Cenderawasih Pos, Senin, 24 April 2006
Gereja-Seperatisme Jangan Dibenturkan
*Forum Komunikasi Kristiani Tentang Keterlibatan Gereja
JAKARTA- Pernyataan Dubes RI untuk Australia Hamzah Thayeb tentang keterlibatan
jaringan gereja dalam kampanye kemerdekaan Papua, berbuntut. Forum Komunikasi
Kristiani Indonesia (FKKI) menuding bahwa pernyataan tersebut tidak berdasarkan
data yang akurat sehingga bisa membenturkan gereja dan gerakan separatisme.
"Memang ada sebagian pejabat yang karena kurang tahu, gampang sekali
mengaitkan-ngaitkan pihak gereja dan gerakan separatisme. Terutama gerakan
Papua Merdeka atau yang dikenal dengan OPM itu," kata Ketua FKKI Theophilus
Bela di Jakarta, kemarin.
Menurut Theophilus, masalah Papua memang membuat hubungan Indonesia dan
Australia tegang. Meski begitu, jelas pria yang juga Sekjen Indonesian Committee on
Religion and Peace (ICRP) ini, jangan sampai masalah Papua ini membuat masalah
tersendiri terhadap beberapa kelompok di Indonesia.
"Bagaimana pun juga kita harus menjaga hubungan baik antar kelompok di sini.
Meskipun yang dituduh itu kelompok di Australia, tapi tetap saja bisa berimbas ke
sini. Karena sudah menyangkut sesuatu yang sangat prinsip," katanya.
Seperti pernah diberitakan, saat hearing dengan Komisi I DPR RI minggu lalu,
Hamzah terang-terangan menyebut bahwa ada keterlibatan jaringan gereja dalam
kampanye kemerdekaan Papua. Yakni Persekutuan Gereja Australia (Uniting Church
in Australia/UCA) yang salah satunya mengembuskan isu genosida di Papua.
Hamzah berani menyatakan hal ini setelah berdialog dengan mantan petinggi UCA
John Barr. Meski isu genosida itu sudah dibantah, namun Barr tetap mempercayai isu
genosida tersebut. UCA juga terang-terangan mengakui mendukung pemberian visa
sementara terhadap 42 warga Papua.
Pernyataan Hamzah ini dibenarkan Wakil ketua DPD Laode Ida yang baru saja
berkunjung ke Australia. Laode bahkan menyebut ada skenario global mendukung
Papua merdeka. Di antaranya melibatkan sejumlah senator, LSM dan jaringan gereja.
Menurut Theophilus, tidak hanya sekali ini saja gereja dikait-kaitkan dengan gerakan
separatisme di Papua. Sebelumnya, sambung pria yang juga Duta Besar Perdamaian
ini, sebuah tabloid terbitan Jakarta juga telah membuat berita bombastis dengan judul
Skenario Matang Papua Merdeka.
Dalam berita itu ditulis dengan jelas bahwa pihak gereja berada di balik kegiatan
separatisme di Papua. "Namun akhirnya tabloid tersebut menurunkan sanggahan dari
pihak PGI (Persatuan Gereja Indonesia) dan dari saya sendiri. Kita khawatir informasi
yang seperti itu akan berimbas di sini, bukan di Australia sana," katanya.
Theophilus mengatakan, masalah separatisme di Papua tidak bisa dilepaskan dari
sejarah masalah lalu yang dialami rakyat Papua. Masa lalu itulah yang akhirnya
menjadi pemicu kasus warga Papua yang nekat mencari suaka politik.
"Kalau kita mau jujur dengan Papua, maka kita harus memperbaiki sikap kita
terhadap saudara saudara-saudara kita di Papua. Supaya kita tidak terjebak dengan
pernyataan pihak-pihak yang akhirnya bisa memperkeruh suasana," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Laode Ida mengatakan,
jaringan gereja yang terlibat dalam kampanye kemerdekaan
Papua hanyalah bagian kecil dari kelompok besar yang sekarang makin getol
memperjuangkan Papua merdeka.
"Yang saya tahu, yang paling dominan memang sejumlah senator dari Green Party
serta sejumlah LSM yang mengangkat isu HAM. Kalau memang ada kelompok dari
gereja, sebenarnya hanya masing-masing individu saja yang secara kebetulan ada
yang aktivis gereja," katanya.
Sebenarnya, jelas Laode, yang terpenting sekarang adalah bagaimana menyikapi
kelompok ini agar menghentikan sepak terjangnya yang terus membangun citra buruk
Papua di dunia internasional. "Itu yang penting. Kalau tidak segera disikapi, sampai
kapanpun kita akan menjadi barang mainan," katanya. (sup)
All Rights Reserved 2004. Cenderawasihpos.com
|