The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Radio Vox Populi


Radio Vox Populi [Ambon], 13-Mar-2006

Korban Gelombang Pasang Masih Mengungsi

Azis Tunny-Ambon

Ratusan jiwa korban gelombang pasang akibat badai tropis yang melanda Maluku sejak tanggal 2 Maret lalu hingga kini masih mengungsi. Bukan saja di Kota Ambon, dimana sekitar 700 jiwa warga Kapahaha Kelurahan Pandan Kasturi Kecamatan Sirimau yang hingga kini masih mengungsi, di Kabupaten Seram Bagian Timur, ratusan warga di sana masih takut kembali ke tempat tinggalnya. Bahkan sebagian dari mereka memilih direlokasi ke daerah lain yang dianggap aman.

Di Seram Bagian Timur, meskipun bencana gelombang pasang tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, namun kerusakan rumah penduduk sangat parah. Mereka yang menjadi korban ini mayoritas bermukim di pesisir pantai.

Berdasarkan data Pemerintah Seram Bagian Timur, akibat gelombang pasang ini menyebabkan terjadi pemunduran garis pantai ke daratan hingga 20 meter di tiga kecamatan. Kerusakan juga terjadi pada vegetasi pantai yang selama ini berfungsi sebagai pelindung pantai.

Tiga kecamatan yang mengalami pemunduran garis pantai adalah Kecamatan Werinama, Pulau Gorom, dan Seram Timur. Di Werinama ada tiga desa yang terkena dampak badai tropis masing-masing Desa Werinama, Bemo, dan Atiahu. Di Kecamatan Pulau Gorom ada tiga desa dan satu dusun masing-masing Desa Lili, Desa Sumelan, Desa Tamher Timur, dan Dusun Dulak. Sedangkan di Kecamatan Seram Timur hanya satu dusun yang terkena imbas yakni Dusun Woluk.

Jumlah pengungsi di tiga kecamatan termasuk di Kecamatan Bula, ibukota Kabupaten Seram Bagian Timur sebanyak 138 kepala keluarga atau 548 jiwa. Masing-masing di Kecamatan Werinama 25 keluarga atau 121 jiwa, Pulau Gorom 32 keluarga atau 161 jiwa, Seram Timur 23 keluarga atau 107 jiwa, dan Bula 58 keluarga atau 159 jiwa.

Sementara kerusakan harta benda yang dialami masyarakat, masing-masing 67 rumah rusak berat dan 54 rumah rusak ringan. Warga yang kini masih berada di hutan sebanyak 17 keluarga. Jarak lokasi pengungsian dari pemukiman mereka sejauh 4 kilometer. "Warga masih mengungsi di tempat aman. Bahkan ada yang masih berada di hutan dan gunung. Mereka belum mau kembali karena trauma," kata juru bicara Forum Peduli Masyarakat Seram Bagian Timur, Udin Rumasilan kepada Radio Vox Populi di Ambon.

Hingga saat ini, baru pemerintah kabupaten setempat yang telah menyalurkan bantuan emergensi ke masyarakat, berupa bantuan pangan. Namun bantuan tersebut masih terbatas karena keterbatasan anggaran yang dimiliki salah satu daerah tertinggal di Indonesia ini yang baru dimekarkan pada tahun 2003 lalu menjadi kabupaten.

Irwan Patty, Ketua Ikatan Persaudaraan Muslim Nusa Ina (Iksamuni), salah satu organisasi paguyuban terbesar di Pulau Seram, menyayangkan sikap lambannya pemerintah provinsi dalam menyikapi bencana yang dialami masyarakat Seram Bagian Timur. Dirinya membandingkan, perhatian pemerintah provinsi kepada korban gelombang pasang di Kota Ambon yang merupakan ibukota provinsi begitu tanggap dan penuh perhatian. Bahkan pemerintah provinsi menyiapkan anggaran Rp.19 miliar untuk merehabilitasi kerusakan yang dialami warga.

"Kami menilai perhatian pemerintah sangat diskriminatif. Hingga saat ini belum ada bantuan yang tersalur ke korban gelombang pasang di Pulau Seram," tandasnya.

Sementara itu, Asisten II Setda Provinsi Maluku, Ir. Rahman Soumena mengakui, hingga saat ini belum ada bantuan tanggap darurat yang disalurkan pemerintah provinsi ke kabupaten yang terkena dampak badai tropis yang menimbulkan gelombang pasang. Alasannya, "buffer stock" buat penanganan musibah bencana alam di seluruh kabupaten masih mencukupi untuk penanganan para pengungsi. Tanggap darurat sendiri diberikan kepada korban untuk 14 hari berupa bahan pangan dan kebutuhan dasar lainnya seperti selimut dan peralatan masak.

"Bantuan tanggap darurat sudah diberikan pemerintah kabupaten setempat," kata Soumena kepada Radio Vox Populi di ruang kerjanya, Senin (13/3).

Soumena mengakui, pihaknya belum bisa mengakumulasi data jumlah korban badai tropis secara keseluruan karena laporan yang masuk sifatnya baru sementara. Data sementara itu antara lain mencatat, korban di Kota Ambon sebanyak 284 keluarga atau 4.745 jiwa, Kabupaten Seram Bagian Barat 35 keluarga atau 226 jiwa, Seram Bagian Timur 6 keluarga atau 40 jiwa, Maluku Tengah 171 keluarga atau 1.214 jiwa, dan Kabupaten Buru 9 keluarga atau 63 jiwa. Sementara untuk Kabupaten Aru, Maluku Tenggara, dan Maluku Tenggara Barat belum diterima.

Meskipun data dari beberapa kabupaten sudah masuk, data itu juga masih harus diverifikasi ulang karena ternyata jumlah warga yang mengungsi lebih banyak dari laporan awal yang diterima pada tanggal 2 Maret saat musibah terjadi. "Kami belum revisi datanya, misalnya laporan dari Seram Bagian Timur sudah masuk tentang data terbaru korban badai tropis, tapi itu belum dengan surat resmi, begitupun laporan dari Kabupaten Buru. Jadi, jumlah warga yang menjadi pengungsi akibat badai tropis saat ini 514 keluarga atau 5.363 jiwa, dan ini jumlahnya masih sementara," sebutnya.

Terlambatnya informasi tentang korban badai tropis dari kabupaten hingga satu minggu ini terhitung sejak terjadinya musibah tersebut, menurut Soumena disebabkan terbatasnya sarana transportasi dan komunikasi dari kabupaten ke kota provinsi, ditambah lagi wilayah geografis Maluku yang berpulau-pulau.

Selain itu, dirinya menyebutkan, hingga saat sebagian besar warga yang mengungsi belum kembali ke daerah asalnya. Penyebabnya, selain rumah warga yang rusak, warga juga masih trauma untuk kembali ke lokasi pemukiman mereka yang terletak di pesisir pantai. Untuk warga yang relokasi, kata dia, jika jumlah rumah atau keluarga dibawah 50 maka akan ditangani oleh pemerintah kabupaten/kota setempat. Jika jumlahnya 50 hingga 100 keluarga maka ditangani pemerintah provinsi.

"Kita punya dana tanggap darurat dari dana dekosentrasi untuk setiap keluarga yang rumahnya hancur diberikan Rp.5 juta. Nantinya jika di satu daerah jumlah rumah atau kepala keluarga sudah lebih dari 100 maka kami (pemerintah provinsi Maluku, red) akan meminta bantuan pemerintah pusat untuk menanganinya," katanya. (VP)

Copyright © 2005 RadioVoxPopuli.com. All right reserved.
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/lokkie2005
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044