Radio Vox Populi [Ambon], 09-Mar-2006
Mahasiswa "Segel" Ruang Kuliah, Aktifitas Perkuliahan STAIN
Ambon Lumpuh
Azis Tunny - Ambon
Sudah empat hari ini, aktifitas perkuliahan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Ambon lumpuh total. Sebanyak 14 ruang kuliah disegel mahasiswa dengan
memasang palang kayu. Kursi belajar ditumpukan menutupi pintu masuk ruang
kuliah. Sementara di pintu masuk kampus, mahasiswa memasang barikade di jalan.
Aksi ini mulai berlangsung sejak Senin (6/3) lalu. Akibatnya lebih dari 3 ribu
mahasiswa tidak bisa kuliah.
Setelah berhasil menghentikan aktifitas perkuliahan, di Kantor Pusat (Rektorat)
STAIN Ambon pada Kamis siang (9/3), sedikitnya 500 mahasiswa melakukan
demonstrasi mendesak agar seluruh dosen dan pegawai administrasi untuk keluar
dari gedung tersebut. Orasi-orasi yang disampaikan pendemo mengencam kebijakan
pihak lembaga yang tidak berpihak ke mahasiswa.
Bahkan dalam aksi itu, ancaman untuk menyegel kantor tersebut disampaikan para
mahasiswa. Alasan para mahasiwa "mengusir" dosen dan pegawai STAIN Ambon itu
karena tidak bisa memberi solusi atas tuntutan mahasiswa.
Aksi dorong-mendorong sekitar satu jam pun terjadi antara mahasiswa dengan dosen
ketika sejumlah mahasiswa ingin mengikat kabel di pintu masuk yang merupakan
satu-satunya pintu di bagunan kantor rektorat, untuk menyegel bangunan tersebut.
Sejumlah mahasiswa bahkan sudah tidak sabar dan ingin bertindak anarkis dengan
memecahkan ban mobil dan sepeda motor milik para dosen dan pegawai STAIN
Ambon yang parkir di pelataran kampus. Namun tindakan tersebut dicegat
rekan-rekan mereka yang lain.
Saat tengah berlangsung aksi ini, tiba-tiba sekitar 10 anggota polisi dengan mobil
patroli Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease hendak masuk ke halaman
kampus. Namun kendaraan tersebut tertahan oleh barikade jalan. Kedatangan polisi
ini mengundang kemarahan para mahasiswa yang spontan menyerbu mobil patroli
dan anggota polisi. Saat itu pula sempat terjadi lemparan yang dilakukan mahasiswa
namun tidak sampai ada aksi balas dari polisi. Setelah ada negoisasi dengan para
pendemo, polisi akhirnya memilih kembali.
Aksi mogok kuliah dan penyegelan seluruh ruang belajar ini merupakan akumulasi
dari berbagai persoalan yang terjadi di kampus tersebut. Salah satunya adalah
kenaikan biaya SPP mahasiwa yang naik hingga 100 persen pada tahun 2005, saat
tahun ajaran baru. Uang SPP yang tadinya Rp.300 ribu per semester dinaikan
menjadi Rp.600 ribu. Para mahasiswa mempertanyakan program pemerintah untuk
rehabilitasi dan pengembangan mutu pendidikan di seluruh Indonesia termasuk
Maluku, yang didalamnya ada program kompensasi Bahan Bakar Minyak untuk
sektor pendidikan.
Presiden Mahasiswa STAIN Ambon Ibrahim Ruhunussa kepada Radio Vox Populi
mengatakan, aksi demonstrasi yang dilakukan para mahasiswa tersebut disebabkan
dari pungutan SPP yang melebihi kapasitas kemampuan mahasiswa, praktek
pungutan liar yang dilakukan sejumlah oknum dosen khususnya pada program
praktek lapangan (PPL), hingga ketidakaktifan sejumlah dosen dalam memberikan
kuliah.
Dirinya mencontohkan, salah satu tuntutan mahasiswa adalah meminta kejelasan
dana yang dipungut oleh Panitia PPL dari mahasiswa sebesar Rp.370 ribu per orang,
jika dijumlahkan dengan mahasiswa PPL sebanyak 167 orang maka dana tersebut
mencapai Rp.61.790.000.
"Padahal selama ini tidak ada praktek secaranyata. Praktek yang dilakukan hanyalah
praktek sembayang, masakan ditagih biayanya hingga demikian besarnya. Para
dosen selalu mengancam kalau mahasiswa tidak membayar maka proses kuliah
tidak akan berjalan. Padahal kalau mau dibilang, sebagian besar mahasiswa di sini
berlatar belakang keluarga tidak mampu,"ungkapnya.
Belum lagi, lanjut dia, banyak penekanan yang sering dilakukan dosen. Termasuk
ketidak transparansi lembaga dalam segala hal terutama keuangan. "Anehnya lagi,
berbagai bantuan beasiswa tidak jelas bagi kami selaku mahasiswa, justru
pendekatan yang dilakukan pihak lembaga yakni pendekatan emosional, dan tidak
melalui mekanisme yang seharusnya," aku Ibrahim.
Akibat sikap lembaga dan oknum-oknum dosen tersebut, kata Ibrahim, munculah
aksi mogok kuliah hingga penyegelan ruang kuliah. "Yang saya kuatirkan akan terjadi
mutasi mahasiswa secara besar-besaran karena tuntutan lembaga yang tidak
subtansial mampu dipenuhi mahasiswa," ujarnya.
Pertemuan antara kedua pihak sebenarnya sudah dilakukan namun tidak mencapai
kesepakatan. Pada Rabu (8/3), mahasiswa melakukan pertemuan dengan pihak
lembaga STAIN dalam hal ini rektorat di Aula Kampus STAIN Ambon. Pertemuan
yang diharapkan bisa mencari jalan keluar justru berakhir ricuh dengan pelemparan
kursi-kursi di dalam ruang aula oleh mahasiswa.
Emosional para mahasiswa seketika naik ketika Kepala Bagian Administrasi STAIN
Ambon H. Gunawan Tahir menyatakan, kalau sudah tahu SPP naik kenapa tidak
demo dari dulu. "Kenapa baru sekarang baru kalian demo," ujarnya saat itu yang
kemudian dijawab mahasiswa dengan lemparan kursi hingga suasana menjadi tidak
terkendali.
Sementara itu, Ketua 1 STAIN Ambon Hasan Lauselang menyebutkan, pihak rektorat
maupun dosen belum bisa mengambil kebijakan untuk meredam aksi mogok kuliah
yang dilakukan mahasiswa akibat tuntutannya belum dipenuhi. Pasalnya, kata
Hasan, Ketua (rektor) STAIN Ambon Mochamad Attamimi sementara ini berada di
Jakarta untuk mengikuti Rapat Kerja Ketua STAIN se-Indonesia.
"Semua kebijakan ada di senat sehingga tuntutan-tuntutan mahasiswa akan dijawab
setelah Ketua STAIN datang," jelas Hasan dan meminta agar mahasiswa bisa
mengendalikan diri.
Presiden Mahasiswa Ibrahim Ruhunussa menyebutkan, aksi yang dilakukan
mahasiswa ini tidak akan sampai anarkis. Meski begitu, dia berjanji pihaknya akan
terus melakukan aksi hingga tuntutan mereka dijawab oleh lembaga. "Aksi ini akan
terus berlanjut sampai kami mendapat penjelasan atas tuntutan kami. Dan kami akan
menduduki gedung rektorat. Kami akan menghentikan seluruh aktiftas di sini,"
tegasnya. (VP)
Copyright © 2005 RadioVoxPopuli.com. All right reserved.
|