Media Indonesia, Selasa, 14 Desember 2004 01:47 WIB
Transmigrasi Dianggap Penyebab Konflik Antaretnis
AMBON—MIOL: Menakertrans Fahmi Idris mengemukakan proram transmigasi yang
telah dilaksanakan sejak 1950, akhir-akhir ini dianggap sebagai penyebab konflik
antar etnis di berbagai daerah di tanah air.
"Program transmigrasi diangap menjadi penyebab konflik antar etnis karena lebih
memperhatikan para pendatang tanpa mempedulikan penduduk setempat, serta
pemindahan kemiskinan ke daerah lain maupun beragam cercaan lainnya," kata
Menakertrans pada peringatan Hari Bhakti Transmigrasi ke-54, di Ambon, Senin.
Menakertrans fahmi Idris dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Wagub Maluku,
Memet Latuconsina, mengatakan, akhir-akhir ini banyak kalangan mempertanyakan
program transmigrasi, bahkan ada yang ingin menghentikannya.
Ia mengaku menghargai pandangan beragam itu serta mengucapkan terima kasih,
walau pun tidak sepenuhnya membenarkan tudingan tersebut.
Munculnya berbagai pandangan itu jutru menunjukkan kepedulian yang diformulasikan
melalui kritik positif sehingga lebih berhati-hati melakukan istrospeksi untuk
memperbaiki diri.
Menakertrans pun memaparkan data riil yang diperolehnya bahwa jumlah pengungsi
sebanyak 278.034 KK atau 1.309.551 jiwa warga yang mengungsi akibat konflik multi
dimensi di berbagai daerah, tercatat hanya 6,95 persen atau sebanyak 19.317 KK
atau 76.840 jiwa adalah transmigran.
Dari jumlah transmigran yang mengungsi itu pun sebanyak 11.125 KK atau 46.158
jiwa mengungsi dari Nangroe Aceh Darusalam (NAD) karena dampak konflik politik,
sedangkan sisanya 8.192 KK (42,41 persen) mengungsi karena tidak ingin terlibat
konflik.
"Data ini menunjukkan sebenarnya transmigran yang mengungsi bukanlah mereka
yang terlibat konflik, tetapi jutru menghindari diri agar tidak terlibat konflik," ujarnya.
Tentang terjadi kecemburuan penduduk setempat terhadap keberhasilan permukiman
transmigrasi yang berkembang relatif cepat, Menakertrans mengakuinya, di mana
akan menjadi perhatian untuk perbaikan yang adil, proporsional di masa mendatang
terutama kepada penduduk setempat.
Tanpa bermaksud menutupi kekurangan dan kelemahan yang terjadi saat ini, Fahmi
Idris, menegaskan, kondisi objektif lapangan menunjukkan program transmigrasi telah
memberikan kontribusi cukup bebarti bagi pembangunan daerah dan peningkatan
kesejahteraan bangsa.
Sampai saat ini program transmigrasi telah berhasil mengembangkan desa-desa baru
dengan berbagai infrastrukturnya yang dihuni sekitar 2,2 juta KK atau sekitar 8,8 juta
jiwa bersama penduduk setempat, bahkan ada 32 desa transmigrasi yang telah
berkembang menjadi ibukota kabupaten.
Dari segi peluang dan kesempatan kerja, program transmigrasi telah mampu memberi
peluang usaha dan kesempatan kerja kepada 8,8 juta jiwa belum termasuk anak dan
keturunan yang dilahirkan.
Kendati demikian dia mengakui masih banyak kelemahan dan kekurangan yang perlu
dibenahi, banyak aspek penyelenggaraan transmigrasi yang dirasakan kurang relevan
dengan tuntutan jaman, di mana pihaknya bersama Pemerintah Kabinet Indonesia
bersatu bertekad melakukan evaluasi secara objektif untuk menemukenali persoalan
yang dihadapi sehingga dapat dirumuskan solusi kebijakan sejalan dengan
perkembangan jaman. (Ant/O-2)
Copyright © 2003 Media Indonesia. All rights reserved.
|