Surya Online, Kamis, 18 April 2002 14:48
Pendukung RMS di Belanda kecil
Kupang: Masyarakat di Negeri Belanda yang mendukung gerakan Republik Maluku
Selatan (RMS) hanyalah kelompok kecil dan tidak memiliki akses yang luas,
sehingga sulit untuk mendukung secara finansial perjuangan RMS di Maluku.
Hilde Janssen, seorang wartawati dari sebuah koran yang terbit di Belanda,
mengungkapkan dukungan kelompok kecil itu, terutama datang dari eks-warga
Maluku yang melarikan diri dan menetap di Belanda, Kamis (18/4).
Dijelaskan, ketika tiba di Belanda beberapa saat setelah kemerdekaan Indonesia
pada tahun 1945, katanya, warga Maluku itu ditempatkan di kamp-kamp bekas
perang dunia II, sambil menunggu perkembangan di Indonesia, apakah
memungkinkan mereka bisa pulang atau tidak.
Namun, perkembangan politik di Indonesia tidak memungkinan mereka untuk pulang,
sehingga para bekas tentara Belanda (KNIL) itu memutuskan untuk menetap di
Belanda.
Jika saat ini, ada kelompok masyarakat di Belanda yang mendukung gerakan RMS,
katanya, maka kemungkinan dukungan itu datang dari warga eks-Maluku itu. Dia
mengatakan, ketika tiba di Belanda, jumlah mereka sekitar 60.000 orang dan kini,
diperkirakan sudah lebih dari 100.000 orang.
Mereka tinggal tersebar di hampir semua wilayah di Belanda setelah mendapat
bantuan pemukiman dari pemerintah. Dalam perkembangannya, ada daerah tertentu
menjadi kantong wilayah warga eks-Maluku.Kota-kota di Belanda di mana terdapat
banyak warga eks-Maluku itu, antara lain, Apoldo di bagian timur, Egecht dan Sittard
di bagian selatan Belanda.
Ciri khas warga eks-Maluku itu mudah dikenali, antara lain, umumnya berambut
keriting, kalau menghadiri pesta-pesta selalu datang bergerombol dan sering
berkelahi."Waktu saya masih muda, kalau lihat mereka (maksudnya warga
eks-Maluku), kami selalu bilang, itu orang Maluku atau itu orang Ambon," kata Hilde,
yang baru kembali dari meliput pemilihan Presiden Timor Lorosae (yap/ant).
|