Radio Nederland Wereldomroep, Kamis, 25 November 200
Rois Yang Ditangkap Polisi ternyata Cuma Anggota Kelompok
Banten
Intro: Dua pekan lalu, Rois dan lima orang lainnya ditangkap di stasiun kereta api
Merak, Propinsi Banten. Di sini tampak kelompok Banten yang sebelumnya sudah
mulai unjuk gigi di Bali dalam diri Iqbal, pelaku bom bunuh diri pada Paddy's Club di
Kuta. Tentang kelompok Banten dan kaitannya dengan Azahari serta Noordin
Mohammed Top, berikut penjelasan Sidney Jones pakar Indonesia pada International
Crisis Group.
Sidney Jones [SJ]: Kelompok Banten rupanya adalah kelompok sempalan dari Darul
Islam. Dan basisnya Jawa Barat, tentu saja di sekitar Banten, tapi juga di Sukabumi
dan beberapa tempat lain. Sejak sekitar tahun 1996 mereka bekerjasama dengan
Jamaah Islamiyah, tapi tidak sama dengan JI dan ketua kelompok Banten memang
bukan anggota JI.
Hanya sejak sekitar tahun 1996 sampai 1999 ada semacam latihan bersama di
daerah Gunung Salak di Jawa Barat. Dan juga ada alumni Afganistan yang datang ke
kelompok Banten untuk melatih para anggota kelompok tersebut. Nah, kapan
persisnya kelompok Banten lepas dari Darul Islam kita enggak tahu dengan pasti.
Tapi menurut orang JI sendiri, kelompok ini sejak lama namanya indispliner.
Radio Nederland [RN]: Walau begitu mereka masih aktif kan?
SJ: Masih aktif dan kita tahu berapa jumlah anggotanya. Tapi saya kira paling sedikit
seratus, kira-kira. Mungkin sedikit lebih dari itu. Dan mereka pada waktu bom Bali
juga kerjasama dengan JI sampai orang namanya Iqbal yang jadi pembom bunuh diri
di Paddy's Club di Kuta, adalah tokoh kelompok Banten juga.
Juga ada sekitar empat orang lain dari kelompok Banten yang merampok satu toko
emas di Jawa Barat, sebelum bom Bali untuk mengambil uang untuk ya, seperti
mendanai aksi tersebut.
RN: Nah, kalau anda bisa memetakan kelompok-kelompok yang sekarang ada. Jadi
ada semacam kerja sama itu antara kelompok Banten dengan yang aktif di Bali.
Kayaknya masih banyak sekali kelompok-kelompok yang tidak segan-segan
menggunakan kekerasan ini ya, kalau begitu?
SJ: Tidak banyak, tapi memang lebih dari JI saja. Dan saya kira sampai sekarang,
satu kesalahan adalah bahwa hampir semua perhatian dunia terfokus terhadap hanya
JI saja. Padahal mungkin ada empat lima kelompok lain yang kerjasama dengan JI
kadang-kadang pinjam pelatih dari JI. Dan juga ada alumni Afganistan dan Minadanao
sendiri yang tidak taat kepada perintah dari JI
RN: Dengan tertangkapnya kelompok Banten ini makin sedikit saja ruang gerak
mereka yang menggunakan kekerasan?
SJ: Memang ini penangkapan yang cukup berarti. Tapi soalnya Rois sendiri bukan
ketuanya. Jadi masih ada struktur, masih ada pengikutnya. Ketuanya namanya Kang
Djadja dan kita enggak tahu di mana dia sekarang. Katanya udah lama dia tinggal di
Sulawesi Selatan.
Dan satu lagi yang cukup menarik adalah sejak mungkin awal tahun 1990an, ada
hubungan erat antara kelompok Banten dan kelompok Sulawesi Selatan, seperti yang
dipimpin Agus Dwikarna dan Syawal Yasin. Jadi saya kira memang penangkapan ini
cukup penting tapi tidak berarti berarti bahwa masalah sudah selesai.
RN: Di antara itu semua, di mana menurut anda kedudukan dua orang Malaysia ini,
Azahari dan Noordin Mohammed Top?
SJ: Menurut saya mereka masih lebih penting dari Rois sendiri. Karena mereka
adalah konseptor aksi besar. Dan saya kira di samping mereka juga ada beberapa
tokoh DI dari komando pusat yang masih buron dan belum ditangkap. Jadi kalau
polisi bisa pakai informasi dari Rois dan teman-temannya untuk menangkap Azahari
dan Noordin Mohammed Top, cukup penting juga. Tapi itupun tidak menyelesaikan
masalahnya. Karena masih ada sekitar delapan atau 10 tokoh besar dari JI yang
belum ditangkap. Apalagi kelompok-kelompok lain.
RN: Dengan begitu masih masuk akal untuk membayangkan bahwa akan terjadi
serangan teror lagi di Indonesia?
SJ: Saya kira ada kemungkinan besar bahwa masih ada kapasitas untuk bikin aksi
teror lagi. Tapi saya kira kita mesti punya perspektif yang cukup arif juga. Jadi jangan
takut bahwa setiap saat akan ada bom yang meledak. Saya kira kalau kita lihat apa
yang terjadi di Aceh misalnya masih banyak orang yang meninggal di Aceh daripada
di dalam aksi bom.
RN: Kalau mereka akan beraksi lagi, menurut anda apa sasarannya, tetap yang
berhubungan dengan pihak asing?
SJ: Saya kira memang begitu. Karena tujuan mereka adalah menghancurkan musuh
Islam. Dan menurut mereka musuh nomer satu adalah AS dan antek-anteknya.
Demikian Sidney Jones, pakar Indonesia pada International Crisis Group.
© Hak cipta 2004 Radio Nederland Wereldomroep
|