Media Indonesia, Minggu, 17 Oktober 2004 12:36 WIB
NUSANTARA
Polisi Temukan Senjata yang Digunakan Penyerang Di Jono Oge
PALU--MIOL: Tim penyelidik gabungan dari Polres Donggala dan Polsek Biromaru di
Sulawesi Tengah, hari Sabtu menemukan sebuah parang yang diduga kuat
dipergunakan salah seorang penyerang di desa Jono Oge yang menewaskan dua
warga setempat tiga hari lalu (13/10).
Parang berukuran sekitar 70 centimeter dan terdapat bercak darah yang sudah
mengering itu ditemukan dalam operasi penyisiran di semak-semak, sekitar 75 meter
dari lokasi penemuan mayat Yahya (45) di jalan desa pada ruas Dolo-Jono Oge.
Informasi diperoleh ANTARA, Sabtu, menyebutkan parang temuan petugas itu kini
disimpan di Mapolsek Biromaru dan direncanakan besok (17/10) dikirim Laboratorium
Forensik (Labfor) Polri di Makassar untuk kepentingan pemeriksaan lebih lanjut.
"Pengiriman barang bukti ini ke Labfor, guna dicocokkan dengan ceceran darah yang
sudah mengering di baju kedua korban yang juga diikutsertakan ke Makassar," kata
seorang anggota tim penyelidik kepada wartawan.
Ia juga mengatakan, pihaknya masih terus mengumpulkan informasi guna
mengidentifikasi ciri-ciri pelaku penyerangan tersebut, serta jenis kendaraan yang
mereka pergunakan saat beraksi.
"Untuk memudahkan penangkapan, pihak kami masih terus mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin di lapangan," tutur petugas ini menambahkan.
Kurun tiga hari terakhir, tim penyelidik bentukan Polres Donggala itu telah memintai
keterangan belasan saksi, guna mengungkap identitas para penyerang di desa Jono
Oge.
Mereka yang dimintai keterangan, umumnya penduduk setempat yang ketika insiden
itu berlangsung sedang berada di sekitar tempat kejadian perkara.
Namun sejauh ini belum ditemukan petunjuk yang jelas tentang identitas para pelaku
sebab peristiwanya terjadi dalam kegelapan malam, kecuali terungkap kendaraan
yang mereka pergunakan yaitu dua buah sepeda motor jenis bebek.
Sebelumnya, Kapolres Donggala AKBP Drs Sismantoro mengatakan pihaknya
bertekad mengungkap para pelaku penyerangan di desa Jono Oge tersebut, sebab
peristiwa ini telah meresahkan masyarakat luas.
"Kita terus buru semua pelakunya hingga tertangkap," katanya, tanpa memberikan
"deadline" waktu.
Sismantoro mengakui aparatnya mengalami kesulitan mengungkap identitas para
penyerang sebab selain kejadiannya berlangsung malam hari, juga tidak ada saksi
hidup melihat secara jelas wajah pelakunya serta plat nomor kendaraan yang mereka
pergunakan.
Sekalipun demikian, kata Sismantoro, pihak kami terus berusaha menemukan para
pelaku penyerang hingga semuanya tertangkap, dengan mengerahkan segala
kemampuan yang dimiliki.
Mulai kondusif
Sementara itu, situasi kamtibmas di Jono Oge hingga Sabtu malam terlihat mulai
kondusif, antara lain ditandai dengan tidak adanya konsentrasi massa di desa yang
mayoritas dihuni Umat Kristiani itu serta kepulangan dua peleton pasukan perintis
yang sebelumnya ditempatkan Polres Donggala.
Juga, potongan-potongan kayu yang dibarikadekan di jalanan sudah dibersihkan,
sehingga arus lalulintas kendaraan yang melintasi desa ini kembali berjalan lancar.
Aparat kepolisian kini tinggal melakukan pengawasan rutin dengan mengggunakan
mobil patroli, terutama pada malam hari.
Aksi penyerangan terhadap para pejalan kaki di desa Jono Oge oleh sekelompok
orang misterius pada Rabu malam (13/10) sekitar pukul 19:30 Wita itu,
mengakibatkan Yahya (46) dan Sakeus Tesa (50) tewas mengenaskan akibat
terkenna hantaman golok di bagian kepala.
Peristiwa semacam ini merupakan kedua kalinya terjadi di wilayah kecamatan
Sigi-Biromaru kurun delapan bulan terakhir.
Insiden pertama berlangsung secara serentak 12 Maret 2004 dengan sasaran tiga
desa bertetangga, yakni Waturalele,Maranatha/Tanapobunti, dan Maku,
mengakibatkan seorang warga setempat tewas dan lima lainnya mengalami luka
serius.
Polisi juga kesulitan menangkap para pelaku penyerangan pertama ini, sebab
kejadiannya berlangsung dalam kegelapan malam serta tak ada saksi yang
mengenali mereka. (Ant/Ol-01)
Copyright © 2003 Media Indonesia. All rights reserved.
|