Manado Post Online, 27 Januari 2003
Mukhlas Biayai Ambon-Poso Terpanggil Berjihad di Wilayah
Kerusuhan
DENPASAR - Satu lagi pengakuan Ali Gufron alias Mukhlas. Kakak kandung Amrozi
ini dalam pemeriksaan lanjutan soal bom Bali ternyata mengaku ikut membiayai
kerusuhan Ambon dan Poso.
Dalam bocoran hasil pemeriksaan dengan Tim Pemeriksa yang berhasil diperoleh
JPNN menyebutkan, Mukhlas mengaku selalu tersentuh hatinya jika mendengar
adanya penindasan yang dialami umat Islam. ''Makanya, begitu mendengar Jihad ke
Ambon dan Poso, dia mengaku terpanggil ke wilayah rusuh itu,'' kata bocoran
dokumen itu.
Mukhlas juga mengaku kalau dia banyak mendanai berbagai kegiatan Jihad di
Indonesia dengan mencarikan dana ke luar negeri. ''Ambon dan Poso hingga bom
Bali, bagian dari usaha pendanaan Mukhlas,'' kata dokumen tersebut. Yang menarik,
setiap memperoleh bantuan, dana tersebut tidak dipegang langsung, tapi disalurkan
ke pihak yang akan berjihad.
Sementara itu, Teka-teki hubungan antara Abdul Jabar dengan Imam Samudra
akhirnya terjawab. Jabar ternyata adalah orang yang membantu Imam Samudra untuk
mencarikan bom di kawasan Senen yang akhirnya digunakan Samudra untuk kasus
peledakan di Batam. Dalam proses penyidikan kemarin, Jabar juga membantah
terlibat dalam peledakan di Atrium Senen bersama Imam Samudra.
Seperti diberitakan, sejak datang di Polda Bali dua hari lalu, Jabar langsung diperiksa
secara maraton. Kemarin siang, dia dipertemukan dengan tokoh-tokoh utama kasus
Bom Bali, yaitu Amrozi. Muklas, Ali Imron, dan Imam Samudra. Dengan Imam
Samudra, Jabar mendapat kesempatan bertatap muka paling lama, sekitar enam jam
untuk dikonfrontir beberapa kasus peledakan di Jakarta. Pemeriksaan keduanya
selesai sekitar pukul 20.00 wita.
Kedatangan Jabar di Polda Bali itu sempat memicu dugaan bahwa dia punya punya
keterlibatan dalam kasus Bom Bali. Bahkan, sempat muncul dugaan bahwa pria
meisterius diantara Iqbal dan Ali Imron yang membawa mobil L 300 berisi bahan
peledak ke Legian adalah Jabar. Apalagi Ali Imron sendiri jelas-jelas mengatakan
bahwa dia memang bersama dua orang saat membawa mobil itu. Namun, dari
pemeriksaan kemarin, penyidik memastikan bahwa pria misterius itu bukanlah Jabar.
Juru bicara tim investigasi kasus Bom Bali, Kombes Zaenuri Lubis mengatakan, ada
tiga hal pokok temuan yang didapat penyidik dari pemeriksaan Samudra dan Jabar.
Pertama adalah hubungan Samudra dan Jabar,kemudian peran jabar yang terpisah
dengan Samudra dalam beberapa peledakan, serta kasus peledakan di NTB yang
juga melibatkan Jabar.
Terkait hubungan Jabar dengan Imam Samudra, Zaenuri mengatakan bahwa ada dua
temuan yang diperoleh penyidik. Jabar memang terbukti membantu membuatkan KTP
Palsu Imam Samudra dengan Alamat Jl Menteng Raya No 58 Rt.001/Rw.009 Kebon
Sirih. Kedua, Jabar adalah orang yang membantu Samudra untuk berbelanja bahan
sepuluh bom di kawasan Senen. Bom itu berbentuk tabung berdiameter sekitar 5 cm
dengan panjang 10 cm. Bom itu dihubungkan ke sebuah batrei kecil dengan alat picu
ledakan berupa pesawat pager.
Bahan-bahan itu selanjutnya diserahkan ke Dul Matin terlebih dulu untuk dirakit,
selanjutnya diserahkan kembali ke Jabar dan Imam Samudra ''Bom itu kemudian
dibagi dua. Lima diberikan kepada Imam Samudra dan langsung dibawa ke Dumai,
Batam. Lima lainnya dibawa orang yang bernama Usaid ke NTB,'' terang Zaenuri
Lubis.
Jabar sendiri mengaku telah melakukan tiga peledakan di Jakarta dengan bom yang
lebih besar. Kepada petugas, dia mengatakan bahwa bom itu didapatnya dari Dul
Matin. Tiga lokasi itu adalah Gereja Anglikan, Gereja Oikomene dan Kantor Kedutaan
Besar Philipina. Pengeboman itu dia lakukan bersama dua orang yang sampai saat
ini masih buron. Sumber di Polda Bali menyebutkan dua nama itu adalah Dani dan
Abas. ''Sampai di sini Jabar mengaku bahwa tiga peledakan yang dia lakukan itu
tidak bersama-sama dengan Imam Samudra.
Dia juga mengelak dikatakan terlibat kasus peledakan Atrium Senen yang dilakukan
Imam Samudra,'' terang Zaenuri. Penyidikan terhadap Jabart juga mermastikan
adanya nama Farihin alias Yaser. Jabar menyatakan bahwa Farihin adalah kakak
kandungnya yang terlibat beberapa kasus peledakan di Poso. Saat ini, Farihin masih
ditahan di Poso atas kasus peledakan itu.
Jabar yang disebut-sebut sangat kooperatif dengan penyidik itu bahkan menceritakan
secara rinci apa yang terjadi sengan lima bom yang diserahkan kepada Usaid. Saat
itu, bom langsung dibawa ke NTB untuk melakukan beberapa peledakan.
Tiga sasaran yang dituju adalah GPIB Immanuel, Gereja Pemuda, dan Kuburan
Kristen di Kota Lombok. Bom di GPIB Manuel tidak berhasil meledak dan kemarin
sempat ditunjukkan ke pers. Sementara bom di Kuburan Kristen dan Gereja Pemuda,
berhasil meledak.(jpnn) <<<<<
Risbang © Copyright 1996, MANADO POST Online
|