The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Bom Meledak di Ambon


SUARA PEMBARUAN DAILY, 25/4/2002

Bom Meledak di Ambon

AMBON - Situasi Kota Ambon saat berlangsung peringatan HUT Republik Maluku Selatan (RMS), Kamis (25/4), cukup tegang dengan banyaknya jalan yang dibarikade oleh aparat keamanan secara berlapis-lapis.

Sebuah bom meledak dan tampak Gereja Silo terbakar. Dua buah mortir dan rentetan tembakan membahana di Kota Ambon. Sejumlah balon udara yang membawa bendera RMS juga ditembaki aparat keamanan.

Pemantauan Pembaruan, Kamis hingga pukul 13.45 WIT, sebuah mortir ditembakkan dari arah Batu Merah ke kawasan Karang Panjang Bawah Rt 001 RW 01 Kora Ambon. Mortir tersebut kemudian meledak dan dua korban luka berat, masing-masing Rini Mole (18) dan Ny Navi Aipassa (32). Sekitar pukul 13.10 WIT terdengar ledakan bom menysusul rentetan tembakan di sekitar perempatan Tugu Trikora yang menimbulkan kepulan asap dari Gereja Silo yang sedang dibangun kembali.

Hingga siang ini masih terlihat Gereja Silo terbakar. Selain itu ada satu mortir lagi yang ditembakkan tetapi tidak meledak. Aparat Kepolisian saat ini sedang mengamankan lokasi tempat bom meledak itu.

Kota Ambon terlihat lebih sepi dibanding hari-hari biasanya. Kantor-kantor dan pertokoan, khususnya di Kecamatan Nusaniwe tutup. Begitu juga angkutan kota (angkot) dari Airselobar dan Kudamati tidak beroperasi.

Sementara di wilayah Kecamatan Sirimau, aktivitas warga berjalan seperti biasa, sekalipun sangat sedikit karena pasar kaget yang biasa beroperasi tidak seramai hari-hari sebelumnya.

Pada setiap ruas jalan di jantung Kota Ambon, terlihat kerumunan massa, khususnya di sepanjang Jalan Said Perintah. Jalan Tugu Trikora, Jalan Said Perintah, dan Jalan Diponegoro dibarikade aparat keamanan secara berlapis.

Di jalan-jalan tersebut ada warga yang menaikkan balon dengan bendera RMS. Tidak diketahui siapa yang menaikkan balon dan bendera itu, tapi dengan sigap aparat langsung menurunkan bendera tersebut. Bahkan keterangan yang diperoleh Pembaruan dari salah seorang warga Kudamati, Debby Selano menyebutkan, sejak pukul 05.30 WIT, bendera RMS yang diikat pada balon dinaikkan ke udara, yang segera ditembaki aparat keamanan. Selanjutnya bendera RMS tersebut diambil aparat.

Begitu juga masyarakat yang bergerombol di daerah Kudamati dihalau oleh aparat keamanan. Hingga berita ini dilaporkan sekitar pukul 12.00 WIT, daerah tersebut sudah sepi. Yang terlihat hanya aparat keamanan yang berjaga-jaga di sepanjang Jalan Dr Kayadowe, Kudamati.

Keterangan lain menyebutkan, di SMU Xaverius Ambon, bendera RMS dinaikkan di tiang bendera sekolah tersebut sejak Rabu malam hari hingga Kamis dinihari. Aparat keamanan yang mengetahui hal itu pukul 06.00 WIT langsung menurunkan bendera RMS itu dan menggantinya dengan bendera Merah Putih.

Anggota DPRD Maluku, Chris Sahetapy mengatakan, apabila aparat bertindak secara kekeluargaan, blokade yang dilakukan hari ini tidak perlu terjadi. Justru barikade seperti ini membuat masyarakat tambah panik di kedua komunitas, dan dapat memancing oknum-oknum tertentu berbuat hal-hal yang tidak bertanggung jawab.

Tindakan Hukum

Sementara itu Menkopolkam Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara Kamis (25/4) pagi mengatakan, perkembangan situasi di Ambon sejauh ini masih cukup baik. Aparat keamanan saat ini telah mengambil tindakan hukum terhadap sekelompok masyarakat yang ketahuan menaikkan bendera RMS.

Dijelaskan, ada upaya sekelompok kecil dari masyarakat Maluku yang ingin menaikkan bendera RMS secara sembunyi-sembunyi. "Jumlahnya sangat kecil hanya tujuh bendera dan langsung ditindak," tandasnya.

Di tempat yang sama, Panglima TNI Laksamana TNI Widodo AS mengatakan, penguasa darurat sipil di Maluku sudah tahu apa yang harus dilakukan berkaitan dengan pengibaran bendera RMS itu.

''Saya kira mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan karena mereka sudah diberikan kewenangan oleh UU," kata Widodo AS. Untuk itu, Panglima TNI meminta prajurit TNI di Maluku membantu tugas polisi dan penguasa darurat sipil.

Sekarang penguasa darurat sipil sudah mengambil langkah-langkah pencegahan. Diharapkan, langkah-langkah itu dapat menyejukkan stabilitas keamanan di wilayah Maluku yang tentu saja menjadi harapan semua pihak.

10 Ditahan

Gubernur Maluku, Saleh Latuconsina selaku Penguasa Darurat Sipil (PDS) Maluku dalam jumpa pers di kediamannya, Mangga Dua, Rabu (24/4) mengakui sudah 10 orang telah diamankan di Markas Denpom XVI/Pattimura, terkait dengan rencana penaikan bendera RMS, Kamis. Dari jumlah itu ada pegawai negeri sipil (PNS) yang ikut diamankan, namun Gubernur enggan menyebut identitas PNS tersebut.

Latuconsina mengatakan, sejumlah lokasi memang telah diperkirakan akan dijadikan sebagai tempat menaikkan bendera RMS. Beberapa lokasi telah diidentifikasi. Saat ini ada keinginan dari sebagian orang yang tergabung dalam Front Kedaulatan Maluku (FKM) berencana untuk merayakan Hari Ulang Tahun RMS hari ini dengan jalan menaikkan bendera RMS.

"Pihaknya telah mengidentifikasi sejumlah tempat dan orang yang berencana mengibarkan bendera RMS. Mereka itu termasuk penjahit bendera RMS. Kepada mereka saya minta untuk mengurungkan niatnya, karena aparat dari unsur TNI dan Polri tidak segan-segan akan mengambil tindakan tegas," kata Gubernur.

Ditegaskan, PDS Maluku telah melakukan koordinasi tingkat tinggi. Sementara penjahit bendera yang berinisial M saat ini telah dimintai keterangan oleh Tim Gabungan yang dibentuk oleh PDS Maluku. Dia mengaku dirinya baru menjahit satu bendera.

"Memang belum semua dipanggil, entah itu pelaksana atau perencana, yang jelas pihaknya pertama kali memanggil penjahit bendera, yang lainnya berinisial S dan beberapa orang sedang dicari. Pihaknya menurut Gubernur Latuconsina, sudah mengetahui ada orang-orang tertentu yang menjadi otak untuk menaikkan bendera dan semua akan ditindak.

Sejumlah lokasi yang akan dijadikan tempat pengibaran bendera RMS telah diantisipasi. Bahkan sejak kemarin PDS Maluku telah mengeluarkan larangan bagi siapa saja untuk memasuki lorong PMI Kudamati, lokasi tempat tinggal Alex Manuputty, kecuali bagi mereka yang tinggal di lorong tersebut.

Terkait dengan itu di lingkungan komunitas Kristen terdapat 113 pos pengamanan lingkungan yang dibuat untuk mengantisipasi aksi provokasi yang dilakukan orang-orang tertentu dengan menggunakan pengibaran bendera hari ini, komunitas Islam pun melakukan hal serupa.

Lebih jauh ditambahkan, seluruh komponen dalam masyarakat terutama PNS agar menjalankan tugasnya seperti biasa, sedangkan jajaran pers dimintakan untuk mentaati berbagai ketentuan hukum PDSM. Pers diserukan untuk menurunkan berita yang tidak bertentangan dan merugikan.

Jangan Berlebihan

Sementara itu, salah satu anggota Tim Advokasi untuk Penyelesaian Kasus Ambon (Tapak Ambon) kepada Pembaruan, Rabu, mengatakan pemerintah dan aparat keamanan sebaiknya tidak bersikap berlebihan dalam upaya menciptakan kedamaian Ambon, termasuk menjelang 25 April. Karena upaya represif yang diterapkan justru menciptakan ketakutan di tengah masyarakat, bukan rasa aman.

Menurut Zairin, pasca-Perjanjian Malino II seharusnya dilalui dengan memperlebar ruang gerak dan partisipasi masyarakat dari bawah. Dan tidak menciptakan suasana yang justru membuat masyarakat ketakutan.

Ia pun meminta agar pemerintah dan berbagai pihak tidak cepat memvonis bahwa biang kerusuhan dan kekacauan di Ambon adalah akibat gerakan separatis. Karena harus diakui gerakan separatis seperti RMS sebenarnya saat ini tidak memiliki basis massa yang riil. ''Pengikutnya sudah tidak ada,'' tegasnya.

Memang ada orang yang datang dari Belanda mengiming-imingi uang kepada warga untuk menaikkan bendera RMS. Tetapi ini tidak bisa dikatakan RMS punya basis massa. Rakyat Maluku sebenarnya mempertanyakan begitu banyak rentetan peristiwa dan kekerasan yang terjadi Ambon. Tapi sampai sekarang tidak pernah jelas siapa pelakunya.

Masyarakat hanya mendengar desas-desus tetapi tidak melihat tindakan tegas untuk betul-betul mengakhiri kekacauan. Negara seperti melakukan pembiaran atas kekacauan yang terjadi dan menerapkan politik kambing hitam.

Saat ini yang menjadi kambing hitam adalah FKM. Padahal FKM sendiri muncul setelah tragedi kemanusiaan yang berlarut-larut di Maluku, tanpa penyelesaian yang memadai. (VL/Y-2 /A-17/W-8/M-11)

Last modified: 25/4/2002
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/kariu67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044