Banjarmasin Post, Sabtu, 01 April 2006 02:34:14
Howard: Jangan Ke Indonesia!
AS peringatkan teroris beraksi 2 April
Al Chaidar: AS paranoid
Jakarta, BPos
Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Jakarta mengeluarkan peringatan keras bagi
warganya yang tinggal di kota manapun di Indonesia, agar tidak keluyuran di
tempat-tempat umum pada Minggu (2/4), besok. Sementara Pemerintah Australia
(Aussie) di bawah pemerintahan Perdana Menteri John Howard mengeluarkan travel
warning, menyerukan agar warganya tidak melakukan perjalanan ke Indonesia,
termasuk ke Bali.
Peringatan dan seruan itu dikeluarkan menyusul adanya informasi kemungkinan
terjadinya serangan teroris di Indonesia, terutama ditujukan pada sejumlah
kepentingan dan fasilitas Barat. Informasi dari jajaran intelijen AS menyebutkan,
kelompok teroris itu telah menyiapkan aksinya Minggu besok.
Pemerintah AS mencemaskan warganya menjadi target serangan utama teroris,
selain simbol-simbol kebesaran AS seperti gedung Markas Kedubes AS, kantor
konsulat jenderal AS di berbagai kota maupun sekolah-sekolah bertaraf internasional
yang didirikan AS di berbagai kota di Indonesia.
Agar para warga AS tidak menjadi sasaran serangan, mereka diminta untuk
menunjukkan sikap santun dan tidak memancing-mancing emosi kelompok garis
keras manapun yang eksis di Indonesia.
"Kedubes Amerika mengingatkan seluruh warganya (di Indonesia) agar menghindari
tempat-tempat keramaian, bersikap rendah hati dan selalu mewaspadai keamanan
dirinya setiap saat," demikian peringatan keras dari Kedubes AS lewat situs internat
resmi yang beralamat di www. usembassyjakarta.org tertanggal 31 Maret.
Pihak Kedubes AS juga mengingatkan, selain membidik warga asing khususnya dari
AS, teroris juga mengincar sasaran serangan terhadap tempat-tempat yang biasa
dipakai buat 'dugem', dan kongkow-kongkow para turis AS di hotel-hotel, pub,
restoran, pusat perbelanjaan, perumahan elit warga asing Barat, bahkan sampai
tempat peribadatan orang asing.
Situs tersebut mencantumkan peringatan bahwa berbagai demonstrasi antiAS di
Jakarta dan kota-kota besar di belahan dunia lain akhir-akhir ini sudah menelan
banyak korban, tidak hanya kerusakan fisik bangunan, korban luka-luka sampai
tewas.
"Kedubes Amerika mengingatkan Anda semua (warga AS) bahwa serangkaian protes
dan demonstrasi dapat meledak di seluruh Indonesia tanpa ada prakondisi maupun
peringatan awal," demikian pernyataan Kedubes AS.
Sementara itu, pemerintah Australia juga 'menebar kecemasan' yang sama atas
kemungkinan teror 2 April 2006. Peringatan itu tercantum dalam travel advisory
(peringatan bepergian) yang disusun Departemen Luar Negeri Australia di Canberra.
Warganya, untuk sementara diimbau tidak bepergian ke melakukan perjalanan ke
Indonesia, termasuk ke Bali.
"Kami terus menerima laporan yang menyebutkan bahwa ada indikasi kelompok
teroris akan melancarkan serangan di Indonesia yang membidik sejumlah sasaran,
termasuk tempat-tempat yang sering dikunjungi warga asing, tulis laporan itu seperti
dikutip kantor berita AFP.
Sebelumnya, Australia pernah mengeluarkan travel warning yang memperingatkan
warganya untuk tidak bepergian ke Indonesia sejak serangan di Bali pada Oktober
2002, yang menewaskan 202 orang, termasuk 88 warga Australia.
Apalagi setelah itu, markas Kedutaan Besar Australia di kawasan Kuningan Jakarta
menjadi sasaran serangan bom pada September 2004.
April Mop
Pengamat masalah terorisme, Al Chaidar menilai, peringatan keras akan terjadinya
serangan teroris di Indonesia yang dilontarkan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS)
dan Australia, dinilai sebagai sikap paranaoid (ketakutan berlebihan).
Menurut Al Chaidar, bulan April bukanlah momentum yang lumrah bagi kelompok
teroris di belahan dunia manapun, termasuk di Indonesia, untuk melakukan
serangkaian aksi teror. Adapun momentum yang dianggap pas bagi teroris biasanya
adalah pada bulan Juni, Juli, Agustus, September dan Desember.
"Kalau Kedubes AS mengingatkan potensi aksi teroris pada 2 April, itu paranaoid
banget," kata Al Chaidar kepada BPost, Jumat.
Menurut Al Chaidar, orang-orang dari negara Barat biasanya memang paranoid di
bulan April, sampai-sampai muncul istilah 'April Mop' (kejutan April).
Meski kemungkinan teror 2 April itu tipis, namun Al Chaidar tidak menampik
kemungkinan kecemasan itu bakal terjadi. "Ya biasanya, teroris beraksinya juga pada
saat aparat lengah. Tidak beraksi pada saat high alert (aparat siaga penuh)," kata Al
Chaidar.
Kalau pun kecemasan AS dan Australia itu terjadi, dia mengaitkan kemungkinan itu
dengan momentum kunjungan Perdana Menteri (PM) Inggris, Tony Blair ke Jakarta,
belum lama ini.
Seperti diketahui, Inggris adalah salah satu sekutu utama AS dalam persoalan
negara-negara Islam di Timur-Tengah. Karena itu, simbol-simbol kebesaran
pemerintahan Inggris di Indonesia masuk dalam daftar ancaman, seperti halnya
simbol kebesaran pemerintahan AS dan Australia.
Al Chaidar mengingatkan kemungkinan modus serangan baru selain pengeboman.
Modus yang kemungkinan muncul dan jauh lebih membahayakan bagi orang banyak
adalah sabotase jaringan listrik, sarana transportasi, jalur perdagangan, jalan tol, dll.
Adapun sasaran secara individual adalah tokoh-tokoh polisi khusus Detasemen
Khusus 88 Polri, para politisi yang melawan paham gerakan mereka. "Mereka juga
mengincar tokoh aliran Sawabi karena dianggap mirip-mirip syiah. Kelompok teroris
juga kecewa karena kalangan Sawabi bersikap antipati terhadap buku Imam
Samudera (terpidana Bom Bali II)," kata Al Chaidar.
Uniknya, meski Densus 88 Mabes Polri menjadi incaran, namun kalangan militer
tidak masuk dalam target operasi. "Sebab TNI tidak masuk dalam program
pemberantasan terorisme," kata Al Chaidar.
Sementara pengamat intelijen Dinno Chressbon mengatakan, momentum serangan
teroris di bulan April nyaris tidak ada. Yang ada adalah momentum serangan di bulan
Juni 2006 mendatang. Saat itu, kelompok teroris menunggu-nunggu kepastian nasib
bebas tidaknya Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Ustadz Abu Bakar Ba'asyir.
Kalau MA sampai menolak pengajuan Peninjauan Kembali (PK) Abu Bakar Ba'asyir
yang divonis 2,5 tahun penjara, kemungkinan hal itu dijadikan momentum bagi
kelompok Noordin M Top untuk membuat onar teror. "Sejauh ini saya belum melihat
momentum aksi teror di tahun 2006, kecuali di bulan Juni 2006," kata Dinno.
Tetap Ke Nias
Sementara itu, kantor berita Australia, ABC menduga serangan teroris di Indonesia
itu, terkait rencana upacara peringatan satu tahun jatuhnya helikopter 'Sea King' di
Nias. Namun, Menlu Australia, Alexander Downer, mengatakan acara tersebut tetap
berlangsung, dan dia yakin tidak ada indikasi akan adanya serangan teroris di Nias.
"Kita tidak punya informasi apa pun mengenai lokasi manakah yang akan menjadi
sasaran para teroris itu," kata Downer.
Dikonfirmasi semalam, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Yuri O
Thamrin mengatakan, travel warning yang dikeluarkan Australia sepertinya tidak akan
mumpuni melarang warga Negeri Kanguru itu datang ke Indonesia. "Travel warning itu
rutin (dikeluarkan). Saking rutinnya maka tidak ada nilainya lagi. Biarkan aja.
Biasanya selalu begitu. Bahkan orang Australia tidak menggubris lagi (trabel
warning)," katanya, Jumat malam.
Soal ancaman serangan teroris, Yuri mengatakan tanpa peringatan dari Australia
pihak keamanan di Indonesia juga selalu rutin memburu pelaku teroris yang masih
berkeliaran, Noordin M Top.
Terpisah, Juru Bicara Mabes Polri, Brigjen Anton Bachrul Alam, melalui pesan
singkat (SMS) yang dikirim ke koran ini mengatakan, polisi tetap sigap dengan setiap
laporan yang diterima. "Semua info tetap ditindaklanjuti kita dalami dan kewaspadaan
tetap dijaga," kata Anton yang juga Wakadiv Humas Mabes Polri, kemarin.
JBP/abs/aco
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
|