SINAR HARAPAN, Jum'at, 24 Desember 2004
Menjelang Natal, Penyerang Bersenjata Beraksi di Poso
Jakarta, Sinar Harapan
Sehari menjelang perayaan Natal 2004, aksi kekerasan kembali terjadi di Poso,
Sulawesi Tengah (Sulteng). Sejumlah pria bersenjata golok, Jumat (24/12) pagi
sekitar pukul 07.30 Wita menyerang Jemy Tambalino (29) dan Jony Tegel (19) warga
Kecamatan Poso Pesisir tidak jauh dari Desa Masani, Poso Pesisir. Saat kejadian
korban tengah mengendarai sepeda motor.
Kantor berita AP menyebutkan Jemy Tambalino adalah seorang pengkhotbah Kristen
di Poso yang diserang ketika dalam perjalanan mengendarai sepeda motor menjelang
kebaktian persiapan Natal.
Kapolres Poso, Ajun Komisaris Besar Abdi Darma ketika dihubungi SH, Jumat pagi
membenarkan penyerangan tersebut. Namun, dia mengaku belum tahu persis apakah
korban Jemy Tambalino adalah seorang pengkhotbah. Dia hanya mengatakan,
pihaknya telah menerjunkan puluhan petugas untuk mengejar pelaku penyerangan
yang diduga kuat langsung kabur ke dalam hutan di sekitar Desa Masani.
"Begitu mendapat laporan kami langsung mengerahkan petugas untuk memburu
pelaku penyerangan terhadap warga Kecamatan Poso Pesisir itu. Hingga kini kami
belum mengetahui persis motif penyerangan tersebut," katanya.
Hingga berita ini diturunkan korban Jemy Tambalino dan Jony Tegel masih dirawat di
Rumah Sakit Umum (RSU) Poso karena luka bacok yang dialaminya.
Saksi mata mengatakan, penyerangan yang terjadi di Jalan Trans Sulawesi dekat
desa Masani, Poso Pesisir itu berlangsung ketika korban Jemy Tambalino sedang
mengendarai sepeda motor dan berboncengan dengan Jony Tegel. Tiba-tiba saja laju
sepeda motor diadang sejumlah pria bersenjata golok. Pelaku yang berjumlah tiga
orang itu keluar dari balik semak-semak dekat badan jalan itu.
Korban tidak siap menghadapi penyerangan secara tiba-tiba tersebut sehingga
langsung terkapar di jalan raya. Puluhan bacokan mendarat di bagian mulut dan muka
Jemy Tambalino. Sedangkan, korban Jony Tegel terkena sabetan golok beberapa kali
di bagian bahu serta pelipis mata.
Sejumlah warga melihat kejadian tersebut tidak berani mendekat. Mereka menolong
korban ketika para pelaku kabur.
Warga langsung membawa korban ke Rumah Sakit Umum (RSU) Poso yang berjarak
sekitar 30 kilometer dari tempat kejadian perkara (TKP).
Kekerasan ini merupakan kejadian keempat kalinya di bekas daerah konflik Poso
kurun dua bulan terakhir, setelah kejadian beruntutan pemenggalan kepala
Charminalis Ndele (Kepala Desa Pinedapa), penembakan di Kelurahan Tegalrejo
(Poso Kota) yang menewaskan seorang sopir angkutan pedesaan serta peledakan
bom di angkutan kota (angkot) DN-1599-E di Pasar Sentral Poso tidak jauh dari
Mapolres Poso yang menewaskan enam penumpang angkutan jurusan Poso –
Tentena itu di antaranya Dorce Todili (36), Raymond (40) – keduanya tewas di tempat
kejadian perkara, Alterni (40), Imi Ndoli (28), Nova Ndodo (35) dan Yusuf Woku (66).
Ancaman Bom
Dua hari menjelang hari Natal 25 Desember, sebuah rumah sakit di Malang, Jawa
Timur dan di Yogyakarta mendapat teror bom, Kamis (23/12). Di Malang, ancaman
bom diterima oleh Rumah Sakit Panti Nirmala di Jalan Kolonel Sugiono, sedangkan di
Yogyakarta adalah Rumah Sakit Sardjito.
Ancaman tersebut memang tidak terbukti, meski sempat membuat para pasien dan
keluarga mereka panik. Tetapi berkat kesigapan pihak RS Panti Nirmala yang bertaraf
internasional itu, mereka dapat segera ditenangkan. Penyisiran yang dilakukan oleh
Tim Jihandak Brimob Polda Jatim juga tidak sampai mengevakuasi 70 pasien.
Teror melalui telepon diterima dua kali oleh resepsionis RS Panti Nirmala bernama
Yuyun Mardiana (34) sekitar pukul 11.32, lalu sekitar pukul 11.33. "Awas, rumah
sakit anda akan meledak jam 12.00," ujar Yuyun, menirukan ucapan penelepon itu. Ia
hanya bisa mengatakan bahwa si penelepon berbicara kagok dan terpatah-patah.
Teror itu kemudian dilaporkan Yuyun kepada Direktur RS Panti Nirmala dr Eko
Sugiarto, lalu diteruskan ke Polresta Malang. Tim Jihandak Brimob yang tiba dua jam
kemudian langsung melakukan penyisiran selama 1,5 jam tetapi tidak menemukan
bom atau barang yang mencurigakan.
Sedangkan, ancaman bom di RS Sardjito Yogyakarta dilakukan sekitar pukul 12.30,
diterima lewat telepon oleh seorang juru rawat di ruang Stroke Jantung. Sang
penelepon adalah laki-laki, mengaku sebagai anak buah Noordin M Top, dan
mengatakan bahwa bom akan meledak lima menit kemudian.
Kardono, seorang Satpam di RS Sardjito, menjelaskan ancaman itu diterima
sebanyak tujuh kali. Pada awalnya memang dianggap serius, namun setelah ditunggu
lima menit tidak terjadi apa-apa bahkan kemudian telepon serupa diterima berulang
kali, maka itu dianggap sebagai upaya iseng-iseng. Meski begitu, seorang dokter
yang kebetulan juga menerima telepon serupa, melaporkan ke Polda DIY.
Maka Tim Gegana kemudian melakukan penyisiran hingga pukul 17.00 dan tidak
menemukan bom. Kapolda DIY, Brigjen Sudirman, mengatakan teror itu merupakan
cara untuk memecah perhatian aparat keamanan selama Natal dan Tahun Baru. Dari
245 gereja di DIY, 66 di antaranya dinilai rawan. Untuk itu akan diterjunkan 5.500
personel, termasuk tim anti teror dan gegana.
Bersembunyi di Garut
Sementara itu, kelompok pemilik sembilan bahan peledak di dalam bus Mekar Raya
diperkirakan masih berada di wilayah Jawa Barat (Jabar). Kapolda Jabar, Irjen Edi
Darnadi mengatakan, ada kemungkinan kelompok itu bersembunyi di Garut karena
menganggap Garut sulit dijangkau terutama di pelosoknya.
Untuk mengantisipasi kemungkinan kelompok itu kabur ke luar Jabar, Kapolda telah
menginstruksikan setiap Polres untuk melakukan razia insidentil. Pengawasan di
pintu gerbang Jabar juga diperketat, daerah di Pantai Utara seperti Indramayu dan
Cirebon juga terus diawasi.
Dari keterangan sejumlah saksi memang telah mengarah kepada pelaku. Terakhir
diperiksa sebanyak lima saksi. Mereka adalah pekerja di Terminal Guntur Garut,
pedagang besi serta pemilik toko bahan kimia di Garut. Hingga kini belum ada satu
pun yang dinyatakan sebagai tersangka.
Kapolda kembali memastikan kelompok ini bukan kelompoknya Dr Azahari. Namun
Kapolda belum tahu apakah kelompok ini ada kaitannya dengan kelompok pelaku
bom di Jabar beberapa tahun silam.
Sinyalemen pelaku dibalik bahan peledak yang ditemukan di Bus Mekar Raya, Jumat
(17/12), dibenarkan oleh Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Suyitno Landung.
Ditemui di sela-sela pertemuan antara jajaran Polda Jabar dengan Kejati Jabar di
Bandung, Kamis (23/12), Kabareskrim mengungkapkan, hasil pemeriksaan Puslabfor
Mabes Polri terhadap bahan peledak yang ditemukan di bus Mekar Raya.
Menurutnya, dua antara bahan peledak ini dilengkapi dengan pendorong oksidator
yang dapat menyebabkan ledakan yang kuat. (nor/ap/eka/yuk/dio)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|