KOMPAS, Kamis, 21 Oktober 2004
OPM Sadap Komunikasi Aparat Keamanan
Jayapura, Kompas - Kelompok sipil bersenjata yang menyebut diri sebagai
Organisasi Papua Merdeka makin nekat. Selain membunuh dan menyandera enam
warga sipil, serta membakar fasilitas pemerintah, mereka juga menyadap sarana
komunikasi melalui SSB (single side band) yang digunakan aparat keamanan.
Gerombolan itu bisa menghindar, setiap kali dilakukan pengejaran, karena menyadap
komunikasi aparat keamanan. Wakil Kepala Kepolisian Resor (Polres) Nabire, Wempi
Blatyeri di Nabire, Rabu (20/10) mengatakan, sampai hari ini pihak TNI dan Polri
belum mengetahui keberadaan keenam jenazah warga sipil yang dibantai Organisasi
Papua Merdeka (OPM), Selasa (12/10) lalu.
TNI dan Polri telah memasuki lokasi yang diduga sebagai tempat penyanderaan enam
jenazah, yakni Kampung Tinggi Nambut, Distrik Illu, Kabupaten Puncak Jaya.
"Tetapi di lokasi itu hanya ditemukan lima mobil Hardtop yang sudah dalam kondisi
rusak parah. Mobil itu dibakar hangus sehingga tinggal rangka saja. Selain itu,
mereka juga membakar tiga alat berat milik PT Moderen yang sedang mengerjakan
jalan di daerah itu, dan membakar fasilitas pemerintah seperti kantor desa dan
gedung sekolah dasar," kata Blatyeri.
Mengenai keenam jenazah warga sipil yang terdiri atas sopir dan kondektur, sampai
kemarin belum bisa ditemukan. "Belum dapat diperoleh informasi mengenai keenam
jenazah itu," kata Blatyeri.
OPM telah meninggalkan Kampung Tinggi Nambut, sekitar delapan kilometer dari
Mulia, ibu kota Puncak Jaya. Diduga, mereka telah memasuki wilayah Kabupaten
Jayawijaya atau Kabupaten Mimika.
Menurut Blatyeri, OPM berhasil menyadap sarana komunikasi SSB yang digunakan
pihak TNI dan Polri untuk saling memberi informasi di antara mereka di sekitar lokasi
penyanderaan. OPM tahu setiap strategi yang diterapkan aparat keamanan, dan terus
bergerak, mereka selalu menghindari pengejaran itu.
Masyarakat belum bersedia memberi keterangan kepada aparat keamanan mengenai
keberadaan keenam jenazah tersebut. Mereka takut diperlakukan kasar oleh OPM
setelah aparat keamanan meninggalkan Kampung Tinggi Nambut.
Lebih dari 100 anggota TNI dan Polri telah disiagakan di Mulia, Puncak Jaya. Tetapi
mereka sulit mendekati lokasi yang diduga tempat penyanderaan keenam jenazah
warga sipil itu. Kondisi geografis di daerah tersebut sulit dijangkau, apalagi sering
tertutup asap, kabut, dan hujan deras. (KOR)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|