SINAR HARAPAN, Kamis, 9 Januari 2003
Kota Ambon Dilanda Teror Pengeboman
Ambon, Sinar Harapan
Sehari menjelang pelaksanaan Musyawarah Latupati Maluku (9-11 Januari) yang
diprakarsai oleh Gerakan Baku Bae dan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, teror
pengeboman kembali melanda Kota Ambon. Buktinya, Rabu (8/1) sekitar pukul 15.10
WIT, masyarakat di kawasan Jalan Diponegoro, Kecamatan Sirimau Kota Ambon
atau tepatnya di depan Toko Super, ditemukan sebuah paket yang dicurigai berisi
bom.
Menurut Wakapolres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, Komisaris Polisi
Bambang Sudarmadji, yang ditemui SH di Tempat Kejadian Perkara (TKP), benda
yang dicurigai tersebut terbungkus dalam sebuah kotak kardus berukuran 20x20 cm
dan diikat dengan tali berwarna kuning.
"Masyarakat yang menemukan kardus misterius tersebut langsung melaporkannya
ke Pos Batalyon Infanteri 741 Udayana yang berlokasi di sekitar TKP," ungkapnya.
Beberapa saat kemudian, aparat Kepolisian langsung mengisolasi TKP dengan police
line dengan radius kurang lebih 30 meter.
Tiga puluh menit kemudian, tim Jihandak Polda Maluku tiba di lokasi kejadian untuk
menjinakkan benda yang dicurigai bom tersebut dan langsung dibawa ke Makosat
Brimob Polda Maluku untuk diuraikan.
Bambang Sudarmaji mengaku belum dapat memastikan bahwa benda yang dicurigai
sebagai bom, namun berdasarkan hasil deteksi awal dengan metal detector ternyata
memberika signal yang positif. “Untuk sementara ini benda tersebut memiliki
kandungan metal yang cukup namun penguraian selanjutnya akan dilakukan di
Markas Komando Satuan Brimob Polda Maluku," jelasnya.
Pada waktu yang hampir bersamaan, personil Satuan Tugas (Satgas) Batalyon
Armed 11 berhasil menemukan satu bom rakitan dari tangan salah satu penumpang
speed boat trayek Masohi-Mamala di Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah.
Sementara itu Koordinator Gerakan Baku Bae Maluku, Ichsan Malik, kepada SH
mengatakan, Gerakan Baku Bae Maluku yang didirikan tahun 2002 dan terdiri dari
para korban konflik Maluku menyadari sungguh bahwa untuk memperkuat resolusi
konflik dan rehabilitasi pasca konflik berbasis pada masyarakat sipil sehingga
pendekatan kultural merupakan pilihan yang sangat strategis.
"Yang ingin dicapai dari Musyawarah Latupati Maluku untuk penyelesaian konflik dan
menata kembali masa depan Maluku secara bersama-sama adalah mendapatkan
gambaran yang jelas tentang rencana strategis untuk penyelesaian konflik Maluku
oleh para Latupati," ungkapnya. (izc)
Copyright © Sinar Harapan 2002
|