Masariku Network, 18 November 2003
Poso - Tentena Tegang
Minggu, 16 November 2003
Kondisi dan Emosi masyarakat dikawasan ini agak meninggi terpengaruh dengan
tewasnya bapak Drs. Orange Tadjodja, 60 tahun(bendahara Sinode Gereja Kristen
Sulawesi Tengah; Ketua Partai Damai Sejahtera Kabupaten Poso) bersama
keponakannya Yohanes Tadjodja, 33 tahun.
Mayat kedua korban ini ditemukan tadi siang Minggu 16 November 2003, di Sungai
Puna, 15 km arah Barat kota Poso. Diduga bahwa kendaraan beliau(mobil Dinas
GKST) dicegah kemarin Sabtu 15 November 2003 di jalan arah ke desa Tabalu atau
Pantangolemba, desa yang tanggal 12 Oktober silam diserang oleh para Teroris, di
sana kedua korban dieksekusi/ditembak, dan dipotong-potong/dianiaya; kemudian
mayatnya dibuang ke sungai.
Peristiwa pencegatan dan penembakan/pembunuhan terhadap kedua warga Kristen
tersebut di atas,ada kaitannya dengan pengejaran yang dilakukan aparat terhadap
beberapa pelaku penyerangan 12 Oktober 2003 lalu, di kawasan pedesaan tersebut,
kemudian terjadi tembak-menembak, dua teroris Jamaah Islamiah ditangkap yaitu
Sutri & Irwan, satu tewas tertembak.
Massa muslim secara terbuka tidak senang dengan sikap tegas aparat keamaan, lalu
melakukan pencegatan kendaraan-kendaraan Kristen, dan berlanjut dengan protes
terbuka dipasar sentral Poso dan didepan Mapolres Poso tadi pagi 16 November
2003, mereka menuntut supaya Sutri dan Irwan dilepas. Seorang warga kristen yang
lewat didepan Mapolres bernama Ben Sumbaluwu 22 tahun, yang baru diwisuda S.Th,
di STT Tentena, dicegat dikeroyok dan tewas di tempat, saat ini mayatnya masid
berada di RSU Poso.
Ulah massa secara terbuka melakukan perlawanan terhadap keputusan dan
ketegasan aparat menangkap dan menembak para pelaku teror yang dikenal sebagai
anggota Jemaah Islamiah sudah berulang kali terjadi. Sayang Pemerintah
kelihatannya sangat lemah menghadapi mereka; cenderung cuci tangan atau
bersikap acuh tak acuh. Justru kelihatannya mereka(para teroris) yang menguasai
Poso.
Bayangkan keluarga korban dari Tentena yang turun ke poso tadi sore 16 November
2003 untuk menjemput jenazah bapak Tadjodja tidak diizinkan masuk ke kota Poso;
massa muslim memblokir kota ini. Mereka harus menunggu di Kawua dan kemudian
aparat yang mengambil lalu menyerahkannya kepada pihak keluarga. Disinyalir
pemerintah lokal memang telah tersusupi oknum-oknum teroris? Itu sebabnya
Instruksi Menko Polkam tanggal 14 Oktober 2003 lalu waktu beliau dan rombongan
datang ke poso, untuk segera mengejar dan menangkap para pelaku penyerangan di
desa-desa Pinedapa, Saatu dan Pantangolemba, kelihatannya sangat sulit. Justru
pelaku penyerangan Beteleme kabupaten Morowali sangat cepat digulung ditembak
dan ditangkap. Itu terjadi karena Pemerintah dan aparat keamanan Morowali bersikap
tegas, tidak ada toleransi dengan teroris padahal sesuai dengan pengakuan pelaku
yang ditangkap di Morowali, bahwa mereka dengan para penyerang di poso berada
dalam satu komamdo Jamaah Islamiah Poso.
Jika kondisi ini terus berlanjut, maka kemungkinan besar akan pecah kerusuhan
besar atau penyerbuan besar-besaran sesuai dengan rencana strategis Jamaah
Islamiah untuk merebut Tentena dan seluruh kabupaten Poso. Ketegangan
masyarakat GKST apabila tidak terkendali akibat tokoh sentral mereka dibunuh,
memang dapat berakibat fatal.
Masyarakat pada kebanyakannya sangat apatis dan tidak menaruh kepercayaan
kepada Aparat dan Pemerintah untuk berlaku bijaksana dan adil, mengusut tuntas,
menangkap dan mengadili para pelaku. Teman-teman, di Washington dan New York,
tolong gambarkan Situasi bahaya yang sedang ada di depan kami di Tentena-poso
kepada Parlemen, Pemerintah Amerika serta masyarakat International, yang menurut
bocoran informasi inteligens akan ada penyerangan besar menjelang dan sesudah
lebaran.
POSO WATCH NETWORK
Ferdinand H. Saerang, Ph.D
From PWN via MASARIKU NETWORK
|