From: "*****edited*****r" <******@YAHOO.COM>
To: "*****edited*****
Sent: Monday, April 29, 2002 10:10 AM
Subject: [oe] Mengapa Ambon Tetap rusuh
Mengapa Ambon Tetap rusuh
Hi-sobat sobat yang budiman,
Mengapa Ambon tetap rusuh. Hamzah Haz mengatakan bahwa Penguasa Darurat
Sipil harus lebih tegas lagi. Beliau lupa bahwa pernyataan beliau itu adalah hanya
sebuah pernyataan yang basa basi. Sudah dari dulu PDS itu dibilang harus tegas,
tetapi kenyataannya tidak tegas. Sebagai seorang pemimpim negara lebih baik diam
seperti ibu Mega, karena memang bingung, daripada bicara tapi salah.
Ambon itu kecil, namun mengapa tidak bisa dikendali. Pelajaran yang ditarik dari
kerusuhan Ambon yang berkepanjangan yaitu pemerintah tidak mampu melindungi
rakyatnya. Ini berarti apa yang tertulis dalam pembukaan UUD 45 tidak dapat
diwujudkan oleh pemerintah. Kalau demikian, maka pengibaran bendera pelangi
baru-baru di kota Ambon bahkan di seluruh kawasan Maluku Tengah bukan suatu hal
yang luar biasa, tetapi ini merefleksikan ketidak becusan pemerintah menangani
berbagai masalah yang dihadapi. Sekiranya peristiwa kerusuhan semacam ini terjadi
sekaligus di seluruh nusantara, maka kiamat sudah bangsa dan negara Indonesia.
Perundingan Malino II berjalan mulus, dan hasil-hasilnya juga sudah disosialisasikan,
namun tetap ada yang pro dan ada yang kontra. Aneh rasanya mengapa yang tidak
setuju itu tidak diajak berunding dengan pemerintah, untuk mengetahui wacana
mereka seperti apa yang mereka kehendaki. Publikasi untuk masalah Ambon juga
sepertinya ditutup-tutupi, tidak seperti masalah Atjeh dan Papua.
Laskar Jihad tetap bermarkas di Ambon dan melakukan kegiatan-kegiatannya,
termasuk memprakarsai kerusuhan dan pembakaran gereja Silo. Pemimpinnya yang
bernama Jafar Umar Thalib, tetap melakukan aktivitas provokasi dengan bertopengkan
acara Takbir Akbar. Ini semua kegiatan yang sepertinya mencoreng nama Islam dan
masyarakat Muslim Indonesia yang pada umumnya cinta damai. Rasanya orang ini
perlu diadili untuk pelanggaran HAM yang ia lakukan, yaitu termasuk melakukan
pelaksanaan hukuman rajam bagi pengikutnya yang melanggar syariat Islam. Kalau
hal yang terakhir ini tidak pernah dikecam oleh pimpinan bangsa dan militer, karena
mereka takut dengan Uztad Jafar. Padahal apa yang dilakukan Uztad Jafar itu sudah
melangkahi sistem hukum di negara kesatuan RI, yang artinya ia sudah satu langkah
lebih hebat dari dr. Alex Manuputty yang baru bisa mengibarkan bendera dan belum
melakukan apa-apa. Dengan demikian, maka kalau mau menciptakan suasana
tentram di Ambon, maka PDS harus tegas termasuk mena
ngkap Uztad Jafar, karena beliau sudah melakukan sistem hukum lain di negara
berdaulat. Kalau toleransi terhadap Uztad ini tetap berlangsung, maka pertanyaan
Mengapa Ambon tetap rusuh tidak perlu ditanyakan, karena semua orang juga sudah
tahu jawabannya.
Hal yang paling mendasar yang perlu kita pikirkan dan kalau ada yang mau menjawab
silahkan, yaitu apa artinya kita tetap mempertahankan negara kesatuan RI, tetapi kita
tidak pernah mau menuju cita-cita negara itu. Apakah ini bukan menipu diri sendiri?
Kalau kita mau menuju ke cita-cita menciptakan masyarakan adil dan makmur,
mengapa kita tidak mencontoh negara yang sudah mendekat ke arah sana, tetapi
mau mencoba untuk membuat sistem baru yang belum pernah kita tahu hasilnya.
Apakah negara ini mau mengorbankan rakyatnya dengan menciptakan sistem
uji-coba, kalau gagal maka cari bentuk lain? sungguh tragis memang memikirkan
Indonesia, tetapi kalau memang masyarakat adil dan makmur itu harus tercapai
dengan menjadikan negara Indonesia itu negara-negara kecil yang berdaulat, maka
apakah itu bukan suatu hasil yang luar biasa?
wassalam,
Z
Recieved from A via MASARIKU NETWORK
|