Suara Merdeka, Selasa, 16 Nopember 2004 : 17.40 WIB
Menko Polhukam: Kekerasan di Poso mengarah ke terorisme
Poso, CyberNews. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Widodo AS
mengatakan, aksi kekerasan yang terjadi kurun dua pekan perakhir di Kabupaten
Poso, Sulawesi Tengah merupakan perbuatan tidak manusiawi, bahkan sudah
mengarah ke tindakan terorisme.
"Karena itu pemerintah (Polri dan TNI) akan mengejar dan menangkap semua
pelakunya, serta memproses secara profesional," kata dia ketika berdialog dengan
beberapa keluarga korban peledakan bom di Poso, Selasa (16/11) siang.
Sebelumnya, Pendeta Ny. Nelly Alamako, wakil dari keluarga korban aksi bom Poso
pada Sabtu pekan lalu (13/11,) meminta pemerintah pusat memberikan perhatian
serius terhadap penanganan sejumlah peristiwa kekerasan terbarudi daerah bebas
konflik bernuansa SARA iitu. "Aksi kekerasan di Poso akhir-akhir ini sudah sangat
memprihatinkan, dan para pelakunya harus segera ditangkap untuk dimintai
pertanggungjawaban secara hukum," tuturnya.
Alamako yang juga salah seorang pimpinan Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah
itu menyatakan, pihak keluarga korban beserta masyarakat Poso pada umumnya
yang pluralistik, selama ini sangat mendambakan perdamaian dan menginginkan
hidup berdampingan satu-sama lain.
Atas dasar itu, ia berharap adanya peningkatan kegiatan pengamanan di seluruh
wilayah Poso, sehingga daerah ini benar-benar kembali normal seperti keadaan
sebelum pecah kerusuhan besar tahun 2000. Permintaan senada disampaikan
sejumlah tokoh dari berbagai elemen masyarakat setempat, dalam berdialog lanjutan
dengan Menko Polhukam.
Menurut Widodo, pihaknya akan memperhatikan masukan yang disampaikan
berbagai pihak itu, guna merumuskan kebijakan yang tepat dalam menangani
permasalahan di daerah bekas konflik Poso. Tapi, Menko Polhukam berharap seluruh
komponen masyarakat di Kabupaten Poso memberikan dukungan penuh kepada
aparat keamanan dan penegak hukum dalam melakukan tugas-tugasnya, terutama
dalam menangkap dan memproses para pelaku tindak kekerasan.
Dukungandimaksud,antaralain menyerahkan secara sukarela senjata api dan bahan
peledak ilegal yang masih dikuasai, serta memberikan informasi mengenai
oknum-oknum yang pernah dan akan melakukan tindak kekerasan atau yang
melanggar ketentuan perundang-undangan lainnya.
Ketika mengunjungi Poso selama 3,5 jam hingga Selasa petang, Widodo didampingi
Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, dan Kapolri Jenderal Pol Dai Bachtiar.
Kunjungan kerja Menko Polhukam beserta rombongan itu, dalam rangka melihat dari
dekat perkembangan situasi kamtibmas di daerah bekas konflik tersebut. Seusai
melakukan dialog, Menkopolhukam beserta rombongannya kembali lagi ke Palu
dengan menumpang helikopter khusus untuk melanjutkan perjalanannya ke Jakarta.
Kabupaten Poso kurun dua pekan terakhir diwarnai tiga peristiwa kekerasan serius,
yakni penemuan mayat Kades Pinedepa yang tubuhnya terpenggal dua, penembakan
hingga tewas seorang sopir angkutan pedesaan, serta peledakan bom di Pasar
Sentral Poso yang menewaskan enam orang dan melukai tiga lainnya.
Sementara itu, Kabag Infokom Pemkab Poso Abdul Haris Rengga secara terpisah,
mengatakan sekalipun terjadi rentetan aksi kekerasan terbaru di daerahnya kurun dua
pekan terakhir, namun masyarakat setempat tidak terpancing menanggapi
insiden-insiden itu.
Buktinya, katadia, hingga saat ini kegiatan pemerintahan di semua tingkatan masih
lancar, kamtibmas tetap kondusif, arus transportasi pada semua ruas jalan negara
dan provinsi berjalan normal, serta kegiatan di sektor-sektor ekonomi lainnya juga
berjalan seperti biasa.
Rengga mengakui pascapeledakan bom di Pasar Sentral Poso pada Sabtu pekan lalu
sempat terjadi konsentrasi massa di sejumlah desa serta adanya kendaraan
angkutan umum yang menunda keberangkatannya, namun itu hanya merupakan
refleksi kekhawatiran sesaat.
|