The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

detikcom


detikcom, Rabu, 01/09/2004 17:21 WIB

PLN Putus Jaringan Listrik di Kamp Pengungsi Ambon

Reporter: M Hanafi Holle

detikcom - Ambon, Sekitar 250 Kepala Keluarga (KK) pengungsi asal Desa Waai yang menempati kamp pengungsi MSF di Desa Passo, Kecamatan Baguala, Ambon mengalami nasib naas. Pasalnya jaringan listrik di kamp pengungsi tersebut kini diputus pihak PLN.

Pemutusan itu memunculkan keresahan warga pengungsi. Menurut Ny. M. Reawaru, pemutusan itu tanpa adanya koordinasi atau pemberitahuan kepada pengungsi terlebih dulu. "Tidak ada pemberitahuan, kok tiba-tiba listrik di kamp kami dimatikan. Dan ini sudah berlangsung sejak sebulan lalu," ujar Reawaru saat ditemui detikcom, Rabu (1/9/2004).

Padahal kata Reawaru, soal listrik di kamp pengungsian, sudah menjadi tanggung jawab pihak pemerintah daerah Maluku.

Akibat pemutusan listrik itu, menurut Reawaru, para pengungsi kini mengalami kesulitan mengkonsumsi air bersih, yang berdampak pada munculnya penyakit yang menyerang anak-anak. "Kami ini tidak tahu menahu dengan sikap PLN. Anak-anak kami banyak terserang penyakit, akibat sulitnya air bersih. Pipa-pipa kan tidak berfungsi, jika listrik padam," kata dia.

Dia juga menyatakan, kehadiran 250 KK pengungsi di kamp bekas pengungsi asal Desa Waai, bukan karena kemauan mereka, tetapi atas kebijakan Pemerintah Daerah menyusul konflik sosial yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Kita dipindahkan ke sana (kamp pengungsi di Passo) tanpa mengetahui tentang sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah. Soal lampu penerangan misalnya, tanpa koordinasi dengan kita tiba-tiba terjadi pemutusan sepihak. Dan ini sudah terjadi sebulan lalu", akunya lirih.

Karena pemutusan itu, kata dia, pihaknya kemudian melayangkan surat ke Asisten II Sekda Maluku dan Komisi E DPRD Maluku. Namun, sampai sekarang belum ada jawaban atas nasib yang dialami para pengungsi di lokasi pengungsian itu.

"Kami sudah empat kali ingin bertemu pak Asisten II, namun jawaban sekretarisnya, beliau lagi sibuk. Yang kami butuhkan sekarang hanya jawaban atas surat-surat kami itu", ungkapnya.

Dikatakan dia, jika pemerintah daerah belum menempuh kebijakan untuk meminta pihak PLN agar menyambung lagi lampu-lampu penerang, sebaiknya ditempuh kebijakan untuk memberikan hak-hak mereka sebagai pengungsi agar mereka dapat kembali ke pemukiman awal.

"Kita tahu kehidupan di barak cukup menderita. Ada aliran listrik baru kita bisa dapatkan air bersih. Dan bukan hanya air minum, tetapi juga masak. Sudah sebulan banyak anak-anak yang terkena gatal-gatal dan diare", ujarnya.

Sementara itu, Asisten II Setda Maluku Rahman Soumena ketika dikonfirmasi soal ini, enggan berkomentar. "Nanti saja, saya beri keterangan. Jangan sekarang ya," kata dia menampik pertanyaan wartawan.

Di lain pihak, sekretaris komisi B Kutni Tuhepaly menyatakan penyesalannya atas sikap yang ditempuh pihak PLN. "Soal pengungsi itu soal nasional. Dan mereka mengungsi bukan atas kemauan mereka sendiri tapi atas kebijakan Pemda. Jadi sikap PLN sungguh tidak terpuji dengan memutuskan hubungan listrik pada kamp pengungsi mereka," kata dia.

Dia berjanji, dalam waktu dekat akan melakukan pressure kepada PLN untuk kembali menyalakan listrik di kamp pengungsi tersebut. "Kami akan berusaha. Dan kami minta PLN bersikap bijak dan manusiawi," pintanya tegas. (asy)

© 2004 detikcom, All Rights Reserved.
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/koedamati
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044