JAWA POS, Sabtu, 15 Apr 2006
AS Bekukan Aset Ba'asyir
JAKARTA - Menjelang bebasnya Abu Bakar Ba'asyir, amir Majelis Mujahidin
Indonesia (MMI), 14 Juni mendatang, sebuah manuver kembali dilakukan pemerintah
AS. Treasury Department (semacam Departemen Keuangan, Red) mengumumkan
membekukan aset keuangan dan rekening Ba'asyir yang ada di AS.
Selain itu, seperti dikutip BBC News, Amerika dilarang melakukan transaksi dengan
Ba'asyir. Bukan hanya Ba'asyir, pemerintah George W. Bush juga membekukan aset
keuangan milik tiga warga Indonesia lain yang dituduh sebagai tersangka terorisme.
Mereka adalah Gun Gun Rusman Gunawan, Taufik Rifki, dan Abdullah Anshori.
Gun Gun Rusman Gunawan tak lain adalah adik kandung Hambali. Jika Gun Gun
ditangkap di Pakistan dan sekarang ditahan di Indonesia, Hambali ditangkap otoritas
AS di Thailand dan hingga kini masih berada dalam tahanan milik AS.
Lalu, juga ada Taufik Rifki, yang diyakini sebagai mantan bendahara JI dan kini juga
telah ditahan setelah ditangkap di Filipina pada 2003 lalu. Yang keempat adalah
Abdullah Anshori, kepala mantiqi (wilayah) II. Mantiqi II meliputi Sumatera, Jawa, Bali,
NTB, dan NTT.
Berdasar penelusuran koran ini, nama Anshori memang baru kali ini terdengar.
Sebab, dia lebih dikenal dengan nama Abu Fateh alias Ibnu Thayib. Dia menjabat
posisi kepala mantiqi II sejak 1993 dan resmi mengundurkan diri pada 1997 serta
digantikan Nuaim alias Syahroni. Kedua nama itu belum tertangkap hingga sekarang.
Kebijakan Depkeu AS itu dilansir karena mereka meyakini bahwa Ba'asyir dan
jaringannya telah dilatih, didanai, dan distir Al Qaidah untuk mencapai agenda aksi
terorisme.
Bagaimana tanggapan Ba'asyir atas kebijakan Washington tersebut? Pihak Ba'asyir
menganggap hal itu sebagai manuver menjelang kebebasannya. "Itu tidak benar,"
kata Ba'asyir seperti disampaikan melalui orang dekatnya, Hasyim Abdullah, kemarin
siang.
"Ustad menyangkal mempunyai rekening dalam bentuk apa pun. Ustad itu tidak
pernah punya rekening di bank. Apalagi, di bank konvensional yang berprinsip riba.
Kalau pun ada, itu di bank syariah dan itu pun tidak pernah ada," tegas Hasyim.
Kekhawatiran yang sama sempat diungkapkan Fauzan Al-anshari, ketua bidang data
dan informasi MMI (Majelis Mujahidin Indonesia), kepada koran ini pekan lalu. "Nah,
ini mulai terbukti kan? Jikalau tidak berhasil, pasti akan ada manuver lain, termasuk
nantinya dicoba dengan keterangan dari Hambali yang sekarang berada dalam
pengusaan AS," ujarnya saat dihubungi kembali tadi malam.
Karena itu, terkait dengan manuver kali ini, jebolan IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta
tersebut dia meminta supaya Deplu AS atau Kebubes AS di Jakarta mengklarifikasi
informasi yang disebutnya sebagai memfitnah Ba'asyir itu.
"Kami minta Deplu AS untuk menyebutkan nomor rekening dan bank yang
dimaksudkannya itu," ujar Fauzan.
Jika dalam waktu 1x24 jam belum ada keterangan apa pun, pihaknya akan
memberikan somasi dan protes keras terhadap Depkeu AS dan menilai hal itu
sebagai manuver kotor untuk menangkap kembali Ba'asyir. (naz)
© 2003, 2004 Jawa Pos dotcom.
|