Masariku Network, 23 Oktober 2004
Serangan masih terjadi di Sulawesi Tengah
Palu, 23 Oktober 2004.
Masih ada orang yang tidak ingin DAMAI di Sulawesi Tengah. Sejak
penandatangannan DAMAI DI MALINO selalu ada tuduhan bahwa orang kristen tidak
ingin berdamai, ada pepatah mengatakan bahwa kebenaran tidak perlu di bela sebab
ia mampu membela dirinya sendiri ! cepat atau lambat ia pasti mengungkapkan
dirinya ! kini hal itu terbukti dalam berbagai peristiwa baik di Palu maupun di Poso.
Setelah berbagai peristiwa penyerangan sporadis terhadap warga jemaat baik di Poso
maupun di Palu termasuk terhadap alm. Pendeta Susianti Tinulele yang sedang
memimpin Ibadah di gereja Efata Palu beberapa waktu lalu belum terungkap kini
serangan-serangan sporadis tersebut tetap berlangsung.
Ada orang yang membawa narkoba yang disembunyikan di kemaluannya bisa
tertangkap bahkan yang di telanpun bisa tertangkap tetapi orang yang berkeliaran
membawa senjata api M16 maupun jenis lain bisa bebas berkeliaran menembak mati
orang dan tidak "DITANGKAP"
Tanggal 13 Oktober 2004 sekitar pk. 19.30 Wita. Yahya jemaat Bala Keselamatan
dan Sakeus Tessa jemaat GPID sedang berjalan kaki di desa Jono Oge Kecamatan
Biromaru Kabupaten Donggala, sekitar 15 Km. arah selatan kota Palu, ketika tiba-tiba
diserang oleh dua orang yang berboncengan sepeda motor, korban lagsung di bacok
parang sehingga mengakibatkan ke dua korban tewas akibat luka-luka bacokan.
Yahya tewas ditempat sedangkan Sakeus tewas di RSU Bala Keselamatan Palu.
Tanggal 13 Oktober 2004 sekitar pk. 23.00 Wita serangan berikutnya terjadi di dusun
Mauro desa Kawende Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso, sekitar 400 Km.
arah Utara dari kota Palu. 10 orang menyerang 3 warga : ibu Ni Nengah Agrendi, 25
th (Hindu), Hamzah, 26 th (Jemaat GPID) dan Cinong alias Sugianto, 51 th ( Jemaat
GKST). Ketiga korban di serang ketika sedang tidur. Saat itu cuaca habis hujan lebat.
10 penyerang datang dari arah laut, naik Katinting (perahu kecil) sekitar 200 mtr dari
pantai mesin perahu dimatikan kemudian mereka mendayung perahu sampai
mendarat (saat itu masih dalam suasanan hujan lebat). Kemudian mereka
memngendap-ngendap ke 5 rumah warga lalu melakukan serangan dengan
menembaki para korban yang baru beranjak tidur. 2 rumah warga dalam keaadaan
kosong. Ibu Ni Nengah tewas ditempat tidur sementara Hamzah yang mendengar ada
suara tembakan dan mencurigakan disekitar rumahnya segera meloncat dari tempat
tidurnnya dan mematikan lampu namun sebuah peluru masih sempat menembus
pahanya, para penyerang berlalari mengejar korban namun korban berhasil sembunyi
dibawah pohon rindang belakang rumahnya.
sementara itu Cinong alias Sugianto juga mengalami nasib yang sama dengan
Hamzah. Kedua korban di rawat di RSU Poso. Sementara jenasah ibu Ni Nengah
sudah dimakamkan pada tanggal 15 Oktober 2004. selesai penyerangan para pelaku
kembali ke pantai sambil menenteng senjata laras panjang yang diduga M16. para
pelaku tidak ada yang tertangkap walaupun didaerah tersebut ada pos-pos jaga
aparat keamanan.
Tanggal 21 Oktober 2004 sekitar pk. 20.15 Wita. terjadi lagi serangan berikutnya. Kali
ini di kota Poso bahkan di depan kantor Polsek Poso Kota dan di dekat kantor
KORAMIL Poso.
Korban adalah Hans Sanipi 27 th. Penjaga Gereja Bethel Tabernakel Jemaat Baitani
jl. Pulau Kalimantan Poso Kota. Saat itu korban berada di ruang belakang rumahnya
ketika ia kaget mendengar suara tembakan dan tiba-tiba kaca jendela rumahnya
hancur, ia segera lari kedepan gereja dan berteriak minta tolong ke arah POLSEK
Poso kota namun bukanya pertolongan yang datanng tetapi peluru ke dua dan ke tiga
yang langsung menembus kedua punggungnya, korban lari masuk ke dalam gereja
dan akhirnya jatuh tersungkur bermandikan darah. Saat ini korban dirawat di RSU
Poso dan operasi mengeluarkan proyektil sudah dilakukan kemarin, (22 Oktober
2004).
Laporan awal sudah saya sebarkan melalui LINTASAN INFO SMS yang saya
kirimkan ke paling sedikit 50 nomor sekali kirim namun untuk Internet baru dapat
saya naikkan karena saya baru saja pelayanan keliling Sulawesi Tengah. Selama 1
bulan keliling mengunjungi umat, pelayanan meliputi pembagian pakaian, Alkitab, alat
peraga sekolah minggu, pengobatan, sharing alkitab, pemutaran film-film rohani,
pembagian SAMARITAN"S (hadiah Natal dari anak-anak sekolah minggu di Australia
dan Amerika), dan lain-lain.
Ada begitu banyak fenomena yang memprihatinkan yang saya jumpai di lapangan
baik kehidupan jemaat maupun pelayanan. Ada jemaat yang 6 bulan sampai 1 tahun
meminta pelayanan namun tidak ditanggapi oleh gereja, cukup banyak dari mereka
akhirnya meninggalkan Imannya kepada Kristus dan beralih ke Islam. Melihat situasi
ini maka upaya menjangkau mereka semakin intensif, anak-anak mereka mendapat
bea siswa, rumah ibadahnya di bangunkan, dan perhatian lain yang tidak mereka
dapatkan di gereja. Mereka meninggalkan imannya walaupun di tempat baru mereka
tidak boleh makan babi sementara yang lain masih boleh makan babi sambil terus
diadakan pembinaan sehingga bisa meninggalakan makanan yang dianggap haram
tersebut.
Ada begitu banyak hal lain yang saya jumpai yang tidak mungkin saya ungkapkan
secara detail di ruang ini namun sungguh situasinya sangat mengagetkan dan
memprihatinkan. Gereja hanya melahirkan pendeta-pendeta yang dilatih berkhotbah.
Saya katakan pada mereka bahwa siapapun bisa dilatih berkhotbah karena orang
bisa belajar dari buku atau sekolah tetapi hati yang melayani Tuhan itu sekolahnya
pada Tuhan sendiri.
Baru-baru ini seorang teman saya mengikuti seminar Missionaris di Pattaya, Thailand
mereka disuruh mencari apa penyebab kegagalan gereja menginjili dunia, dan
ternyata para peserta menemukan ada pada Gereja dan Pendeta-pendeta. Saya
selalu berkata pada beberap orang khusunya para pendoa agar mereka lebih baik
berhenti saja berdoa sebab doa-doa yang mereka naikkan hanya menyakiti hati
Tuhan, setiap berdoa mereka berteriak LAWAT INDONESIA
TUHAN,.......SELAMATKAN INDONESIA TUHAN,............mereka sendiri tidak pernah
mau melawat dan menjamah indonesia sekalipun mereka mampu untuk itu, Tuhan
hanya jadi pesuruhnya. Jika kita pergi keliling melihat jiwa-jiwa yang haus firman
Tuhan khususnya di kawasan Timur Indonesia maupun di sumatera kita akan
mendapati seperti apa yang dituliskan dalam kitab Yohanes, "TENGOKLAH DAN
PANDANGLAH SEKELILINGMU, LIHATLAH LADANG-LADANG YANG MEMBUSUK
SEBAB TIDAK ADA PENUAI"
Bagi yang peduli dengan jiwa-jiwa tersebut dan penatalayanan untuk mereka maka
bisa mengambil bagian dalam pelayanan ini terutama dukungan dalam doa, sebab
beban yang kami pikul sangat berat, baik medan pelayanan maupun
masalah-masalah yang dihadapi umat dan para pelayan lokal.
Banyak jiwa jiwa yang saya jumpai seperti anak-anak yatim piatu, bahkan sampai di
NTT, Papua, Timor-Timur dll. Saya berencana mengunjungi Papua dan NTT khusunya
di Flores dan sekitarnya yanng sudah lama berusaha di Intervensi demikian juga di
kepulauan Sangir sampai di Miangas perbatasan dengan Filpina, saya juga akan
secepatnya kembali mengunjungi umat di pegunungan Sulawesi tengah. Saat ini
umat di Papua khusunya di Papua barat sangat resah karena adanya upaya-upaya ke
arah diberlakukannya Syariat Islam.
Perhatian pelayanan perlu juga untuk Pulau Dobo, Pulau Buru, Kepulauan sanana,
Maluku Tenggara, dll.
Bagi lembaga - lembaga pelayanan yang ingin ikut bergabung dapat ikut turun
lagsung ke lapangan dengan tidak membawa-bawa doktrin gereja atau mengajak
jemaat pindah ke gereja yang dianut para pelayan.
Misi yang saya bawa selama ini adalah "MEMBERDAYAKAN GEREJA LOKAL" apa
yang bisa saya lakukan supaya gereja setempat bisa lebih maju, para pelayan Tuhan
bisa lebih semangat dan maju, Sekolah Minggu setempat bisa lebih maju dan
beberapa masalah lain termasuk permberdayaan SDM, Ekonomi, Pendidikan,
Kesehatan dan lain-lain.
MASARIKU NETWORK
|