The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Modus


Modus, Jumat, 10/2/06 09:00 WIB

KMMAK Tuntut Penuntasan Korupi Maluku

Ambon (Modus.or.id). Puluhan aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Koalisi Mahasiswa Maluku Anti Korupsi (KMMAK) yang menggelar aksi demo di depan kantor Gubernur Maluku (8/2) terpaksa harus kecewa karena keinginan mereka bertatap muka dengan Gubernur Karel Albert Ralahalu gagal dilaksanakan. Hal ini terjadi karena kebetulan dalam waktu yang bersamaan orang nomor satu di Pemerintah Provinsi Maluku ini tengah mengadakan pertemuan dengan tamu dari Jepang.

Aksi unjuk rasa ini telah dimulai sejak pukul 11.00 WIT, dimana tiga Organisasi Kepemudaan yang bernaung dalam bendera KMMAK masing-masing Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Persatuan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI) mendatangi kantor Gubernur Maluku sambil meneriakkan yel-yel anti korupsi, dan nyanyian tuntutan reformasi sampai mati. Kemudian, tepat di depan pintu utama lobi kantor Gubernur Maluku, para pendemo langsung melakukan orasi-orasi yang intinya menuntut keseriusan Gubernur Maluku selaku penanggung jawab pemerintahan di daerah untuk menuntaskan kasus-kasus dugaan korupsi yang terjadi di Maluku yang terindikasi dari temuan-temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Selain itu, mereka juga mendesak Ralahalu membubarkan Forum Masyarakat Anti Korupsi-Formasi yang dinilai mandul dalam menjalankan fungsinya menyelidiki kasus korupsi di Maluku. Formasi juga dinilai sebagai bagian dari kamuflase pemerintah dalam memberantas korupsi.

Sejumlah pamflet yang intinya bernada kecaman, dan keinginan untuk mendatangkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ke Maluku untuk mengusut pemberantasan korupsi sesuai hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sengaja digelar tepat dihadapan belasan petugas kepolisian yang membuat pagar betis mencegah para pendemo masuk ke dalam gedung.

Setelah menunggu sekitar 30 menit, sambil tetap berorasi, akhirnya mahasiswa "gerah" dan berusaha memaksa masuk ke ruang utama kantor gubernur. Belasan aparat kepolisian yang telah bersiaga dengan pentungan karet, segera menghadang jalan masuk sehingga terjadi aksi dorong-mendorong antar mahasiswa dan polisi. Upaya ini gagal, karena polisi tetap tidak membiarkan mahasiswa untuk masuk. Kemudian pendemo kembali ke tempat awal dan terus melakukan orasi. Kembali dalam orasinya, mahasiswa mengaku telah memiliki data sejumlah penyimpangan yang terjadi di pemerintah Maluku. Menurut mereka, data ini hanya akan diberikan kepada Gubernur Maluku.

Namun, setelah satu jam berorasi, Ralahalu tak kunjung menemui Mahasiswa. Mereka hanya ditemui oleh Asisten III Setda Provinsi Maluku, dr Ristianto Sugiyono. Sialnya, bagi Ristianto kehadirannya tidak dikhendaki oleh mahasiswa. "Kami hanya inginkan Gubernur. Kami hormati Asisten III, tapi yang bertanggungjawab dalam pemberantasan korupsi di Maluku adalah gubernur," tegas salah seorang mahasiswa yang memegang megaphone. Ristianto akhirnya mengalah, dan masuk kembali ke ruangan gubernur. Kehadiran Ristianto sendiri, sebenarnya bukan untuk mewakili gubernur. Ia hanya ingin menyampaikan bahwa Ralahalu tengah menerima tamu dari Jepang. Untuk itu mahasiswa diminta bersabar menunggu pertemuan usai, agar bisa berdialog dengan Ralahalu.

Setelah satu jam tidak digubris oleh Pemerintah Provinsi Maluku, mahasiswa akhirnya mengalah. Mereka keluar dari pelataran kantor gubernur. Namun, mereka berjanji untuk kembali dengan membawa massa yang lebih banyak lagi.

Cegat Rombongan DPD RI

Setelah tidak diterima oleh Gubernur, KMMAK mendatangi kantor DPRD Maluku di Karang Panjang. Mereka tiba sekitar pukul 13.30 WIT. Lantas mahasiswa merangsek masuk ke lobi gedung wakil rakyat itu. Tak lama polisi datang dan berupaya menghadang mahasiswa.

Orasi kembali digelar, mahasiswa membeberkan data korupsi di Maluku yang menurut mereka sebagai hasil temuan BPK. Temuan ini, kata mereka harus menjadi perhatian DPRD Maluku dan pemerintah. Temuan itu diantaranya, penerimaan retribusi rawat inap RSUD Haulussy, dana pengungsi, uang representasi dan uang paket sidang DPRD Maluku sampai dengan September 2004 lalu, dan pengadaan kendaraan besar.

Suasana tenang berubah menjadi amarah mahasiswa. Mereka menyesal adanya informasi yang menyebutkan bahwa DPRD Maluku tak akan menemui mahasiswa, karena mahasiswa dinilai tidak sopan. "Teman-teman ada informasi, kita tidak akan diterima. Alasannya, karena kita dinilai tidak sopan. Ayo, kita pulang saja," teriak salah satu mahasiswa dari megaphone.

Mereka beranjak keluar dari lobi gedung wakil rakyat. Namun, mereka memilih tetap berada di halaman parkir mobil pimpinan dewan. Tak jauh dari tempat berdirinya mahasiswa, muncul ketua DPRD Maluku Richard Louhenapessy. Mahasiswa pun bereaksi ketika melihatnya. Kendati demikian, mereka enggan masuk menemui Louhenapessy. "Biar saja dia yang datang kesini," seloroh mahasiswa.

Lalu Louhenapessy bergegas menghampiri. Mahasiswa pun mengungkapkan adanya informasi bahwa DPRD menolak menerima mereka. "Siapa yang bilang. Anda tadi bilang bahwa, kalian ingin bertemu rombongan DPD RI. Nah, saya sudah menelepon mereka untuk datang. Sekarang mereka segera tiba," elak Louhenapessy.

Ternyata janji Louhenapessy benar. Tak lama dari pembicaraan dengan Louhenapessy, datang rombongan anggota DPD RI. Mahasiswa pun sempat menghadang mereka. Di dampingi pimpinan dewan, rombongan DPD RI yang tergabung dalam tim Ad Hoc menemui mahasiswa.

Mahasiswa dipersilahkan menyampaikan aspirasinya. Aspirasi itu disebut mahasiswa dengan Tritura. Isinya, pertama mendesak gubernur, DPRD Maluku, kejaksaan, dan kepolisian untuk menindak lanjuti temuan indikasi korupsi di pemerintah provinsi Maluku. Kedua, mahasiswa mendesak untuk dibubarkan Formasi. Karena lembaga itu dinilai tidak memiliki kemampuan untuk memberantas korupsi di daerah ini. Ketiga, mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hadir di Maluku.

Menanggapi tuntutan mahasiswa yang tergabung dalam KMMAK itu, PRA Arief Notodiningrat yang mewakili rombongan mengaku akan menindaklanjuti tuntutan dan laporan indikasi dugaan korupsi dalam rapat-rapat DPD RI. Setelah mendapatkan respon dari DPD RI dan DPRD Maluku, mahasiswapun puas, dan meninggalkan gedung wakil rakyat itu. (Andoek)
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/lokkie2005
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044