Maluku Media Centre, Ahad, 16/11/2003 00:09:17 WIB
Diancam Pembongkaran Walikota Ambon Jelang Lebaran, Kaki
Lima Marak di Mardika
Reporter: Marianna Patty
Ambon, MMC --- Meski pun Pemerintah Kota Ambon sudah membangun puluhan
kios di Jalan Anthonie Rhibok bagi pedagang kaki lima, nyatanya kios-kios tersebut
kini tinggal mubazir. Sebab para pedagang ternyata lebih suka menggelar
dagangannya di trotoar sepanjang Jalan Pantai Mardika.
Kios-kios kaki lima yang dibangun Pemerintah Kota Ambon tersebut, kini tinggal
kosong. Sejumlah pedagang hiasan besi putih memang terlihat bertahan di sana,
namun peti-peti barangnya justru ditempatkan di bodi jalan dekat kios tersebut.
Sedangkan pedagang pakaian, semuanya sudah lebih dari dua bulan hengkang ke
Mardika.
"Di Jalan Antonie Rhibok sepi pembeli. Sedangkan di Mardika, banyak orang
berbelanja dan mau menengok dagangan kami," kata Mat Saleh, seorang pedagang
kaki lima dekat Hotel Amans, Jumat (14/11).
Padatnya kaki lima di Mardika membuat jalur Hotel Amans menjadi penuh
warna-warni pakaian dan barang-barang keperluan rumah tangga. Menjelang hari raya
keagamaan seperti Lebaran dan Natal, jumlah pedagang kaki lima juga meningkat.
Padahal, di sepanjang jalur Hotel Amans ini, terdapat rambu yang sangat jelas
mengingatkan, dilarang berjualan di sini. Justru rambu tersebut kini tertutup tumpukan
pakaian yang digelar para pedagang asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Seorang pedagang kaki lima, Udin, kepada MMC mengaku enggan menempati kios
yang disediakan Pemerintah Kota Ambon bagi pedagang eks pasar kaget depan
kampus PGSD. Alasan dia, tempat di situ tidak tepat karena merupakan wilayah
perkantoran, rumah sakit, gereja dan sekolah sehingga tentu saja sepi pembeli.
Olehnya, kata Udin, dia dkk mencari tempat yang dapat meraih keuntungan yang
lebih memadai meski hanya di trotoar jalan.
Udin yang menggelar pakaian anak dan dewasa wanita menuturkan, menjelang
Ramadhan keuntungan yang diperoleh per hari paling kecil Rp 200 ribu. Udin
menyadari, sewaktu-waktu dia dkk dapat digusur dari trotoar. Namun sebelum
ditertibkan, Udin berharap tetap mendapat kesempatan berjualan di situ, karena
mudah dijumpai pembeli.
Menanggapi sikap para pedagang kaki lima tersebut, Walikota Ambon Drs MJ
Papilaya MS kepada pers di Ambon beberapa waktu lalu, menyatakan mubazirnya
kios-kios tersebut bukan karena kesalahan pemerintah namun merupakan kesalahan
pedagang yang tidak mau menempatinya.
Karena tidak dimanfaatkan pedagang kaki lima, menurut Papilaya, pihaknya akan
mengeluarkan ketentuan. Bila kios itu tidak juga dimanfaatkan maka akan dibongkar.
Setelah dibongkar, Papilaya berjanji akan menertibkan seluruh tempat yang
digunakan kaki lima yang kenyataannya mengganggu aktifitas masyarakat.
Nina, perempuan warga Waihaong Ambon yang menjadi pedagang kaki lima
berpendapat, berbelanja di pedagang kaki lima, lebih murah ketimbang di toko
maupun plaza. Olehnya untuk selalu meraih keuntungan dan pembeli maka dia selalu
memantau mode agar tidak kalah jauh dengan di pertokoaan .
Dia mengaku, pakaian yang digelarnya dibeli kodi-kodian di Ambon. Sedangkan kaki
lima yang modalnya cukup, mendatangkan sendiri pakaian pabrikan dari Jakarta.
Pedagang lainnya Nisma, mengaku menjual pakaian tidak selamanya laris. Semua
itu tergantung lokasi dan waktu. Saat Ramadhan menjelang Lebaran, katanya,
merupakan waktu bagi pedagang pakaian untuk mendapatkan keuntungan ganda dari
hari biasanya.
Jika pada bulan sebelumnya mencapai Rp 75 ribu sampai 150 ribu per hari maka
menjelang Ramadhan keuntungan mencapai Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu per hari.
Nisma menyebutkan, kondisi Kota Ambon yang tenang, merupakan faktor penting
Sebab dalam kondisi begini mampu memberi peluang bagi pembeli untuk berkunjung
ke kaki lima. (MMC)
© 2003 Maluku Media Centre, All Rights Reserved
|