The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Maluku Media Centre


Maluku Media Centre, Senin, 22/12/2003 19:00:57 WIB

Setelah Luluh Lantak Akibat Konflik Warga Soya Kini Punya Gereja Baru

Reporter: Ivanno Passal

Ambon, MMC --- Desa Soya, yang berada di ketinggian Gunung Sirimau, Kota Ambon, sempat menjadi salah satu korban serangan pasukan tak dikenal, akhir April 2003 lalu. Serangan subuh sekitar pukul 04.00 WIB itu terjadi saat lampu listrik padam sehingga membuat warga desa kocar-kacir.

Dalam serangan itu, tercatat 14 orang tewas dan 10 lainnya luka berat dan ringan. Sebanyak 23 rumah, balai pertemuan dan gedung gereja tua yang dibangun tahun 1904, dibakar. Di antara korban tewas, terdapat bayi berusia delapan bulan bernama Debora Souhoka

Serangan ini membuat warga Soya trauma berat. Tak dikenalinya kelompok penyerang menimbulkan banyak spekulasi. Misalnya, saat itu beredar kabar penyerangnya berpakaian loreng. Isu lainnya, penyerangnya bukan dari kelompok Laskar Jihad tetapi justru dari kalangan Kristen sendiri yang berkhianat. Isu-isu ini membuat warga tidak tenang.

Aparat keamanan dan Pemerintah Provinsi Maluku lantas memberikan perhatian besar terhadap masyarakat Desa Soya. Bahkan, setelah insiden itu, perlahan-lahan situasi konflik di Ambon dan Maluku semakin membaik. Eskalasi konflik terus menurun sampai ke titik terendah.

Selama ini, Desa Soya dikenal sebagai salah satu kawasan wisata di Ambon. Selain dikenal sebagai desa penghasil aneka jenis buah, di Puncak Gunung Serimau terdapat sebuah tempayan tua, yang sering dikunjungi wisatawan mancanegara. Keunikan tempayan ini adalah selalu berisi air kendati tak ada hujan.

Soya juga merupakan salah satu desa tertua di Pulau Ambon. Portugis, ketika akan mendirikan Benteng Nosha Senhora da Anunciada (sekarang Benteng Victoria) tahun 1575 di tepi Teluk Ambon, harus berhadapan dengan orang Soya sebagai pemilik tanah. Sebab, pada mulanya orang-orang Soya tidak setuju pembangunan benteng tersebut.

Para wisatawan juga kerap ke Soya untuk melihat rumah raja soya dan gereja tua. Sayangnya, ketika insiden Soya, April 2003, rumah raja dan gereja tua tersebut ikut hangus diterjang bom. Oleh karena itulah, pemerintah melalui Dinas Pariwisata Provinsi Maluku berusaha membangun kembali sarana yang rusak.

Sebenarnya, warga Soya sendiri sejak 1994 sedang membangun sebuah gereja baru. Sebab gereja tua semakin tidak mampu menampung jemaat Kristen setempat. Usaha swadaya ini kemudian dibantu pemerintah, menyusul insiden Soya. Gereja baru itu akhirnya rampung dan diresmikan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, yang saat itu mewakili gubernur, Minggu (21/12).

Peresmian Gedung Gereja Lazarus Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) di Soya, diawali arak-arakan dari depan gedung gereja lama. Arak-arakan dipimpin Ketua Majelis Jemaat GPM Soya, Pendeta J. Hutubessy. Orkes suling bambu mengiring arak-arakan tersebut. Seluruh anggota majelis jemaat dan para undangan mengikuti arak-arakan sampai ke gedung gereja baru, yang jaraknya sekitar 50 meter dari gereja lama.

Upacara diawali ibadah dipimpin Ketua Badan Pekerja Harian (BPH) Sinode GPM Pendeta I.W.J. Hendriks. Dalam khotbahnya, Pendeta Hendriks, mengatakan, gedung gereja sebagai kabah merupakan tempat beribadah dan memuji Tuhan, membangun kebersamaan dan membangun iman umat beragama di tengah dunia, khususnya iman jemaat pascakonflik Maluku.

Gubernur Maluku Karel Alberth Ralahalu, dalam sambutan yang dibacakan Kadis Pariwisata Ir. Senda Titaley, meminta jemaat Soya ikut membangun kebersamaan. Kebersamaan dan kerja sama ini merupakan aset bagi pembinaan dan pembangunan di waktu yang akan datang. Ia juga mengharapkan seluruh jemaat jangan melihat segi fisik gereja, namun lihatlah dari arti dan manfaatnya sebagai Kabah Allah yang berguna untuk menyatukan umat.

Gedung Gereja Lazarus, ungkap gubernur, juga berfungsi sebagai tempat ibadah-ibadah lainnya yang bersifat ritual yang dapat meningkatkan iman dan kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. "Sehingga dengan ini kita boleh membangun kesadaran dan kepedulian secara vertikal dangan Sang Pencipta maupun horisontal dengan sesama manusia," ungkapnya

Ketua Panitia Pembangunan Gedung Gereja Lazarus, Max Manuputty mengungkapkan, sebenarnya warga jemaat sangat menginginkan kehadiran Gubernur Maluku untuk meresmikan Gedung Gereja Lazarus ini. Namun Gubernur saat ini sedang melaksanakan rapat bersama gubernur se-Indonesia di Jakarta sehingga diwakili Kepala Dinas Pariwisata.

Manuputty mengungkapkan, pembangunan gedung Gereja Lazarus dimulai 11 September 1994. Pembangunan ini mengingat kapasitas gedung lama hanya sekitar seratus tempat duduk. Kini, gereja ini memuat 1.028 tempat duduk. Gereja ini diberi nama Lazarus karena mengikuti salah satu nama penginjil lokal yang pernah menaburkan benih-benih injil di Negeri Soya sampai akhir hayatnya, yakni Lazarus Hitijahubessy. (MMC)

© 2003 Maluku Media Centre, All Rights Reserved
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/latoehalat
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044