KOMPAS, Rabu, 19 November 2003, 07:24 WIB
Nasional
Kapolri: Ancaman Bom Masih Ada
Cirebon, Selasa
[PHOTO: POLRI OPTIMIS. Kapolri Jenderal Pol Da'i Bachtiar memberikan penjelasan
kepada wartawan, sebelum mengikuti Sidang Terbatas, di Istana Negara, Jakarta,
Senin (17/11). Ia mengatakan bahwa kepolisian terus melakukan pengejaran terhadap
pelaku bom hotel JW Marriot Dr. Azahari Husin dan pihaknya merasa optimis dapat
menangkapnya.]
Berita Terkait:
• DR Azahari Masih Gentayangan di Indonesia
Kapolri Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar mengatakan, pihaknya memprediksi ancaman
bom yang dilakukan teroris khususnya kelompok DR.Azahari dan Noor Din M Top
masih tetap ada, selama mereka belum tertangkap.
"Adanya ancaman bom tidak bisa kami pungkiri, untuk itu masyarakat tetap harus
waspada menyikapi hal itu, termasuk mewaspadai orang tak dikenal yang
mencurigakan yang ada disekeliling kita," katanya kepada wartawan, di Cirebon,
Selasa.
Ia mengatakan, upaya mencegah aksi teror itu selain mengerahkan petugas,
pihaknya juga minta kepedulian warga masyarakat untuk mewaspadai dan turut
menginformasikan hal-hal yang mencurigakan kemungkinan adanya aksi bom.
Dia mengakui, pihaknya hingga kini masih terus melakukan pengejaran dan pencarian
kepada para pelaku dan otak pelaku pengeboman yang terjadi diberbagai tempat di
Indonesia belakangan ini. "Kami tidak akan berhenti memburu para pelaku dan otak
pelaku pengeboman serta terus meningkatkan kewaspadaan akan adanya ancaman
serupa," ujar dia.
Dalam kesempatan itu, Kapolri mengatakan, personel kepolisian akan ditempatkan di
titik-titik rawan Kamtibmas termasuk di wilayah pantura juga akan ditempatkan
petugas, termasuk di jalur-jalur alternatif. Di samping itu, Polri juga akan memberikan
jaminan keamanan terhadap gangguan kamtibmas yang akan terjadi dan terus
melakukan upaya antsipasif terhadap kemungkinan terjadinya tindak kriminal maupun
terorisme.
Ke Bali
Setelah sempat tinggal dalam beberapa lama di Pulau Dewata dalam rangkaian aksi
peledakan bom di Kuta, 12 Oktober 2002, Dr Azahari diduga akan kembali datang ke
daerah tersebut.
"Bisa saja warga negara Malaysia itu akan kembali masuk Bali, baik untuk
kepentingan bersembunyi dari kejaran petugas, maupun untuk tujuan aksi peledakan
bom kembali," kata Kapolda Bali Irjen (Pol) Drs Made Mangku Pastika, di Denpasar,
Selasa sore.
Usai memimpin gelar pasukan Operasi Ketupat 2003, Kapolda menyebutkan, terkait
dugaan tersebut, pihaknya menyiagakan petugas dengan kekuatan yang cukup
memadai di pintu-pintu masuk Pulau Dewata. Pintu-pintu masuk tersebut tidak hanya
di Bandara Ngurah Rai, tetapi juga Pelabuhan Gilimanuk, Celukan Bawang dan
Padangbai.
"Pendeknya, petugas yang dilengkapi dengan perangkat pendeteksian bahan peledak
yang cukup canggih, akan disiagakan di tempat-tempat itu," ucapnya. Bahkan, lanjut
Kapolda, dalam waktu dekat petugas yang siaga akan dilengkapi perangkat
"explosive paper detector (EPD)" buatan Amerika Serikat.
Perangkat yang dapat "membaca" aneka jenis bahan berbahaya dan bahan peledak
itu, telah diupayakan pengadaannya atas bantuan Pemprop Bali. Sebanyak empat
unit EPD seharga Rp1 milyar lebih, dalam waktu tidak lama lagi sudah datang dari
negeri Paman Sam, kata Irjen Pastika menjelaskan.
Dengan perangkat itu, Kapolda mengharapkan tidak saja Azahari yang diduga
membawa bahan meledak dapat terdeteksi kemudian tertangkap saat masuk Bali,
tetapi juga teroris lain yang memiliki niat jahat datang ke Pulau Dewata.
Buronan Dr Azahari, tercatat sebagai orang yang ambil bagian dalam merakit bom
yang meledak di tiga lokasi di Bali, 12 Oktober tahun silam. Selain sebagai perakit
bom, warga negara Malaysia itu juga diketahui telah turut serta dalam rapat
perencanaan awal aksi bom Bali yang berlangsung di Bangkok, Thailand,
bersama-sama dengan Ali Ghufron alias Muklas, terpidana mati kasus bom Bali. Di
samping itu, Dr Azahari juga belakangan disebut-sebuat sebagai salah seorang
"dalang" dalam aksi peledakan bom di Hotel JW Marriott, Jakarta.(Ant/nik)
Copyright © 2002 PT. Kompas Cyber Media
|