KOMPAS, Selasa, 10 Januari 2006, 06:22 WIB
Polisi Duga Pelaku Kekerasan di Sulteng Teroris Oportunis
Jakarta, Selasa
Kapolda Sulteng (Sulawesi Tengah), Brigjen Pol Drs Oegroseno, menduga para
pelaku yang sering kali melakukan tindak kekerasan di wilayah Poso dan Palu adalah
teroris oportunis.
"Saya kira bukan jaringan Dr Azahari dan Noordin M. Top karena tak ada kepentingan
mereka di Sulteng," kata Kapolda Oegroseno kepada sejumlah wartawan seusai
mendampingi Komandan Koopskam Sulteng Irjen Pol Drs Paulus Purwoko
melakukan dialog dengan tokoh agama dari unsur Islam, Kristen Protestan, Katolik,
Hindu, dan Budha di Palu, Senin (9/1) petang.
Keterangan tersebut disampaikan Oegroseno menanggapi analisis seorang pengamat
intelijen yang mengungkapkan dugaannya bahwa pelaku aksi-aksi kekerasan di
wilayah Sulteng ada dua kemungkinan, yaitu mereka yang masuk dalam jaringan Dr
Azahari (alm) serta teroris oportunis yang dimanfaatkan oleh kelompok orang yang
memang melawan kebijakan pemerintah saat ini karena khawatir kasus kejahatannya
terbongkar.
Menurut Oegroseno, besar kemungkinan pelaku aksi-aksi kekerasan di daerahnya
kurun beberapa tahun terakhir, seperti peledakan bom serta kekerasan bersenjata
lainnya, dilakukan oleh teroris oportunis.
"Kalau pendapat saya cenderung yang kedua (teroris oportunis)," tuturnya, seraya
menambahkan tapi kebenarannya tentu setelah ada pelaku yang tertangkap dan
dimintai keterangan.
"Saya kira jika pelaku sudah tertangkap, maka akan bisa diketahui apa motivasinya
serta siapa-siapa yang berada di balik aksi-aksi tersebut," katanya lagi.
Mengenai pengamanan Idul Adha di Sulteng, Kapolda Oegroseno mengatakan
pihaknya mengerahkan 2/3 dari seluruh kekuatan yang ada.
Lokasi-lokasi yang diprioritaskan untuk dilakukan penjagaan selain fasilitas umum,
seperti pelabuhan, bandara, terminal angkutan darat, PT Telkom, PLN, dan rumah
ibadah, juga lokasi yang dijadikan tempat pelaksanaan Sholat Idul Adha serta tempat
pemotongan hewan kurban pada Selasa (10/1).
"Pokoknya semua tempat yang terdapat kerumuman orang akan dijaga aparat
keamanan," tuturnya.
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|