Radio Vox Populi [Ambon], 16-Mar-2006
2 Warga Tewas, Puluhan Rumah Hanyut ke Laut
Azis Tunny - Ambon
Ratusan kepala keluarga di Kabupaten Buru Provinsi Maluku terpaksa kehilangan
tempat tinggalnya akibat gempa berkekuatan 6,4 skala richter (SR) pada Selasa sore
(14/3), dengan pusat gempa berada pada 03,7 LS-127,2 BT dan episentrum 40
kilometer kedalaman laut. Akibat musibah ini, dua warga dilaporkan tewas dan
puluhan rumah hanyut ke laut. Sekitar 1.200 jiwa mengungsi ke hutan dengan kondisi
terancam kelaparan.
Karena kesulitan komunikasi, kondisi desa-desa pesisir tersebut pasca gempa tidak
segera diketahui. Baru setelah warga melapor, tim dari Dinas Sosial dan
Kesbang-Linmas Pemerintah Kabupaten Buru melakukan peninjauan ke lokasi.
Dari hasil peninjauan tersebut, di desa Pela tercatat ada 67 rumah penduduk yang
hanyut terseret gelombang pasang. Seusai gempa, sekitar 10 menit kemudian terjadi
gelombang pasang setinggi sekitar lima meter menerjang desa ini dan desa Batu
Jungku. Di Batujungku tercatat 57 rumah, satu bangunan sekolah dasar, dan satu
mesjid rusak berat. Selain di Kecamatan Batabual, di Kecamatan Ambalau juga
dilaporkan 19 rumah warga rusak.
Di Batu Jungku seorang anak berusia enam tahun bernama Wa Ona tewas tertimpa
rumah yang roboh dan Ridwan Letsoin, balita berusia satu tahun mengalami luka
parah karena hal yang sama. Warga lainnya, Amir Rahawarin (40) tewas diseret
gelombang. Dengan demikian jumlah korban di Pulau Buru bertambah. Sebelumnya,
seorang warga di Namlea Ny. Norma (42) dilaporkan meninggal akibat serangan
jantung disebabkan kuatnya guncangan gempa.
Akibat musibah ini, sekitar 1.200 jiwa penduduk dua desa itu masih mengungsi ke
gunung. Penduduk Batu Jungku mengungsi ke belakang desanya sejauh dua
kilometer, sedangkan penduduk Pela mengungsi sejauh lima kilometer dari desanya.
Untuk tempat berteduh dan bermalam, mereka mengandalkan rumah-rumah
kebunnya atau membuat tenda darurat.
Camat Batabual Hamis Wally mengatakan, gempa yang terjadi selasa sore lalu
membawa trauma berat bagi masyarakatnya. Akibatnya, warga yang bertempat
tinggal di daerah pesisir pantai hingga kini masih mengungsi.
"Trauma masyarakat disebabkan Batabual memiliki sejarah panjang tentang air
pasang yang disebabkan oleh gempa bumi pada berpuluh-puluh tahun lalu," katanya.
Wally mengkuatirkan, kondisi warganya yang mengungsi saat ini sebab persediaan
bahan makanan mereka tinggal untuk tadi malam (Rabu, 15/3). Jika hari ini (Kamis,
16/3) tidak diberikan bantuan makanan secepatnya, menurut Wally, warga dari dua
desa yang mengungsi itu terancam kelaparan.
"Kedatangan saya untuk meminta bantuan pemerintah kabupaten, khususnya bahan
pangan. Karena saat mengungsi, warga saya hanya membawa persediaan makanan
seadanya," katanya.
Selain dua desa di Batabual ini, Wally juga mengkuatirkan nasib warga desa-desa
pesisir barat di wilayah kecamatannya karena belum ada laporan dari desa-desa
tersebut akibat keterbatasan sarana transportasi dan komunikasi. Kekuatiran Wally
beralasan mengingat tingkat kerusakan yang terjadi di desa Batu Jungku dan Pela
akibat gempa.
Belum lagi, kata dia, kebanyakan masyarakat di pesisir pantai yang kebanyakan
adalah nelayan tradisional membangun rumah mereka dengan bahan apa adanya.
Seperti terbuat dari papan kayu, gaba-gaba (pelepah sagu, red), dan beratapkan daun
rumbia. "Kemungkinan besar jumlah korban dan kerusakan akibat gempa ini bisa
bertambah, karena kami belum dapat laporan dari desa-desa lainnya," aku Wally.
Sementara itu, pada Kamis (16/3) pagi ini, Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu
bergegas mengunjungi Kecamatan Batabual guna melihat langsung dampak dari
gempa terhadap masyarakat di sana, sekaligus menyalurkan bantuan emergensi.
Gempa berkekuatan 6,4 skala richter (SR) yang guncangannya mencapai 5-6 MMI di
Namlea, ibukota Kabupaten Buru itu, hingga kini ratusan warga Namlea masih
memilih tidur di tenda-tenda yang mereka bangunan sendiri di halaman rumah dan
tempat-tempat ketinggian.
"Sebagian besar warga masih memilih tidur di luar rumah," kata Munir Soamole,
warga Namlea saat dihubungi Radio Vox Populi via ponselnya, Kamis (16/3).
Terlepas dari itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama ibu negara Ny. Ani
Yudhoyono dijadwalkan akan mengunjungi Pulau Buru pada Jumat (17/3) untuk
melakukan panen raya bersama masyarakat di desa Waenetat Kecamatan Waplau.
(VP)
Copyright © 2005 RadioVoxPopuli.com. All right reserved.
|