dan meningkatkan pengamanan di sekitar wilayahnya. Sekolah dan kantor-kantor sejak pukul 09.30 WIT membolehkan murid, pengajar dan pegawai serta karyawannya untuk pulang.

Sempat Berkibar

Kapolda Maluku Brigjen Pol. Soenarko DA membenarkan sejumlah bendera separatis Republik Maluku Selatan (RMS) sempat dikibarkan, Kamis (25/4) dini hari hingga pagi hari, di beberapa daerah bertepatan dengan HUT gerakan itu ke-52.

Sumber SH menyebutkan ada 296 bendera yang dikibarkan di 10 lokasi. Kemudian satu bendera diikatkan di badan seseorang yang membawa lari berkeliling. Bahkan sampai pukul 11.00 WIT, situasi kota Ambon tetap tenang dan tidak terjadi insiden.

”Memang ada bendera RMS yang telah disita beserta sejumlah barang bukti,” ujarnya di Ambon, Kamis pagi. Namun dia belum bisa memberikan data resmi. Walaupun demikian situasi keamanan hingga kini masih relatif kondusif. Sementara itu sumber lain menyebutkan ada dua orang ibu yang dimintai keterangan oleh polisi karena ikut menjahit bendera.

Tentang dua warga yang ditangkap,Kapolda Maluku mengakui hingga kini masih menjalani pemeriksaan secara intensif di Mapolda. Selain menyita dan menahan dua warga maka aparat keamanan yang mengamankan kawasan Kuda Mati juga menyita satu trombol (terompet besar) yang diduga digunakan untuk kegiatan memperingati HUT RMS di kediaman dr.Alex Manuputty. Dr. Alex Manuputty pun telah ditangkap bersama tiga tiang bendera di kediamannya serta sejumlah bendera yang sejenis bendera RMS.

Hingga Kamis pagi(25/4), sekitar pukul 08.45 WIT, tercatat bendera RMS dikibarkan pada kawasan Talaga Raja dua buah dan masing-masing SMU Xaverius, Kampung Baru, Masohi, ibukota Kabupaten Maluku Tengah dan beberapa balon gas sempat diterbangkan.

Aktifitas di kota Ambon terlihat sepi, kendati Gubernur Maluku selaku Penguasa Darurat Sipil Daerah(PDSD) setempat, Dr.Ir. Saleh Latuconsina telah mengimbau masyarakat agar melaksanakan kegiatan sebagaimana hari-hari biasanya. Para siswa, baik SD hingga SMU dipulangkan para guru, sehingga kehadiran mereka pun ke sekolah relatif sedikit.

Sementara itu, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa situasi di Ambon saat ini aman dan terkendali. Hal ini berdasarkan laporan Kamis pagi dari Sesmenkopolkam yang sedang berada di Ambon. Namun Susilo meminta agar situasi tersebut terus dikendalikan secara ketat, cermat, dan jangan sampai ada ledakan baru di Ambon. Menko Polkam mengakui ada upaya sekelompok sangat kecil dari masyarakat Maluku yang ingin menaikkan bendera RMS.

”Itu pun dilakukan secara sembunyi-sembunyi, jumlahnya hanya 7 buah bendera dan langsung ditindak. Justru yang saya sangat bangga kedua komunitas, Islam maupun Kristen melakukan langkah-langkah kewaspadaan untuk tidak terpancing dengan provokasi, tidak terpancing dengan issue penaikkan bendera RMS yang tentu akan memancing komunitas yang lain untuk melakukan aksi-aksi pembalasan, ”katanya.

Perintahkan

Sebelumnya, Ketua Front Kedaulatan Maluku (FKM) Dr. Alex Manuputty dari dalam tahanan Polda Maluku, Rabu (24/4), tetap menginstruksikan agar bendera RMS dikibarkan hari ini. Pengibaran dilakukan pagi hari dan berpusat di Kota Ambon, namun dengan cara damai dan menghindari kekerasan.

Pernyataan Alex itu dikemukakan Ketua Cabang FKM Jakarta, Louis Risakotta, kepada wartawan di Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Rabu (24/4). Ketika memberikan keterangan, Louis didampingi Ketua FKM Eropa, Umar Santi, dan Ketua FKM Amerika, Hamim Sialana dan Robert Pesolima, serta Koordinator Tim Hukum FKM, Christian Rahayaan.

Umar Santi bersama sejumlah aktivis FKM di Eropa dan Amerika berada di Jakarta dengan tujuan Maluku untuk merayakan HUT Kemerdekaan RMS ke-52. Namun rencana itu batal, karena ada larangan yang dikeluarkan PDSM. Bahkan rencana FKM untuk menggelar konferensi pers secara resmi di Bangka Room HI kemarin terpaksa dibatalkan karena secara mendadak oleh pengelola hotel dengan alasan ruangan dipakai oleh pihak lain. Akhirnya acara dipindah ke Java Café HI, kata Louis. Menurutnya, simpatisan FKM akan tetap mengibarkan bendera RMS, meski berbagai pihak menginginkan agar tidak ada pengibaran bendera RMS. Pengibaran bendera RMS sesuai dengan instruksi Alex Manuputty, tapi dipesankan agar pengibaran bendera RMS yang berwarna biru, putih, hijau dan merah itu dilakukan secara damai dan tanpa kekerasan.

”Pak Alex sudah menyatakan, tidak boleh melakukan tindakan kekerasan,” kata Louis. Menyinggung soal kemungkinan tindakan represif dari aparat keamanan, Louis meminta agar militer menghindari pola represif. Sebab pengibaran itu hanya seremoni sejarah dan dilakukan tanpa kekerasan dan senjata. ”Kalau toh harus dilawan dengan kekerasan bersenjata, maka terjadi pengebirian HAM.”

Umar Santi menambahkan, pemerintahan Megawati harus membuka pintu perundingan untuk duduk di meja perundingan, sehingga menghindari cara-cara kekerasan. ”Kalau pakai kekerasan, itu jaman dulu,” ujarnya. ”Kita bicara hati ke hati, biar beda pandangan, seng setuju dengan FKM, jangan lihat kami sebagai musuh. Kami tak melihat Megawati sebagai musuh. Megawati tak boleh melihat kami sebagai musuh.”

Sedangkan Ketua FKM Amerika, Hamim Sialana, mengatakan, sebagai anak Maluku, pihaknya sangat merasakan apa yang terjadi di Maluku. Pemerintah Indonesia, tak perhatikan kejadian di Maluku. Aktivis FKM di Amerika akan secara rutin memberikan tekanan supaya dunia internasional memperhatikan Maluku. Sementara itu TNI tetap komitmen untuk mendukung kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Darurat Sipil Maluku (PDSM) termasuk larangan pengibaran bendera RMS, karena TNI menjadi elemen PDS, kata Kapuspen TNI Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mabes TNI Cilangkap, Rabu (24/4).

Meski hari ini merupakan peringatan ke-52 tahun RMS, aparat keamanan tidak menambah personel dalam rangka mengantisipasi pengibaran bendera RMS. ” Saya tetap konsisten dalam kerterangan pada konferensi pers bulanan pertengahan April yang lalu, bahwa secara keseluruhan kekuatan pasukan TNI yang bertugas di Maluku jumlahnya 9.403 orang,” ujarnya. Kemudian masih ada kurang lebih 1.000 orang yang ditugasi mengamankan kota Ambon. Mereka sudah dibagi tugas termasuk untuk pengamanan yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kegiatan situasional di Maluku, apakah yang berkaitan dengan 25 April atau hal-hal lain. Itu sudah ada dalam pola pengamanan wilayah yang dilakukan Kodam Pattimura. (ady/edl/emy/ayu)

Copyright © Sinar Harapan 2001
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/kariu67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044