Unjuk Rasa Di Belanda Memprotes Kekerasan Di Maluku
Hilversum, Senin 20 Januari 2003 13:50 UTC
Sekitar 200 orang menggelar unjuk rasa di jantung kota Amsterdam Ahad kemarin,
memprotes kekerasan di Maluku, yang meletus tepat empat tahun silam. Unjuk rasa
semacam ini diharapkan dapat membuka mata pemerintah Indonesia agar
menuntaskan masalah di Maluku. Hal ini dikemukakan oleh Pengacara Tim Advokasi
Gereja Protestan Maluku dan Keuskupan Sammy Waileruni yang sempat mendekam
di penjara 8 bulan atas tuduhan makar.
Sammy Waileruni [SW]: Bagi kami itu menandakan bahwa masyarakat Maluku di
Belanda perduli terhadap penderitaan yang terjadi di Maluku. Bagi kami, kami
berterimakasih atas keperdulian itu. Dan moga-moga dengan demonstrasi itu,
pemerintah Indonesia punya mata lebih terbuka untuk melihat bahwa memang
penderitaan di Maluku sangat berat dan sulit. Kita coba bandingkan saja di dunia
mana yang bisa terjadi di Maluku.
Selama kerusuhan empat tahun ini kan, dicatat lebih dari 6000 orang disunat secara
paksa, dipaksa pindah agama dari agama Kristen ke agama Islam. Lebih dari 10.000
orang meninggal, ada yang dikubur hidup-hidup. Dan begitu banyak, ratusan ribu
orang yang menderita dalam statusnya sebagai pengungsi. Kami berpikir bahwa ini
adalah kejahatan kemanusiaan yang sangat-sangat besar. Dan sangat sulit diterima
oleh akal sehat dalam kehidupan masyarakat beradab.
Dan kami bersyukur bahwa ada demontrasi yang dilakukan oleh saudara-saudara
kami bangsa Maluku yang ada di Belanda. Dan kami memang mengharapkan supaya
tekanan itu dilakukan terus-menerus, bisa diperhatikan. Dan menggairahkan dunia
untuk secara obyaktif transparan melihat masalah Maluku. Artinya, sudah empat
tahun kerusuhan ini terjadi, ternyata pemerintah Inonesia sangat lemah. Kalau mau
dikatakan bahwa pemerintah tidak mampu unuk menyelesaikan masalah Maluku, itu
barangkali.
Jadi harus ada tekanan dunia, baru Indonesia mungkin membangkitkan kembali
kesadaran pemerintah untuk sesegera mungkin menyelesaikan masalah Maluku.
Apalagi, sekarang kan sudah diketahui bahwa RMS itu kan suatu negara yang sah.
Bukan berdasarkan apa yang ditentukan, tapi berdasarkan kajian ilmiah. Para sarjana
Eropa mereka mengungkapkan bahwa RMS, mereka menyatakan bahwa Republik
Maluku Selatan memiliki legalitas hukum. Melebihi sebagian besar negara-negara di
dunia yang kedaulatannya sudah diakui oleh PBB. Dan itu obyektif, pikiran ilmiah.
Nah ternyata bahwa pemerintah Indonesia menuduh itu RMS sebagai dalang
kerusuhan. Dan yang disebut RMS adalah Kristen RMS. Itu masalahnya.
Sebenarnya, pemerintah melempar batu lalu sembunyi tangan. Itu masalahnya.
Radio Nederland [RN]: Ya, tapi dukungan semacam ini bisa menjadi pisau bermata
dua. Karena seperti sudah anda sebutkan tadi, bahwa dukungan simpati ini, dikaitkan
dengan dukungan kepada RMS.
SW: Tidak, kalau toh misalnya dukungan kepada RMS, saya berpikir bahwa
wajar-wajar saja. Karena kan selama ini dituduh bahwa RMS sebagai penyebab
kerusuhan. Dan yang disebut RMS adalah Kristen RMS. Ternyata secara ilmiah
menyatakan RMS itu kan suatu negara yang sah. Nah, ini suatu kebenaran. Sesuatu
yang benar itu harus diungkapkan, jangan disembunyikan.
Kalau toh mereka berdemonstrasi untuk mendukung perjuangan bagi pengembalian
kedaulatan RMS, ya itu sah-sah saja. Jadi bukan bermatadua tapi itu suatu
kebenaran yang disembunyikan. Itu kan berarti hukum itu berjalan tidak normal. HAM
itu berjalan tidak normal. Tapi kalau diungkapkan ya itu berarti bahwa peletakan
hukum dan HAM pada rel yang memang benar-benar lagi.
RN: Kajian ilmiah penting dan baik ya pak, tapi apakah kajian-kajian ini tidak akan
semakin menutup peluang untuk mewujudkan perdamaian di Maluku?
SW: Oh tidak, yang tentu harus dilihat adalah bahwa terjadi kerusuhan ini kan
permainan dari luar Maluku ya. Khususnya ya tentara dan polisi juga turut bermain.
Masyarakat asli Maluku baik Islam atau Kristen, sudah mulai memiliki kesadaran
terhadap apa yang terjadi ini. Kerusuhan ini kan bukan saja merupakan penderitaan
bagi masyarakat Maluku Kristen tetapi juga masyarakat Maluku Islam, juga
mengalami penderitaan yang sangat banyak. Mereka kan mendapat tekanan yang
sungguh dari teroris lokal maupun teroris internasional dengan bertopeng laskar jihad
maupun laskar mujahidin.
Nah, itu yang selama ini ya mereka alami. Jadi masyarakat Maluku sadar sungguh,
bahwa kebenaran itu harus diungkapkan kalau toh misalnya dikatakan ini hanya
sekedar untuk memicu, itu hanya provokasi. Tidak yang sebenarnya. Coba kita
lakukan pooling (jajak -red.) pendapat dari masyarakat, itu kalau pemerintah
Indonesia berani.
Demikianlah Sammy Waileruni, Pengacara Tim Advokasi Gereja Protestan Maluku
dan Keuskupan
© Hak cipta 2001 Radio Nederland Wereldomroep
|