SINAR HARAPAN, Sabtu, 13 Desember 2003
Laskar Sabillilah Protes Tuduhan Konspirasi Intelijen
Jakarta, Sinar Harapan
Seratus anggota Laskar Sabillilah dengan menumpang tiga metromini mendatangi
kantor Cedsos (Center for Democracy and Social Justice Studies) guna memprotes
tuduhan konspirasi intelijen antara kelompoknya dengan gerakan islam radikal.
"Kami sudah melaporkan fitnah ini ke Polda dan akan kami tuntut secara hukum
mengenai pencemaran nama baik yang dilakukan oleh CeDSos terhadap pimpinan
Laskar Sabillilah, Nur Hidayat Assegaf," ujar salah seorang delegasi yang menemui
Direktur Cedsos, John Mempi, di Jakarta, Jumat, (12/12).
Dalam pernyataan sikap Laskar Sabillilah yang ditandatangi A.Taufiq diungkapkan
bahwa Umar Abduh yang menulis buku Konspirasi Intelejen dan Gerakan Islam
Radikal dan diterbitkan oleh Cedsos itu, adalah pendusta besar dan menyebarkan
fitnah tidak berdasar.
Umar Abduh, mantan napol kasus Imran, Cicendo dan Woyla dan penulis buku Al
Zaytun Sesat dan Al Zaitun Gate, dikatakan sebagai provokator dan teroris. "Kami
menuntut agar ia di tangkap dan diadili dan dihukum dengan hukuman sebagai
teroris," tegas A. Taufiq.
Lebih lanjut Laskar Sabillilah menuntut agar buku Konspirasi Intelejen dan Gerakan
Islam Radikal dimusnahkan dan ditarik dari peredaran, karena dianggap sebagai
penyimpangan informasi yang mengakibatkan perselisihan.
Umar Abduh ketika dihu-bungi menjelaskan bahwa buku tersebut adalah rangkaian
dari fakta-fakta yang didapat dari kliping koran maupun sumber tertulis lainnya yang
memang menunjukkan bagaimana keterlibatan intelejen dalam gerakan Islam Radikal.
"Justru perselisihan antar umat Islam dan dengan agama lain dapat dilihat sebagai
hasil dari operasi-operasi intelejen tersebut," jelasnya.
Ia menjelaskan keterlibatan Nur Hidayat dalam Kasus Lampung. "Dalam salah satu
bab pada buku itu memang menunjukkan Nur Hidayat sebagai provokator kasus
Lampung yang pernah dipelihara oleh Hendro Priyono sebagai Danrem Garuda Hitam
di masa Orde Baru," jelasnya.
Direktur Cedsos, John Mempi ketika dihubungi menjelaskan bahwa sekarang ini
adalah masa keterbukaan, dimana semua file lama yang kelam harus dibuka kembali
agar terdapat kebenaran sejarah.
"Ini untuk mempermudah rekonsiliasi nasional sebagai tuntutan sipil strategis. Kami
bersedia berdebat secara terbuka demi kejelasan dan penyelesaian semua konflik
yang ada," tegasnya.
Ia melanjutkan memang Cedsos sedang meneliti sampai sejauh apa keterlibatan
aparat dalam konflik besar yang ada di Indonesia baik dari masa orde baru maupun
sampai sekarang. "Ini penting untuk menjadi arsip sejarah bangsa ini. Agar generasi
mendatang dapat mengantisipasi," ujarnya. (web)
Copyright © Sinar Harapan 2002
|