Maluku Media Centre, Senin, 15/12/2003 20:53:37 WIB
Pengungsi di Saparua Baru Mulai Didata
Reporter: Daniel Nirahua
Target pemerintah menyelesaikan masalah pengungsi tahun 2003 di Maluku
dipastikan tidak tercapai karena masih banyak pengungsi belum tertangani. Di
Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, ribuan pengungsi belum pernah
mendapat bantuan pemerintah. Mereka baru didata pekan lalu oleh aparat pemerintah
kecamatan.
Soal pendataan ini disampaikan Camat Saparua, Ferry Siahaya, kepada MMC, Sabtu
(13/12). Menurut Siahaya, ketika konflik meletus, banyak warga yang menetap
berbagai daerah terpaksa pulang ke kampung halamannya di Saparua. Mereka
dikategorikan sebagai pengungsi relokasi.
Menurut Siahaya, para pengungsi yang relokasi ke Saparua itu belum terdata. Oleh
karena itu, pihaknya baru saja melakukan pendataan melalui kepala-kepala desa.
Pendataan ini dilakukan juga karena ada permintaan dari Pemerintah Kabupaten
Maluku Tengah .
Dari data sementara diketahui bahwa di kecamatan tersebut terdapat 125 kepala
keluarga (KK) atau 1.284 jiwa pengungsi. Mereka tersebar di berbagai desa. Di
Saparua sendiri terdapat 17 desa. Dari jumlah tersebut, baru 11 desa mamasukkan
datanya sedangkan enam desa lainnya masih ditunggu sampai 31 Desember 2003.
Selanjutnya akan disampaikan secepatnya kepada Dinas Kesejahteraan Sosial
Kabupaten Maluku Tengah untuk ditindaklanjuti.
Rinciannya; Desa Ouw sebanyak 44 KK (233 jiwa), Ulath 5 KK (22 jiwa), Tiouw 36 KK
(134 jiwa), Pia 8 KK (27 jiwa), Ihamahu 68 KK (197 jiwa), Paperu 27 KK (128 jiwa),
Porto 231 jiwa (43 KK), Booi 15 KK (54 jiwa), Mahu 6 KK (29 jiwa), Siri Sori Islam 1
KK (5 jiwa). "Kami akan terus memberi kesempatan kepada pengungsi yang relokasi
di Saparua untuk mendaftarkan diri ke kepala desa masing-masing," ujarnya.
Menurut Siahaya, persaudaraan antarsesama pela dan gandong di Saparua terbangun
lewat momentum ritual atau acara adat lainnya. Hal ini berlangsung dari generasi ke
generasi. "Kita baru saja keluar dari konflik dan saat ini kondisi Saparua begitu aman.
Kita inginkan hubungan ini terbina terus, jangan sampai putus," ujarnya.
Sekalipun punya hubungan pela dan gandong, ungkap Siahaya, kalau orang tidak
punya tempat tinggal dan pekerjaan yang layak, tentu akan mengalami kesulitan
dalam memmbina hubungan baik dengan sesama. Bahkan, dia khawatir hal ini bisa
memicu konflik baru kalau tidak ditangani secara baik.
Menurut dia, sebagai kecamatan tertua di Maluku, Saparua tentu memiliki banyak
kemajuan jika dibandingkan dengan kecamatan lain. Selain itu, Saparua mempunyai
catatan sejarah yang cukup panjang. Di sini terdapat Benteng Duurstede, peninggalan
Belanda, yang masih berdiri sebagai bukti sejarah penjajahan di negeri ini. Begitu
pula kisah Pahlawan Thomas Matulessy yang dikenal dengan Kapitan Pattimura.
(MMC)
© 2003 Maluku Media Centre, All Rights Reserved
|