JAWA POS, Senin, 17 Nov 2003
Poso Memanas, Tiga Tewas, Satu Dianiaya, Dua Dibunuh
POSO - Poso memanas lagi. Minggu kemarin aparat kepolisian Poso benar-benar
kalang kabut. Ratusan massa dari Tabalo kemarin melakukan unjuk rasa ke mapolres
Poso. Mereka menuntut agar polisi melepaskan Irwan, tersangka penyerangan di
Poso Pesisir beberapa waktu lalu.
Tragisnya, unjuk rasa itu membawa korban seorang warga tak berdosa yang melintas
di jalan saat kejadian unjuk rasa. Korban yang belum diketahui identitasnya dianiaya
hingga tewas. Keadaan itu, menjadikan Poso mencekam. Situasi menegangkan
kembali dirasakan warga.
Berdasarkan informasi JPNN, siang kemarin Mapolres Poso pun diunjuk rasa warga
Tabalo yang menuntut pembebasan Irwan yang ditahan sehari sebelumnya.
Penangkapan Irwan berkaitan dengan dugaan keterlibatannya pada penyerangan di
Desa Pantangolemba. Pengunjuk rasa menolak Irwan terlibat penyerangan
sebagaimana tuduhan polisi.
Ratusan massa hanya berdemo di luar halaman Mapolres karena selain pintu masuk
dikelilingi pagar berduri, polisi juga melakukan pagar betis yaitu lapis depan dari
satuan Perintis disusul lapisan kedua aparat Brimob dan lapis ketiga dari aparat TNI.
Kapolres Poso AKBP Drs Abdi Darma sempat menemui pengunjuk rasa dan
berdialog di depan pintu gerbang. Karena massa terus mendesak dengan
meneriakkan yel-yel agar Irwan dilepas, kapolres akhirnya meminta perwakilannya
berdialog dengannya.
Di ruang kapolres, selain keenam delegasi warga Tabalo juga nampak pula hadir
Dansatgas Sintuwu Maroso Kombes Drs M Rum. Namun saying, pertemuan itu tak
dapat diliput wartawan.
Di luar halaman Mapolres, situasi massa pengunjuk rasa makin memanas. Warga
terus berorasi memprotes kinerja aparat kepolisian yang bertindak semena-mena
dengan cara menangkap Irwan tanpa prosedur yang jelas. Terbukti, penangkapan
Irwan dan penembakan Hamid hingga tewas diterjang timah panas.
Setelah dua jam pertemuan belum juga usai, massa makin memanas. Massa mulai
menumpuk ban-ban bekas dan membakarnya di jalan tepat depan pasar Sentral
Poso. Massa juga mulai anarkis karena menolak salah satu keputusan pertemuan
dengan kapolres. Salah satu hasil pertemuan yang ditolak yaitu penegakkan hukum
atas penembakan Hamid. Massa tetap bersikukuh Irwan dilepas karena tidak salah.
Massa semakin anarkis, mereka mulai menghadang pengendara motor yang
melintas. Salah seorang pengendara motor tiba-tiba ditahan dan langsung dikeroyok
massa dan dikabarkan tewas. Tak luput motor pengendara pun dibakar massa.
Tepat pukul 17.00 wita, mayat korban yang belum diketahui identitasnya ditemukan di
sungai Poso. Mayat dengan ciri-ciri tubuh atletis dan rambut cepak langsung divisum
diruang aula Polres Poso. Karena anggota polisi dan TNI tak ada yang mengenali
korban, diputuskan mayat korban aksi pengeroyokan itu dibawa ke kamar mayat
RSU Poso.
Masalahnya tidak hanya itu. Sebelumnya, warga menemukan dua mayat dekat
sungai Puna Desa Ratulene, Poso Pesisir yang diketahui adalah kakak beradik yaitu
Bendahara Sinode GKST Drs O Tadjaja dan Yohanes Tadjaja.
Keterangan yang diperoleh Koran ini di TKP menyebutkan, O Tadjaja adalah mantan
pejabat yaitu sebagai Kadis pendapatan Poso dan adiknya, Kamis lalu diketahui
berangkat dari Tentena menuju Desa Deua Poso Pesisir menggunakan mobil Kijang
DN 440 E untuk keperluan keluarga.
Motif pembunuhan keduanya sampai kemarin belum dapat diungkap pihak kepolisian.
Diduga usai dihabisi nyawanya, mayat keduanya diletakkan dijok bagian belakang
mobil Kijang milik korban. Nampak darah segar masih berlumuran dari tubuh kedua
korban saat ditemukan.
Penemuan dua mayat itu berdasarkan laporan masyarakat yang melihat mobil Kijang
mencurigakan disekitar jembatan sungai Puna, tepatnya dekat lokasi pengambilan
batu kerikil.
Sekitar pukul 17.00 wita, aparat Perintis dipimpin Kasat reskrim Polres Iptu Slamet
Widodo dan Kasat IPP Iptu M Ridha mengevakuasi korban dengan mobilnya ke
Polres. Pelaku rupanya meninggalkan kunci mobil korban dan meninggalkan begitu
saja di kunci kontak mobil.(wan)
copyright ©2003 Jawa Pos dotcom
|