Radio Nederland Wereldomroep, Selasa 18 November 2003 08:30 WIB
Jaringan Al Qaidah Masih Memiliki Kamp Latihan di Filipina
Selatan
Intro: Jaringan teroris yang berkaitan dengan Al Qaidah ternyata masih tetap
mengadakan latihan di Filipina Selatan. Para militan, semuanya warga Indonesia,
dilatih di sebuah kamp yang didirikan tiga tahun lalu dan sekarang beroperasi di
bawah perlindungan gerakan pemberontak MILF (Moro Islamic Liberation Fron), Fron
Pembebasan Islam Moro. Demikian keterangan Taufiq Rifqi, seorang militan Indonesia
yang tertangkap di Cotabato bulan lalu, seperti dikutip Washington Post. Radio
Nederland menghubungi Herry Yogaswara, pakar Filipina di LIPI. Kami tanyakan
kepadanya bagaimana kok bisa begitu, padahal pemerintah Filipina beberapa saat
silam menyatakan pihaknya telah berhasil menumpas Jemaah Islamiyah.
Herry Yogaswara [HY]: Problem di Filipina sekarang itu sebetulnya merupakan, apa
yang kita sebut sebagai politik citra Arroyo. Jadi seperti misalnya kematian Al-Ghozi,
buat saya lebih kepada bagaimana citra Arroyo di mata Amerika misalnya. Kita harus
menghormati hukum Filipina bahwa Ghozi sudah dihukum. Nah tetapi kita sendiri
tahu kenapa waktunya begitu dekat dengan kedatangan Bush dan sebagainya.
Dan jadi kalau sekarang mereka selalu mengklaim bahwa telah berhasil menumpas
kekuatan IMLF, itu sebenarnya tidak pernah bisa 100%. Karena sampai sekarang
saja negosiasi masih tarik ulur. Jadi saya juga tidak percaya bahwa 100% bisa
ditumpas. Seperti kasus New People Army, sampai sekarang itu masih sebuah
organisasi yang sangat kuat di Selatan, Tengah maupun Utara Filipina. Saya percaya
IMLF juga masih sangat kuat, khususnya di Selatan. Dan juga kita tahu kan ada juga
sel-sel mereka misalnya di Manila.
Radio Nederland [RN]: Hubungan antara Filipina dengan Amerika, itu seolah-olah
kepentingannya sepertinya hanya ingin menyenangkan pemerintahan Bush saja
supaya, kasarnya mau dana saja begitu, mau duitnya?
HY: Oh ya. Di Filipina itu sudah sangat jelas. Jadi kalau pada waktu kedatangan
Bush ke sana, saya mendapat informasi dari teman-teman bagaimana daerah Luneta
itu betul-betul dibersihkan dan betul-betul indah untuk kepentingan Bush, misalnya.
Dan kalau untuk kasus Filipina saya melihat ini adalah persoalan kultural yang sangat
lama. Jadi kita tahu bahwa sejak 1898 ketika Spanyol menjual Filipina kepada
Amerika itu hubungan sudah sedemikian dekat. Dan seluruh presiden Filipina pasti
akan sangat tunduk dengan kebijakan Amerika begitu. Jadi emmang kita boleh bahwa
ini adalah satu tujuan untuk menyenangkan boss besarnya Amerika, itu bisa kita
benarkan.
RN: Tapi itu kan sikap pemerintahnya yang resmi. Rakyatnya, mayoritasnya kan
bersikap lain?
HY: Saya selalu melihat ada dua kelompok di mana banyak juga masyarakat Filipina
itu yang sangat terikat dengan Amerika. Misalnya Philam atau Philippine Amerika itu
jelas diantara mereka banyak yang mendukung kebijakan pemerintah Filipina.
Kemudian juga kalau di lihat di level Senat misalnya, kelompok yang kita sebut
pro-pemerintah itu jelas mendukung kebijakan Arroyo terhadap Amerika. Nah tapi
kalau kita lihat pada sisi yang lain, banyak juga kelompok-kelompok masyarakat
kritis yang tidak menyukai kehadiran Amerika. Dan ini biasanya kebanyakan
orang-orang dari kampus, dari LSM, sudah pasti dari kelompok Mindanao itu banyak
yang sangat anti dengan kebijakan Amerika.
Jadi kita tidak bisa melihat hitam-putih mengenai sikap masyarakat Filipina. Jadi kita
harus berpikir misalnya masyarakat Filipina yang mana. Karena orang Mindanao pun
adalah orang Filipina. Kemudian juga kelompok bisnis misalnya banyak yang sangat
pro-Amerika, karena kepentingannya di Amerika sangat banyak. dan kita harus ingat
juga ya, berapa juta orang Filipina ada di Amerika. Jadi sangat sulit kalau kita
mengatakan bahwa sebagian besar orang Filipina tidak setuju dengan kebijakan
Arroyo terhadap Amerika begitu.
RN: Tapi janganlupa, kelompok kira juga tidak suka dengan Amerika ...
HY: Oh ya sudah pasti itu. Jadi kelompok kiri basisnya MPA atau
kelompok-kelompok kampus yang kritis. Itu saya percayai.
RN: Kalau begitu bagaimana persentasenya kalau mau dihitung secara kasar begitu?
HY: Saya tidak bisa eksak juga. jadi situasinya saya pikir tarik menarik. Jadi saya
tidak bisa memberika eksak berapa persen yang sangat pro dan berapa persen yang
sangat anti begitu. Kalau di tingkat rakyat ini agak sulit kita melacaknya, begitu.
Kalau kita lihat di politik, artinya di tingkat Senat maupun Kongres masih kuat yang
pro. Amerika juga. Itu sejak dahulu, sejak 1946 ketika mereka mendapatkan
kemerdekaan dari Commonwealth, itu selalu tunduk kepada pemerintah Amerika dan
kebijakan Amerika. jadi bukan hal yang aneh buat saya.
Demikian Herry Yogaswara, pakar Filipina di LIPI.
© Hak cipta 2001 Radio Nederland Wereldomroep
|