SUARA PEMBARUAN DAILY, 22/11/03
JI Sedang Rekrut Pemimpin Baru
SINGAPURA - Kelompok Jemaah Islamiyah (JI) yang berafiliasi dengan jaringan
terorisme internasional, Al-Qaeda, diperkirakan sedang giat melatih calon-calon
pemimpin baru dan siap melancarkan serangan yang sama dahsyatnya dengan
tragedi bom Bali dan Hotel JW Marriott Jakarta. Demikian temuan intelijen Singapura
yang dipresentasikan langsung oleh Departemen Dalam Negeri (Depdagri) Singapura,
Kamis (20/11), dalam Konferensi Keamanan Internal Asia-Pasifik di Hawaii.
Menurut Depdagri Singapura, penangkapan terhadap para pemimpin JI yang dilakukan
selama ini berdampak cukup besar pada jaringan tersebut, tapi sifatnya hanya
sementara. Kini, satu generasi baru para pemimpin teror itu tengah mendapat
pelatihan di Pakistan, Filipina, dan Indonesia, kata Mendagri Singapura, Wong Kan
Seng.
Hanya Dikacaukan
"Tindakan terhadap JI sebagai sebuah organisasi baru sampai pada tahap
dikacaukan. Dengan kata lain, keberadaannya tidak dihancurkan tapi dibatasi,"
katanya kepada ratusan peserta konferensi yang digelar di Hawaii, Kamis. Pidatonya
itu dirilis di Singapura pada Jumat kemarin.
Kelompok JI, yang merupakan perluasan jaringan kelompok-kelompok militan di Asia
Tenggara, dituduh melancarkan serangan bom ke Hotel Marriott Jakarta pada bulan
Agustus lalu, yang menewaskan 12 orang.
Jaringan ini juga dituduh mengebom dua pub di Bali pada 12 Oktober 2002, yang
menewaskan 202 orang, sebagian besarnya turis asing.
"Berdasarkan pengumpulan data-data intelijen kami, elemen-elemen JI sedang aktif,"
katanya. "Mereka sepertinya sedang merancang beberapa bom bunuh diri lagi yang
sama dahsyatnya dengan bom Bali dan Marriott di Jakarta." Namun, Wong tidak
menjelaskan kapan dan di mana target-target baru serangan JI akan dilancarkan.
Lebih dari 200 anggota JI telah ditangkap di lima negara sejak bom Bali dan beberapa
serangan bom lainnya. Kelompok itu mengalami kemunduran sangat besar pada
Agustus lalu, ketika Riduan Isamuddin alias Hambali, pemimpin JI untuk Asia
Tenggara di tangkap di Thailand.
Wong menggarisbawahi ancaman baru yang sangat serius datang dari Azahari bin
Husein, ahli matematika asal Malaysia yang belajar di Inggris dan ahli perakit bom.
Azahari diduga yang merakit bom Bali dan JW Marriott.
Sel Baru
Mendagri Wong menilai, beberapa anggota calon pemimpin baru JI mendapat
berbagai pelatihan, termasuk agama, militer dan keahlian menjadi seorang teroris.
Mereka-mereka itu belajar di Malaysia dan Filipina sebelum dikirim ke Pakistan.
Sel-sel teror itu dipimpin langsung oleh putra seorang tokoh yang sekarang tengah
menjalani masa tahanan. Sebelumnya kelompok ini dipimpin oleh Hambali.
Orang-orang JI yang siap mati juga dididik di beberapa sekolah milik JI atau beberapa
sekolah di Indonesia, kata Wong seperti dikutip The Straits Times hari ini. Sebuah
sekolah terbesar terdapat di Solo, Jawa Tengah, kata Wong kepada 650 pejabat
pemerintah, diplomat, pemimpin militer dan pemimpin bisnis yang berkumpul di
Hawaii.
Menurut Wong, kelompok teror JI selama ini hanya dikacaukan dan tidak dihancurkan
sampai ke akar-akarnya. Karena itu, JI bukan tidak mungkin masih menjadi ancaman.
Wong kemudian menyebutkan beberapa tanda bahwa JI masih menjadi ancaman
untuk keamanan Asia Tenggara.
Pertama, Tokoh JI masih menggelorakan semangat teror selama bulan suci
Ramadan. Selain itu, JI masih memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, yang terus
menginspirasi berbagai aksi bom. Sementara itu, dari Filipina dilaporkan, kelompok JI
masih mengadakan pelatihan di sebuah kamp di Filipina selatan. Kamp pelatihan itu
dilindungi oleh pemberontakan, kata beberapa pejabat Manila.
Deputi Kepala Angkatan Darat Filipina, Letjen Rodolfo Garcia, mengatakan, seorang
militan asal Indonesia yang ditangkap baru-baru ini, Taufik Rifqi, mengakui bahwa
ratusan anggota JI tengah mendapat pelatihan di Kamp Jabal Qubah, sejak didirikan
tiga tahun lalu. Kamp itu terletak di hutan rimba di Gunung Cararao di Provinsi
Maguindanao, markas Front Pembebasan Islam Moro (MILF).
Taufik yang menurut pejabat keamanan Filipina sebagai bendahara dan kepala
logistik JI di Filipina mengatakan, kamp JI dibangun setelah sebuah tempat pelatihan
milik JI dan satu lagi milik MILF dikuasai pasukan pemerintah pada pertengahan
tahun 2000.
Menurut Taufik, beberapa elemen MILF bertindak sebagai pendamping atau penunjuk
jalan untuk anggota JI yang hendak masuk wilayah itu. Anggota MILF itu menyiapkan
berbagai sistem perlindungan dan senjata-senjata untuk membela diri ketika diserang
pasukan pemerintah. (AP/L-8)
Last modified: 22/11/03
|