Media Indonesia, Rabu, 8 Januari 2003
4.000 Anggota TNI Latihan Perang di Perairan Papua
SURABAYA (Media): Di tengah situasi memanas sehubungan dengan peristiwa
penembakan warga sipil belum lama ini, 4.000 anggota TNI Angkatan Laut, Angkatan
Udara, dan Angkatan Darat dikirim ke Papua, dalam rangka operasi amfibi 2003.
Keberangkatan pasukan tersebut kemarin dilepas Pangarmatim Laksamana Muda I
Wayan Rampe Argawa di Pangkalan TNI-AL Koarmatim Ujung Surabaya. Hadir dalam
kesempatan itu Kapolda Jatim Irjen Heru Susanto dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen
Sikky.
Selain berkekuatan 4.000 pasukan, dalam latihan nanti juga didukung peralatan
tempur milik TNI-AL, AU, AD. Di antaranya, 21 kapal KRI milik Koarmatim, dua
pesawat CN, dua pesawat N-22, dua heli bel, satu heli BO, serta empat pesawat milik
TNI-AU.
Pangarmatim Laksda TNI I Wayan Rampe Argawa kepada wartawan usai melepas
keberangkatan pasukan mengatakan keberangkatan mereka ke Papua dalam rangka
latihan, tidak ada hubungannya dengan situasi di Papua setelah terjadi penembakan
warga sipil.
"Ini murni latihan dalam rangka untuk meningkatkan profesionalisme prajurit. Tidak
ada hubungannya dengan kondisi di Papua. Apalagi di Papua, kondisinya sangat
kondusif, karena itu kita latihan di sana."
Belum lama ini, sekitar akhir Agustus 2002, terjadi penembakan warga sipil yang
menewaskan dua warga Amerika Serikat di Timika.
Kasus Timika itu mendapat perhatian pemerintah Amerika Serikat yang berniat
mengirim FBI (intelijen) ke Papua. Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono, di
Jakarta, Senin, memberi jaminan kepada pihak luar negeri bahwa penyelidikan kasus
Timika terus dilakukan hingga terungkap. "Tidak benarnya kasus ini dipetieskan,"
katanya sambil menambahkan, jika pihak Amerika Serikat menanyakan tentang
penyelidikan kasus tersebut, dirinya siap untuk memberi penjelasan.
Lebih lanjut Pangarmatim menjelaskan bahwa selama ini, latihan hanya dilakukan di
perairan Ambon, Sulawesi, Sumatra, paling banyak latihan di laut Jawa, sedangkan di
Papua nyaris tidak pernah dilakukan.
Mereka mengeluh kepada TNI karena latihan perang sering dilakukan di luar Papua.
Padahal, masyarakat di Papua sangat mengharapkan adanya latihan di perairan
Papua.
Oleh karena itu, kata dia, sesuai dengan permintaan tokoh masyarakat dan Gubernur
Papua, maka latihan kali ini diselenggarakan di Papua dengan harapan prajurit
mendapatkan banyak pengalaman.
"Jadi, latihan kali ini sudah mendapat persetujuan dari tokoh masyarakat dan
Gubernur Papua. Bahkan, tokoh masyarakat kita undang untuk melihat jalannya
latihan," kata Pangarmatim.
Pangarmatim membantah bahwa pengerahan pasukan merupakan show of force TNI.
Latihan kali ini semata-mata untuk menguji kekuatan prajurit dari TNI-AL, AD, AU,
sehingga semua kekuatan dikerahkan.
Ia juga meminta agar pihak-pihak lain jangan mengaitkan masalah ini dengan politik.
Sebab, kata dia, kalau dihubungkan dengan politik maka prajurit tidak bisa latihan.
Latihan nanti dilakukan di atas air sejauh 3.000 km. Latihan ini belum pernah
dilakukan oleh prajurit TNI. "Tidak akan mampir ke daratan, semuanya dilakukan di
laut," ujarnya.
Pangarmatim juga menginstruksikan bila menangkap kapal nelayan asing yang tidak
dilengkapi dokumen, agar ditenggelamkan di laut. Seperti yang terjadi beberapa
waktu lalu ketika sebuah kapal dari Selandia Baru lewat, hampir saja dibom.
Copyright © 1999-2002 Media Indonesia. All rights reserved.
|