Ambon.Com, Kamis, 27 November 2003
Dua Bom Meledak Di Poso, Gereja GPID Palu Diteror
TEROR - Nampak aparat Jihandak saat menjinakkan bom di Gereja GPID Palu. Fot:
Lib/abd/radar palu POSO - Kembali Poso menjadi ajang teror. Ditengah masyarakat
muslim merayakan idul fitri terjadi beberapa peritiwa di tempat yang berbeda.
Selasa (25/11) kemarin, sekitar pukul 21.00 wita terjadi rentetan suara tembakan dari
arah Timur kota yang pernah diguncang konflik tersebut. Suara tembakan itu
terdengar dari Kelurahan Buyungboyo atau tepatnya dekat lokasi pemancar TVRI.
Suara tembakan itu hanya terdengar oleh warga yang tidak jauh dari kelurahan diatas
gunung itu.
Akibatnya, warga kelurahan itu - tepatnya disekitar lapangan mulai ketakutan. Wajar
kalau warga setempat ketakutan mengingat saat meletusnya kerusuhan Poso lalu,
rumah mereka juga habis terbakar. Warga masih trauma dengan kejadian masa lalu.
Warga sebanyak 53 KK malam itu juga dievakuasi ke lokasi pemancar TVRI.
Selang tiga jam, tepatnya pukul 00.30 wita, di dalam Kota Poso terdengar lagi suara
ledakan bom yang pertama dihalaman gereja Eklesya Jalan Pulau Kalimantan.
Ledakan bom tersebut tidak menimbulkan kerusakan.
Belum cukup itu. Selang 30 menit yakni sekitar pukul 01.00 wita terdengar lagi
ledakan bom di Jalan Pulau Irian Jaya - dekat Toko Hero yang sejak kerusuhan lalu
tidak lagi dibuka.
Di tempat itu, setelah melakukan olah TKP, polisi menemukan dua bom. Satu sudah
meledak dan satunya lagi belum sempat meledak. Suara ledakan bom ini cukup kuat
hingga sempat mengagetkan warga yang sudah tertidur.
Kapaolres Poso AKBP Drs Abdi Dharma yang dikonfirmasi tadi malam membenarkan
adanya dua peristiwa yakni bunyi rentetan senjata di Buyumboyo dan ledakan bom di
Toko Hero. Ia mengaku, suara tembakan di Buyumboyo tidak menelan korban jiwa
ataupun materiil.
''Warga memang sempat resah tapi tadi pagi (kemarin pagi) sudah kembali
ketempatnya masing-masing,'' ujarnya.
Sedang ledakan bom di toko Hero katanya, juga tidak menimbulkan korban atau
kerugian materiil. Hanya satu yang meledak, sementara yang satunya belum sempat
meledak dan sudah dijinakan. Bom itu jenis low eksplosif .
''Sampai saat ini kondisi Poso tetap kondusif, dua peristiwa tersebut tidak
mempengaruhi suasana di dalam kota Poso. Pelaku dalam penyelidikan,'' tukasnya.
Sementara pada hari yang sama,
Palu juga tak luput dari terror bom. Sekitar pukul, 14.10 wita, Gereja GPID Palu
dikejutkan dengan aksi teror bom.
Bom yang terbungkus kantongan plastik warna hitam tersebut, pertama kali
ditemukan bagian cleaning service Gereja GPDI Eklesia, Yusak (25) di depan pintu
utama gereja dekat pot bunga, di Jalan Moh Thamrin, Palu Timur. Semula bagian
cleaning service itu tidak curiga dan langsung melihatnya. Namun setelah melihat
rangkaian kabel-kabel di kantongan hitam itu, petugas tersebut melaporkan ke
rekannya bernama Josua (35). Takut terjadi sesuatu, temuan itu selanjutnya langsung
dilaporkan ke Mapolresta Palu.
Sebelum melaporkan ke unit Jihandak Polda Sulteng. Aparat gabungan Polresta Palu
yang dipimpin Wakapolres, Kompol Sambas Kurniawan terlebih dahulu mendatangi
TKP dan mengamankan lokasi kejadian. Tidak lama kemudian tim Jihandak Polda
Sulteng yang dipimpin langsung Kasat Brimob Kompol Drs Hariyanto langsung
melakukan olah TKP.
Setelah dilakukan foto jarak jauh, bungkusan kantong plastik warna hitam itu akhirnya
diketahui isi dan jenis serta teknis penanganannya. Untuk bisa menjinakkan bom
tersebut, unit Jihandak yang dilakukan Afri Gangsar langsung melakukan
penembakan jarak jauh (pendisposalan).
Sebelumnya, warga masyarakat yang ada di sekitar TKP diperintahkan aparat untuk
menjauh radius 200 meter dari titik pendisposalan. Dengan menggunakan pengeras
suara, tim jihandak Polda Sulteng itu melarang warga mendekat yang sejak semula
sudah memadati di sekitar penemuan bom.
Usai melakukan pendisposalan, pada Koran ini Hariyanto mengatakan hasil kerjanya
timnya diketahui bahwa jenis bom tersebut adalah low eksplosive.
Yang menarik kata orang pertama di Sat Brimobda Sulteng itu, benda aneh itu
disebutnya petasan. Sayangnya, Kompol Hariyanto enggan menjelaskan secara rinci
aksi terror bom itu dan menyerahkan ke Wakapolresta Palu Kompol Sambas
Kurniawan dengan pertimbangan yang mempunyai wilayah.
Apa kata Wakapolresta Palu, Kompol Sambas Kurniawan? Untuk sementara orang
kedua di Mapolresta itu enggan menjelaskan dengan alasan kasusnya masih dalam
tahap penyelidikan polisi. Kompol Sambas menyebutkan hal senada bahwa jenis bom
itu daya ledaknya rendah. ''Lain-lainnya masih dirahasiakan,'' ujarnya singkat.
Meski dirahasiakan, yang terang aparat gabungan Polresta dan jihandak Polda
Sulteng itu, saat olah TKP terus mengamankan buraian bom yang diledakan itu.
Diantara buraian bom yang diamankan diketahui, rangkaian kabel, serbuk dan
lainnya. Untuk memudahkan penyelidikan, lokasi buraian bom tersebut langsung di
isolasi dengan memasang police line (garis polisi).
Sementara itu, Yusak-cleaning service Gereja GPDI Ekklesia kepada harian ini di
TKP mengatakan, sebelum menemukan benda aneh itu, dirinya sebenarnya hendak
mengambil mangga yang ada di pekarangan Gereja tersebut. Saat itu juga, Dia
melihat bungkusan hitam di dekat pot bunga-dekat pintu utama Gereja. Karena
penasaran, Iapun langsung mendekat dan mengamati bungkusan katong plastik
tersebut. Saksi mata itu mengaku kaget setelah melihat rangkaian kabel dan
selanjutnya melaporkan ke Josua-rekannya.
Soal orang yang dicurigai? Yusak mengaku tidak melihat adanya orang
mencurigakan. Bahkan katanya, pintu pagar saat itu dalam keadaan terkunci. Hingga
saat ini, aparat gabungan Polda Sulteng dan Polresta Palu terus melakukan
penyelidikan dan pengembangan kasusnya.
Perlu diketahui, malam tahun baru 2002 lalu, aksi teror bom juga terjadi di Gereja
tersebut. Sejauh ini, siapa pelaku teror tersebut belum terdeteksi aparat.(wan/lib)
|