Radio Nederland Wereldomroep, Rabu 26 November 2003 07:45 WIB
Idul Fitri Di Poso Berlangsung Tenang
Idul Fitri hari pertama di Poso relatif tenang setelah sempat diwarnai insiden kecil
saat pawai takbiran Senin malam. Hampir tiga tahun sebelumnya wilayah di Sulawesi
Tengah ini diamuk konflik Islam-Kristen, dengan korban lebih dari 2000 orang tewas.
Menurut Darwis Waru, dari kelompok kerja resolusi konflik Poso, Lebaran kali ini
berlangsung jauh lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Sudah ada saling
mengunjungi antar umat, ujar Darwis kepada Radio Nederland.
Darwis Waru [DW]: Kalau membandingkan tahun lalu memang agak tenang, ada
kemajuan. Rupanya masyarakat memanfaatkan itu untuk turun ke jalan ramai-ramai.
Kurang lebih limaribuan orang turun untuk takbiran. Meskipun ada isu bahwa Islam
akan menyerang lebih duluan, karena ada isu bahwa pihak Kristen mau menyerang.
Di pihak Islam juga beredar kurang lebih seperti itu bahwa pihak Kristen mau
menyerang, mengganggu malam takbiran. Tapi rupanya masyarakat tidak
menanggapi serius itu dan berjalan apa adanya.
Meskipun ada insiden kecil tadi malam. Anak umur 14 tahun, kelas tiga SMP di SMP
negeri II Poso membawa senjata mainan, dipamerkan. Polisi kemudian menangkap
itu dan berbuntut adanya unjuk rasa ke Mapolres untuk minta anak itu dilepaskan.
Bersyukur, polisi memang melepaskan itu. Sekitar setengah jam sempat tegang di
depan Mabolres Poso. Meskipun aman tapi suasana mencekam jika dipandang dari
luar. Tetapi masyarakat dari dalam sebenarnya tidak panik.
Radio Nederland [RN]: Lebaran ini saat yang paling pas juga, saling bersilaturahmi,
kan antar umat juga tentunya. Bagaimana lebaran hari pertama? Apakah
pemandangan seperti itu ada? Artinya silaturahmi antar umat?
DW: Ada beberapa masyarakat Kristen, juga yang memang mengunjungi
rumah-rumah Muslim, merayakan Idul Fitri. Cuma memang di tempat-tempat tertentu,
misalnya Tentena yang mayoritas Kristen, memang masyarakat Muslim belum berani
mengunjungi ke sana seperti yang pernah dialami tahun-tahun sebelum konflik terjadi.
Belum pulih sepenuhnya tapi ada kemajuan-kemajuan yang cukup melegakan bagi
masyarakat, karena sudah saling mengunjungi, khsususnya memang masyarakat
Kristen yang tidak pernah meninggalkan Poso.
RN: Kira-kira refleksi apa yang bisa kita pelajari bersama dalam situasi konflik di
Poso dan juga dikaitkan dengan Idul Fitri?
DW: Saya kira ini adalah hari kemenangan bagi umat Islam. Selama Ramadan itu
kan sebenarnya perang melawan nafsu. Mudah-mudahan ini juga bisa berlangsung
sampai perayaan Natal yang akan datang. Cuma mungkin pelajaran yang perlu
dipetik oleh masyarakat Poso, bahwa memelihara rekonsiliasi yang sedang berjalan
memang ada banyak kerikil-kerikil yang masih harus diperbaiki. Tidak bisa dipungkiri
kalau di kedua komunitas ada orang-orang tertentu juga yang masih menyimpan rasa
dendam, yang kita istilahkan sebenarnya belum pulih betul kesehatan jiwanya. Ini
sangat rawan untuk dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu yang memang tidak
menginginkan Poso aman.
Dengan melihat beberapa tersangka yang ditangkap, kemudian beberapa yang sudah
tertembak mati, ada memang beberapa orang di situ yang korban, yang masih
menyimpan dendam. Ada juga yang tidak punya pekerjaan, yang katakanlah
pengangguran seperti itu, dan yang sebelum konflik memang wataknya seperti itu.
Kalau ini diibaratkan sebuah jalan, namanya jalan yang baru dibangun masih penuh
kerikil-kerikil tajam, masih banyak lubang yang harus diperbaiki. Cuma kalau tidak
diperbaiki dengan bagus, rusaknya bisa tambah parah.
Demikian Darwis Waru.
© Hak cipta 2001 Radio Nederland Wereldomroep
|