Radio Nederland Wereldomroep, 17 Januari 2006
Poso: Pemantik Api untuk Jerami yang Dibakar di Jawa
Aboeprijadi Santoso*
Dinamika konflik di Sulawesi Tengah berkait dengan daerah konflik lain, terutama
Ambon. Pola silih reda dan meradang, jika Maluku reda, Poso meradang; terus
diulang. Almarhum Munir mengatakan, Poso adalah api pema! ntik bagi jerami yang
dibakar di Jawa. Pendek kata, sasarannya adalah eskalasi di tingkat nasional.
Murah nyawanya
Usia konflik di Sulawesi Tengah : Poso, Tentena dan Palu, tahun 2006 ini memasuki
tahun yang kedelapan. Konflik --yang menurut sosiolog dan peneliti George J.
Aditjondro, memang dipelihara untuk ladang bisnis dan naik jabatan tentara ini,
membuat rakyat Poso berlarut dalam penderitaan.
Dan relatif tanpa kekuatan untuk melakukan perlawanan, bahkan di tingkat advokasi
sekalipun.
Menurut Aditjondro yang kini tinggal di Palu, hal in! i karena kelompok etnik Sulawesi
Tengah ini dalam konstelasi Indonesia bukanlah minoritas yang harus diperhitungkan
secara signifikan. "Orang Poso di mata para power broker di Jakarta itu, murah
nyawanya," tegas Aditjondro.
Selain hal di atas, kemampuan untuk berorganisasi dalam masyarakat Poso, untuk
melakukan perlawanan dalam arti advokasi relatif kurang. Organisasi masyarakat
yang paling dikenal oleh masyarakat Poso adalah organisasi gereja. Karenayalah,
Poso lebih gampang ‘dikerjaian’ ketimbang ‘ngerjain’ Sumatra Utara, misalnya,
yang masyarakatnya terkenal agresif, terlatih mengkoordinasikan diri, dan di tingkat
konstelasi nasional pun adalah etnik yang diperhitungkan.
Pola yang sama
Beberapa pengamat menyatakan bahwa dinamika daerah konflik di Indonesia, tampak
mempunyai mekanisme dan relasi satu dengan yang lain. Dan bukan tidak mungkin
juga punya dalang operator yang sama.
Pola konflik biasanya diawali dengan konflik komunal dengan isyu SARA untuk
kemudian berkembang menjadi konflik canggih dengan perangkat militer lengkap,
orang-orang yang terlatih, senapan professional, dan "terpelihara" alur dan iramanya.
Jika Ambon reda maka Poso akan meradang.
Kini, jelas Aditjondro, konflik Ambon sudah bergeser ke Seram ke komunitas Buton di
pulau tersebut. "Dan orang Buton itu orang Sulawesi Tenggara, dan setiap ada
kerusuhan di Seram, selalu ada seseorang yang dikenal dengan Prabowo Subianto"
Pemantik Api
"Dalam konteks pembicaraan ini, tampaknya menarik untuk mengutip Almarhum
Munir," tandas Aditjondro. Menurut Munir, Ambon dan Poso adalah ‘api pemantik
untuk membakar jerami di Jawa’. Dengan memelihara konflik SARA di Ambon dan
Poso, gaungnya diharapkan di Jawa.
Kalau orang-orang Kristen terus menerus diserang, diharapkan akan membangkitkan
amarah kelompok-kelompok militan Kristen di Jawa untuk menyerang kelompok
Islam. Dan ini dapat menyulut eskalasi dan mengguncang situasi dan kondisi
nasional. Demikian dugaan M! unir menurut George Aditjondro.
*Wawancara ini dirangkum oleh Lea Pamungkas
© Radio Nederland Wereldomroep, all rights reserved
|