KOMPAS, Kamis, 26 Januari 2006, 06:22 WIB
Kepala Polres Poso Ditembak dari Jarak Dekat
Makassar, Kompas
Pelaku teror dan kekerasan di Poso semakin nekat. Kepala Kepolisian Resor Poso
Ajun Komisaris Besar Rudy Sufahriadi ditembak orang tak dikenal dari jarak 20-30
sentimeter, Rabu (25/1) subuh. Namun, Rudy sempat melihat todongan senjata api
dan menghindar sehingga lolos dari maut.
Kepala Satuan Tugas Poso Brigadir Jenderal (Pol) Bambang Suedi, Rabu,
mengatakan, peristiwa itu berkaitan dengan pengusutan kasus korupsi di Poso. "Saat
ini kami meningkatkan penyidikan kasus-kasus korupsi. Mungkin ada orang yang
terkena dan menjadi gerah," kata Bambang yang dihubungi dari Makassar.
Penembakan itu terjadi sekitar pukul 04.30 Wita. Pagi itu Rudy hendak shalat subuh
di Masjid Raya Baiturrahman Poso. Setiap pagi ia shalat subuh di masjid yang
terletak di Jalan Pulau Timor, sekitar satu kilometer dari rumah dinas Kepala Polres di
Jalan A Yani. Rabu subuh itu ia tidak ditemani ajudan.
Sesampai di dekat bundaran Jalan Pulau Kalimantan, sekitar 400 meter dari rumah,
ia dibuntuti sepeda motor Yamaha RX King yang ditumpangi dua orang. Dalam jarak
sekitar 50 meter penguntitnya mematikan lampu sepeda motor. Tiba-tiba sepeda
motor itu mendahului dari sebelah kiri. Saat kendaraan itu sejajar dengan sepeda
motor Kepala Polres, penguntit memberi salam diikuti tembakan. "Mereka memberi
salam, ’assalamualaikum’, langsung dor!" kata Rudy yang bertugas di Poso sejak
10 November 2005.
Ketika menjawab salam, ia menoleh dan melihat senjata api merek S&W kaliber 38 di
arahkan kepada dirinya dalam jarak 20-30 sentimeter. Menyadari bahaya, Rudy
mengerem mendadak dan merunduk. Peluru yang ditembakkan pengendara motor itu
meluncur ke arah tanah kosong.
Setelah melepaskan tembakan, pelaku memacu sepeda motor. Dalam jarak sekitar
50 meter mereka berhenti dan menengok ke belakang. Rudy kembali ke rumah dan
mengajak ajudan shalat subuh di masjid lain.
Batalkan eksekusi
Sementara itu, Kejaksaan Agung diminta membatalkan eksekusi terpidana mati
kasus kerusuhan Poso tahun 2000, yakni Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan
Marinus Riwu. Ketua Majelis Ulama Indonesia Sulawesi Utara Arifin Assagaf dan Pdt
Nico Gara dari Universitas Kristen Indonesia Tomohon bersama enam tokoh lintas
agama lainnya kemarin bertemu dengan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh.
Menurut Arifin Assagaf, terpidana adalah yang diaktorkan oleh dalang yang
tersembunyi. Nico Gara mengatakan, jika eksekusi dilaksanakan, mata rantai kasus
itu akan putus. Karena itu, 16 orang yang disebutkan terlibat dalam kerusuhan Poso
itu mesti diperiksa.
Aktivis relawan kemanusiaan Sandyawan mengatakan, pembentukan tim gabungan
pencari fakta perlu didorong untuk mengungkap kasus ini. (ssd/idr)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|