KOMPAS, Senin, 25 Oktober 2004
Bom Maranatha untuk Tebar Opini bahwa Ambon Belum
Kondusif
Ambon, Kompas - Terkait penemuan 15 bom di Gereja Maranatha, Ambon, Sabtu
malam pekan lalu, polisi akan meminta keterangan sejumlah anggota panitia acara
kegiatan keagamaan di Baileo Oikumene gereja tersebut. Bom dengan daya ledak
rendah tersebut diduga dipasang hanya untuk menebarkan opini bahwa kondisi
Ambon belum kondusif.
Kepala Kepolisian Resor Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease AKBP Leonidas
Braksan, Minggu (24/10), mengungkapkan, pihaknya akan memeriksa lima orang
panitia acara Balagu Batu Badaong yang diselenggarakan oleh mahasiswa Jurusan
Sastra Inggris Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Ambon,
Senin ini.
Materi pemeriksaan yang akan diajukan kepada mereka yakni tentang proses
masuknya tas ransel berisi bom ke dalam ruang ganti gedung pertemuan yang
seharusnya hanya bisa diakses oleh panitia acara. "Biasanya kan hanya orang dalam
yang bisa masuk ke ruang ganti tersebut," ujar Leonidas.
Sebanyak 15 bom rakitan ditemukan Sabtu malam, di Baileo Oikumene Gereja
Maranatha Ambon. Sebuah bom berhasil dijinakkan, sedangkan sisanya diamankan
oleh Tim Gegana Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease. Tidak ada korban jiwa
dalam kejadian tersebut.
Bukan untuk diledakkan
Menurut Leonidas, bom yang ditemukan di Baileo Oikumene bukan dimaksudkan
untuk diledakkan. Pasalnya, untuk meledakkan ke-15 bom yang menggunakan
sumbu pada saat yang bersamaan secara manual tidak mungkin.
"Kelihatanya bom tersebut sengaja dipasang untuk menebar opini bahwa kondisi
Ambon belum kondusif. Lain lagi kalau bom tersebut menggunakan timer yang
memang sengaja untuk melukai," ujar Leonidas.
Ia menambahkan, sejak konflik di Ambon meletus, seluruh daerah di Ambon rawan
oleh teror bom. Bom bukan lagi menjadi barang yang aneh bagi masyarakat. Banyak
orang bisa membuat bom rakitan dengan mudah, seperti bom yang ditemukan di
Kompleks Gereja Maranatha itu.
Bom tersebut dibuat hanya dengan menggunakan kaleng yang diisi dengan bahan
pemantik api pada batang korek api beserta paku, sedangkan untuk menyulutnya
digunakan sumbu. "Bom rakitan banyak ditemukan di Ambon pascakonflik
berlangsung," ungkap Leonidas. Selain itu, di masyarakat banyak pula beredar
senjata api gelap.
Terkait dengan kondisi keamanan di Kota Ambon saat ini, Leonidas menegaskan
bahwa kondisi Ambon kondusif dan normal. Penjagaan keamanan tetap dilakukan
sebagaimana biasanya, meskipun banyak terjadi ancaman bom terhadap sejumlah
gereja dan menjelang Lebaran.
Peningkatan operasi baru akan dilaksanakan pada Operasi Ketupat Mutiara 2004,
menjelang Lebaran nanti, melalui peningkatan patroli dan pengerahan pasukan. Untuk
mengantisipasi teror bom serta menjaga keamanan wilayah, Polres Pulau Ambon dan
Pulau-pulau Lease telah melakukan razia senjata api dan bahan peledak. (mzw)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|